Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Gaya Hidup Generasi Muda Jadi Penyebab Gigi Sensitif
25 Januari 2019 17:33 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:48 WIB
ADVERTISEMENT
Sedikitnya 1.360 dokter gigi berkumpul dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) ke XII di Semarang. Acara yang berlangsung sejak Kamis (24/1) hingga Sabtu (26/1) esok hari ini, diantaranya membahas penderita gigi sensitif.
ADVERTISEMENT
Pada acara ini, GlaxoSmithKline (GSK) mendukung para dokter gigi dalam menangani gigi sensitif melalui partisipasi pada simposium ilmiahnya. Dalam simposium ini, GSK berkolaborasi dengan komunitas dokter gigi untuk mewujudkan kesehatan gigi dan mulut yang optimal.
Dr. drg. Yuniarti Soeroso Sp Perio (K) sebagai pakar periodonsia yang juga anggota PDGI menjelaskan, gigi sensitif adalah gangguan klinis yang umum terjadi berupa ngilu dan nyeri yang tajam pada dentin gigi.
"Kondisi ini terjadi pada dentin gigi yang terbuka saat terkena rangsangan suhu panas dan dingin, atau kandungan kimiawi asam dan manis pada makanan dan minumannya," kata Yuniarti usai Konferensi Pers di Hotel Patra Jasa, Semarang, Jumat (25/1).
Sebuah penelitian dari Parkinson et al J Clin Dent 2011 on Hypersensitivity of Youth (18-25), kata Yuniarti, menunjukkan bahwa 1 dari 3 orang pernah mengalami gigi sensitif. Ironisnya, lebih dari 50 persen dari mereka belum melakukan pemeriksaan dan memilih untuk menahan rasa ngilu tersebut.
ADVERTISEMENT
Bahkan penelitian terkini menunjukkan 2 dari 5 generasi muda mengalami ngilu gigi sensitif pada simulasi pemeriksaan gigi. Hal ini kata Yuniarti, berkaitan dengan gaya hidup generasi muda yang memiliki mobilitas tinggi.
"Selain itu kan generasi sekarang remajanya sudah mulai tertarik dengan perawatan gigi ya, seperti whitening yang belum tentu kandungannya baik untuk gigi. Dan itu kerusakannya jangka panjang dan tidak disadari," tutur Yuniarti.
Ini menjadi perhatian PDGI untuk meningkatkan kesadaran generasi muda agar lebih memahami penanganan gigi sensitif. Berangkat dari fenomena ini pula, pada acara tersebut sekaligus diluncurkan produk pasta gigi dari Sensodyne yang diklaim dapat meredakan gigi sensitif secara cepat. Pasta gigi ini memiliki formula strontium asetat. "Satrontiu asetat pada Sensodyne Rapid Relief bereaksi saat kontak dengan air liur (saliva) untuk membentuk oklusi (lapisan penutup) mendalam pada dentin gigi," terang General Manager GSK Consumer Healthcate Indonesia, Pawan Sud.
ADVERTISEMENT
Pawan mengatakan, dari hasil penelitian dengan sumbangan oklusif 46 persen, pasien berkurang sensitivitasnya terhadap suhu panas setelah pengolesan secara langsung pada gigi sensitif. "Ini mengurangi sensasi ngilu gigi sensitif sampai pada angka 85 persen," ungkap Pawan.