news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pidato Meghan Markle Tentang Hak Pilih Perempuan Saat Royal Tour

5 November 2018 14:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pidato Meghan Markle di New Zealand (Foto: dok.Kirsty Wigglesworth/Pool via REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Pidato Meghan Markle di New Zealand (Foto: dok.Kirsty Wigglesworth/Pool via REUTERS)
ADVERTISEMENT
Sebelum menjadi Duchess of Sussex, sosok Meghan Markle dikenal cukup vokal untuk hal-hal yang menyangkut isu perempuan. Ia juga aktif menjadi salah satu ambassador untuk United Nations Women.
ADVERTISEMENT
Pada 2015, pidato yang ia sampaikan di Konferensi Perempuan PBB, sukses menarik perhatian masyarakat. Perempuan berdarah Amerika-Afrika ini bercerita bagaimana ia sudah mulai concern terhadap kesetaraan gender sejak usia 11 tahun. Bermula dari sebuah iklan sabun cuci piring yang memiliki tagline “Women all over America are fighting greasy pots and pans”. Hal tersebut dijadikan lelucon oleh dua teman laki-lakinya di sekolah yang mengatakan perempuan memang ditakdirkan untuk berada di dapur. Sontak Markle marah sekaligus sedih mendengarnya, kecewa mengapa perempuan selalu diatur untuk melakukan pekerjaan rumah.
Pidato tersebut, menjadi awal bagi Meghan Markle yang dikenal sebagai sosok yang peduli terhadap isu-isu kesetaraan perempuan.
Sejak ia resmi menjadi anggota keluarga Kerajaan Inggris, fokusnya terhadap isu perempuan tidak ia tinggalkan begitu saja. Justru dengan posisinya saat ini sebagai Duchess of Sussex yang memiliki tugas resmi dari kerajaan, besar kemungkinan isu perempuan menjadi salah satu agenda utamanya.
Pidato Meghan Markle di New Zealand (Foto: dok.Kirsty Wigglesworth/Pool via REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Pidato Meghan Markle di New Zealand (Foto: dok.Kirsty Wigglesworth/Pool via REUTERS)
Hal ini mulai terlihat saat Meghan Markle melakukan Royal Tour pertamanya ke Australia, Fiji dan Selandia Baru. Dalam agenda kunjungannya di Selandia Baru, Meghan menyampaikan pidato mengenai hak pilih perempuan.
ADVERTISEMENT
Meghan Markle diundang untuk berbicara di acara peringatan 125 tahun hak pilih perempuan di Selandia Baru.
Dalam pidatonya, Meghan tampil anggun mengenakan dress rancangan Gabriela Hearst. Seorang desainer yang kerap menyelipkan isu-isu feminisme dalam tiap rancangannya.
“Hak pilih bukan hanya tentang hak untuk memilih tetapi juga apa yang mewakili. Hak asasi manusia dasar adalah dapat berpartisipasi dalam pilihan untuk masa depan Anda dan komunitas Anda. Adanya partisipasi menjadikan Anda bagian dari dunia," ujar Meghan Markle.
Sang Duchess menekankan bahwa kemampuan untuk memilih adalah hak dasar setiap manusia.
"Hak pilih perempuan bukan hanya tentang hak untuk memilih perempuan, tetapi juga tentang apa yang mewakili segala hak asasi manusia yang begitu mendasar, semua orang termasuk anggota masyarakat yang telah terpinggirkan. Entah karena alasan ras, jenis kelamin, etnis atau orientasi, untuk dapat berpartisipasi dalamkomunitas mereka, ” papar Meghan.
ADVERTISEMENT
"Prestasi para perempuan New Zealand adalah memperjuangkan hak pilih mereka dan menjadi negara pertama di dunia yang berhasil mencapainya," lanjut sang duchess.
Pidato Meghan Markle di New Zealand (Foto: dok.Kirsty Wigglesworth/Pool via REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Pidato Meghan Markle di New Zealand (Foto: dok.Kirsty Wigglesworth/Pool via REUTERS)
Setelah memuji New Zealand karena telah memberikan hak pilih bagi perempuan lebih dari seabad yang lalu, Meghan mengakhiri pidatonya dengan mengutip ucapan Kate Sheppard, tokoh yang menggaungkan hak pilih perempuan di New Zealand. “Semua yang memisahkan, apakah ras, kelas, keyakinan, atau seks, adalah tidak manusiawi dan harus diatasi,” tutup Meghan
Diketahui ini adalah pidato ketiga yang Meghan berikan dalam Royal Tournya.
Pada pidatonya di Selandia Baru, Meghan Markle tampil berdiri di depan potret Ratu Elizabeth II. Ia memulai pidatonya yang begitu mengguha dengan memberi salam dalam bahas Mori.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, sang Duchess berbicara tentang pentingnya pendidikan bagi anak perempuan di suatu acara di Fiji.