Melihat Pesona Lurik Lewat 'Tangan-tangan Renta' Edward Hutabarat

24 Agustus 2017 9:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi Pers 'Tangan-Tangan Renta' (Foto: Stephanie Elia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi Pers 'Tangan-Tangan Renta' (Foto: Stephanie Elia/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jika ditanya soal kain tradisional apa yang jadi ciri khas Indonesia, kamu pasti kompak menjadikan batik sebagai jawaban.
ADVERTISEMENT
Jawaban ini memang benar. Meski mulanya dipandang sebelah mata, batik kini telah menjelma jadi primadona yang digemari semua kalangan. Mulai dari pecinta mode Tanah air hingga mancanegara, semuanya dengan bangga mengenakan batik.
Namun tahukah kamu bahwa lurik memiliki pesona yang tak kalah indah dari batik?
Bagi kamu yang belum terlalu familiar dengan kain ini, lurik merupakan kain tradisional yang biasa dikenakan pria Jawa. Lurik yang pada dasarnya terbuat dari katun memiliki ciri khas berupa garis-garis kecil.
Selama ini, lurik kerap dianggap remeh karena lekat dengan kesan sederhana, karena memiliki harga yang terjangkau. Tergerus oleh perkembangan industri mode yang semakin modern, lurik pun mulai terlupakan.
Hal ini lantas membuat desainer kawakan Indonesia, Edward Hutarabat, merasa kecewa. Pria Batak berusia 58 tahun itu tergerak untuk melakukan sebuah tindakan nyata untuk melestarikan kain tradisional Indonesia ini.
ADVERTISEMENT
Bersama Bakti Budaya Djarum Foundation, lelaki yang akrab disapa Bang Edo ini menggelar peragaan busana, pameran fotografi, video, dan instalasi lurik bertajuk 'Tangan-Tangan Renta'.
Pameran 'Tangan-Tangan Renta' (Foto: Stephanie Elia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pameran 'Tangan-Tangan Renta' (Foto: Stephanie Elia/kumparan)
Nama ini terinspirasi dari tujuh tahun petualangannya mendalami lurik di Klaten. Di sana, hatinya merasa terenyuh saat menyaksikan fakta bahwa pengrajin lurik seluruhnya telah berusia senja. Tangan-tangan renta ini masih setia merajut helaian benang untuk disulap menjadi lurik yang cantik.
Edo pun mengharapkan adanya regenerasi dan penurunan ilmu kepada generasi muda. "Memang untuk saat ini pengrajin lurik di daerah Klaten masih didominasi oleh tangan-tangan renta. Kemarin saya berkunjung ke sana, masih banyak orang tua berusia 90 tahun yang masih bekerja, dan jumlah pendapatan mereka juga masih minim sekali," tutur Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, saat ditemui kumparan di Nomz Kitchen, Jakarta Pusat, pada Rabu (23/8).
Pameran 'Tangan-Tangan Renta' (Foto: Stephanie Elia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pameran 'Tangan-Tangan Renta' (Foto: Stephanie Elia/kumparan)
Hal ini dilakukan sebagai wujud kepedulian dan rasa cintanya yang begitu besar terhadap budaya Indonesia. Dalam hal ini, Bang Edo berkolaborasi dengan dua perusahaan lurik legendaris, yaitu Kurnia Lurik asal Yogyakarta dan Lurik Sumber Sandang asal Klaten.
ADVERTISEMENT
Lewat pameran yang digelar di Pelataran Ramayana Hotel Indonesia Kempinski ini, Bang Edo berharap mampu mengingatkan dan menumbuhkan kembali rasa cinta masyarakat Indonesia terhadap lurik. Pameran 'Tangan-Tangan Renta' ini sendiri digelar mulai dari 23 - 28 Agustus 2017.
Peresmian Pameran 'Tangan-Tangan Renta' (Foto: Stephanie Elia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Peresmian Pameran 'Tangan-Tangan Renta' (Foto: Stephanie Elia/kumparan)
Di sana, kamu bisa belajar mengenai sejarah dan melihat instalasi pembuatan lurik. Kamu juga bisa melihat aneka kreasi benda rumah tangga yang bisa dikreasikan dengan menggunakan lurik. Seperti tas, topi, sprei, hingga bantal duduk.
Kreasi bantal duduk dari lurik  (Foto: Stephanie Elia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kreasi bantal duduk dari lurik (Foto: Stephanie Elia/kumparan)
"Kami mendukung gerakan yang dilakukan oleh Bang Edo, karena kami asalnya dari Kudus, Jawa Tengah, dan merasa perlu untuk membantu meningkatkan taraf kehidupan masyarakat Jawa Tengah, khususnya di daerah Klaten dan Yogyakarta, yang memang sejak puluhan tahun lalu terdapat industri lurik," jelasnya lagi.
Pameran 'Tangan-Tangan Renta' (Foto: Stephanie Elia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pameran 'Tangan-Tangan Renta' (Foto: Stephanie Elia/kumparan)
"Intinya yang kami lakukan ini adalah social movement, kami ingin mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk datang ke Klaten, belanja langsung ke pengrajin di sana, karena di sana masih banyak pengrajin yang masih menggunakan mesin tradisional," imbau Renita.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, kain lurik tak kalah cantik dari batik dan bisa dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. "Lurik itu bisa dipakai macem-macem. Saat ini ada banyak anak muda yang punya bisnis di Instagram, ini juga bisa dijadikan inspirasi," kata dia.
"Entah dijadikan sepatu, tas, baju, sarung bantal, sprei, sehingga nanti jadi semakin banyak yang datang ke Klaten, ambil lurik di sana, sehingga taraf kehidupan pengrajin di sana bisa meningkat. Mudah-mudahan ini juga tak hanya memaukan lurik saja, tapi juga kain-kain di daerah lain," tutupnya penuh harap.