Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Laki-laki Lebih Percaya Diri Daripada Perempuan, Benarkah?
6 Februari 2019 10:29 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
ADVERTISEMENT
Sebuah penelitian baru menyatakan jika tingkat kepercayaan diri antara perempuan dan laki-laki tidak ditentukan secara biologis. Rasa percaya diri mereka setara jika ditempatkan pada keadaan yang sesuai.
Hal ini dibuktikan oleh Australian Gender Equality Council (AGEC) yang telah melakukan survei terhadap 10 ribu anak perempuan dan laki-laki pada sekolah khusus satu gender di Queensland, Australia. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menghilangkan mitos atau stigma tentang perbedaan dalam kepercayaan diri antar remaja laki-laki dan perempuan, hal ini berlaku juga bagi perempuan dan laki-laki di tempat kerja.
Dalam penelitian sebelumnya, ditemukan bahwa kepercayaan diri anak perempuan cenderung lebih rendah dibanding anak laki-laki dari sekitar usia sembilan tahun. Tetapi, penelitian AGEC tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam kepercayaan diri di antara mereka ketika menginjak usia 12-18 tahun saat berada di sekolah menengah.
Hal itu menunjukkan bahwa penelitian membuktikan bahwa kepercayaan diri perempuan dan laki-laki, baik di usia anak-anak atau dewasa yang sudah bekerja tidak bersifat biologis atau alami. Studi dari AGEC menegaskan jika kita menciptakan situasi yang tepat untuk para perempuan muda, perbedaannya sama sekali tidak akan terlihat.
"Tidak ada bukti apa pun yang mendukung bahwa ada perbedaan biologis (dalam keyakinan atau kepercayaan diri). Masalah-masalah (yang menyangkut kepercayaan diri) yang sering dihadapi di tempat kerja justru memiliki korelasi langsung dengan cara kita bersosialisasi saat berada di sekolah dan di rumah," ungkap penulis utama Terry Fitzsimmons dari Pusat AIBE untuk Kesetaraan Gender di Tempat Kerja di Universitas Queensland kepada Sydney Morning Herald.
Ia juga menyatakan jika penelitian ini sangat penting untuk diketahui oleh masyarakat agar lingkungan tidak memberikan atau memperluas stigma bahwa kepercayaan diri antara laki-laki dan perempuan itu berbeda
"Kami pikir ini adalah studi pertama dari penelitian serupa yang bertujuan untuk memberi tahu jika tidak ada celah atau gap diantara mereka," ungkap Dr Fitzsimmons.
Selain itu, penelitian ini juga tidak mengatakan bahwa sekolah satu gender dianggap lebih bermanfaat bagi anak-anak perempuan daripada sekolah pada umumnya. Dr Fitzsimmons mengatakan, jika kepercayaan perempuan yang sekolah di sekolah satu gender dapat meningkat karena kemungkinan mereka melihat anak perempuan lain yang memimpin. Bukan disebabkan oleh adanya kesempatan dan situasi yang sesuai.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, penelitian ini menemukan bahwa anak laki-laki memiliki 1.5 ruang di kampus sama seperti anak perempuan dan tiga kali jumlah tempat bermain di luar ruangan juga.
“Penelitian ini adalah momen penting dalam memahami akar ketidaksetaraan gender. Ketika remaja perempuan dan laki-laki memiliki tingkat kepercayaan diri yang sama dan mengikuti kegiatan yang sama maka bisa dilihat secara logis bahwa tidak boleh ada batasan terhadap jalur karier yang akan diambil oleh perempuan. Begitu juga dalam hal kepemimpinan atau karier perempuan dalam bidang STEM (Scuence, Technology, Engineering dan Mathematic)," tutur Ketua AGEC, Victoria Weekes.
Namun, jika muncul indikasi ketidaksetaraan dalam sebuah penelitian mengenai perbedaan tugas atau pekerjaan antara perempuan dan laki-laki, berarti yang harus disalahkan adalah kultur yang ada dalam lingkungan kita.
Secara tidak langsung dan tidak sadar, selama ini masyarakat sendiri yang membentuk pola pemikiran agar anak perempuan selalu berada di rumah dan tidak diperbolehkan untuk melakukan banyak kegiatan yang melibatkan fisik saat belajar ataupun bermain.
"Kita tidak bisa berharap untuk mencapai kesetaraan gender jika 51 persen dari kita masih mengadopsi sikap ini (membuat anak perempuan dan perempuan dewasa tidak banyak terlibat)," lanjut Victoria.
Meskipun tingkat kepercayaan diri anak perempuan dan anak laki-laki setara di sekolah menengah khusus untuk satu gender, namun pada kenyataannya penelitian ini juga menemukan bahwa rasa percaya diri tersebut menurun ketika mereka memasuki usia dewasa. Studi sebelumnya telah menemukan bahwa mulai usia 9 hingga 80 tahun, perempuan kurang percaya diri dibandingkan laki-laki. Ada banyak faktor penyebabnya, salah satunya adalah karena faktor lingkungan, sama seperti yang tadi sudah disebutkan di atas.
Untuk saat ini, daripada menghabiskan waktu untuk menyalahkan perbedaan dan kurangnya kepercayaan diri pada perempuan, para ahli menyarankan agar kita bekerja sama untuk mengubah cara berpikir masyarakat supaya lebih banyak membuka kesempatan dan ruang bagi anak perempuan dan perempuan dewasa.
ADVERTISEMENT