Infografik: Eksistensi Perempuan di Dunia Sains

16 November 2018 15:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Eksistensi Perempuan di Dunia Sains. (Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Eksistensi Perempuan di Dunia Sains. (Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jumlah ilmuwan perempuan Indonesia hanya sepertiga dari total ilmuwan yang ada di Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Geliat partisipasi perempuan dalam dunia sains tampaknya perlu mendapatkan perhatian lebih. Data UNESCO menunjukkan jumlah ilmuwan perempuan di dunia hanya 28 persen dibandingkan ilmuwan laki-laki, sedangkan di Indonesia hanya 31 persen dibanding dengan ilmuwan laki-laki.
Menariknya, di Indonesia jumlah mahasiswa perempuan lulusan bidang sains cukup tinggi, yakni sebanyak 52 persen, namun angka mahasiwa perempuan tingkat doktor hanyalah 35 persen. Hal ini menunjukkan, perempuan yang melanjutkan karier di bidang sains masih rendah. Tercatat jumlah ilmuwan perempuan hanya 31 persen saja dari total seluruh ilmuwan yang ada di Indonesia. Angka tersebut jauh lebih rendah dengan kondisi negara tetangga, misalnya Filipina dan Thailand, di mana jumlah peneliti perempuannya mencapai lebih dari 50 persen.
ADVERTISEMENT
Padahal di era yang sangat dinamis ini tuntutan memahami sains dan teknologi semakin tinggi. Dunia pun perlu mengubah pemikirannya bahwa sains, teknologi, teknik, dan matematika bukanlah bidang yang cocok dengan laki-laki saja. Perempuan juga memiliki andil untuk berkecimpung di dunia STEM.
Adanya kesetaraan gender dalam dunia sains amat diperlukan, sebab pemikirian dari sudut pandang perempuan dapat memperkaya sudut pandang dalam sains. Hal tersebut juga dapat mendorong inovasi untuk mengatasi masalah perempuan hingga mencegah munculnya pandangan sains yang bias jender.
Contohnya yang dilakukan oleh beberapa perempuan peneliti Indonesia yang mendapat penghargaan L'Oréal-UNESCO For Women in Science (FWIS) National Fellowship Awards di tahun 2017. Terdapat dua perempuan peneliti Indonesia yang mengembangkan alat deteksi dini kanker. Pertama adalah Dr Siti Nurul Aisyiah Jenie, ia mengembangkan sebuah alat untuk mendeteksi kanker mulai dari stadium awal. Kedua adalah Dr Yuliati Herbani yang mengembangkan terapi kanker yang didasarkan pada tiga hal, kunyit, emas, dan laser. Berdasarkan hasil penelitiannya, kurkumin yang banyak terdapat dalam kunyit, terbukti dapat membunuh sel-sel kanker. Sementara itu, emas dapat membangkitkan panas yang dalam ukuran tertentu dapat menghancurkan sel-sel kanker.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, di negara maju sekalipun permasalahan ketimpangan gender dalam sains belum teratasi. Oleh karena itu diperlukan berbagai upaya untuk membuat ketimpangan ini terkikis. Salah satunya adalah dengan kebijakan yang berpihak pada perempuan dan diselenggarakannya berbagai program pendanaan penelitian khusus untuk perempuan, misalnya saja seperti yang dilakukan oleh L'Oreal-UNESCO for Women In Science.
Untuk mengetahui seberapa besar ketimpangan gender dalam dunia sains di Indonesia, berikut kumparanSTYLE rangkumkan datanya untuk Anda:
Eksistensi Perempuan di Dunia Sains. (Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Eksistensi Perempuan di Dunia Sains. (Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan)