Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Tak Selalu Romantis, Ketahui Dulu Risiko Online Dating Sebelum Mencoba
5 Januari 2019 15:19 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:50 WIB
ADVERTISEMENT
Menurut riset yang dilakukan oleh Pew Research Center, kebanyakan warga Amerika Serikat menganggap kencan online adalah cara terbaik untuk berkenalan dengan orang baru di luar lingkungannya. Menariknya lagi lebih dari 15 persen orang dewasa di Amerika mengatakan setidaknya pernah menggunakan aplikasi atau situs kencan online selama hidupnya.
ADVERTISEMENT
Sehingga tak heran bahwa layanan kencan online kini pun menjadi media yang kian populer untuk bertemu tambatan hati. Namun di balik janji untuk kehidupan yang lebih romantis, kencan online pun memiliki banyak risiko dan bahaya yang mengintai penggunanya.
Jika Anda adalah satu pengguna situs atau aplikasi kencan online, atau berniat untuk melakukannya, mungkin ada baiknya untuk mengetahui seluk beluk dan sisi gelapnya
Para pemalsu data diri, pencari seks dan yang hobi selingkuh.
Sebuah studi yang dilakukan lembaga riset Opinion Matters terhadap lebih dari 1000 pengguna online dating di AS dan UK menemukan bahwa sebanyak 53 persen pengguna online dating di AS mengaku berbohong atas status mereka. Bahkan ditemukan perempuan lebih banyak berbohong daripada pria, dengan ketidakjujuran paling banyak soal penampilan mereka. Tercatat lebih dari 20 persen perempuan cenderung mengunggah foto mereka yang tampak lebih muda. Sedangkan laki-laki cenderung berbohong soal kondisi keuangan mereka, khususnya mengenai profesi mereka.
ADVERTISEMENT
Riset serupa dilakukan Jajak Pendapat (Jakpat) pada 2017 terhadap 512 pengguna Tinder di Indonesia. Motivasi responden menggunakan aplikasi atau situs kencan online sungguh beragam, tak hanya untuk kepentingan hooking up atau seks, namun juga untuk mencari teman (74 persen), mengisi waktu luang (50,29 persen), berjejaring (42,27 persen), senang-senang belaka (34,05 persen), mencari pasangan potensial (31,70 persen), mencari rekanan bisnis (25,64 persen), dan untuk sekadar mengamati orang (25,05 persen).
Riset itu setidaknya membantah stigma bahwa aplikasi kencan hanya untuk memuaskan hasrat seksual. Tak cuma Tinder, aplikasi kencan lain seperti OKCupid, Setipe, dan Wavoo yang banyak digunakan orang Indonesia juga tak melulu bertujuan untuk seks.
Terlepas dari riset tersebut, jelas tak bisa dipungkiri bahwa pada kenyataannya banyak orang yang melakukan kencan online untuk tujuan seks. Misalnya saja seperti kisah yang pernah dialami oleh Ester (32).
ADVERTISEMENT
“Ester I am hugh now...”
“What is hugh?”
“I am hard now”
Begitu kira-kira salah satu pesan yang diterima Ester dari seorang pria asing di salah satu aplikasi kencan online, Tinder. Tak menunggu lama, Ester pun seketika menekan tombol unmatch.
Kepada kumparanSTYLE, Ester mengaku mulai mengenal dunia kencan online pada 2014 silam. "Iya sekitar 2014- 2015 mulain main, tapi itu on-off. Iseng saja dan tidak pernah ketemuan. Kemudian waktu putus sama pacar, baru main lagi dan sempat ketemuan juga sekitar Agustus 2018," jelas perempuan yang berprofesi sebagai copywriter ini.
Menurutnya banyak banyak hal-hal unik dan menggelitik di aplikasi ini. "Karena posisi saya sebagai perempuan heteroseksual dan bertemu dengan laki-laki, mereka inilah yang paling sering menjadikan seks sebagai komoditas tukar," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya satu kali pengalaman berbau selangkangan yang dialami Ester. Beberapa waktu lalu ia juga sempat berkenalan dengan seorang pria yang pada perkenalan pertama langsung mengatakan ingin mencari istri melalui Tinder, tapi ia mengaku sering kali dikecewakan.
Sang pria pun berujar bahwa banyak perempuan yang ditemuinya hanya menginginkan tubuhnya tanpa mempedulikan dirinya yang memiliki niat serius. “Saya menatap fisiknya dari atas ke bawah bolak-balik dan maaf, saya rasa dia bukanlah magnet seks,” imbuh Ester.
Kemudian, pada suatu hari keduanya pun memutuskan untuk bertemu. Mereka pun memilih berjumpa di sebuah kafe di daerah Sabang, Jakarta Pusat. "Di awal pertemuan dia bersikap sangat manis. Bahkan ia mau menemani saya untuk menuntaskan pekerjaan. Namun di tengah perjalanan, tiba-tiba ia membuat pengakuan kalau dirinya hiperseksual dan langsung menunjukkan kemaluannya ke saya," ujar Ester.
Sedikit berbeda, cerita mengenai kencan online yang 'failed' juga sempat menimpa Martina (24). "Saat itu saya match dengan seorang laki-laki yang 'tipe saya banget'. Baik secara fisik dan hal-hal kesukaan. Singkat cerita setelah ngobrol di Tinder, kami bertukar kontak dan chating cukup intens. Dari profil Tindernya, ia memperlihatkan bahwa ia seorang single. Tidak lama, kami pun memutuskan untuk bertemu," papar Martina.
ADVERTISEMENT
Saat menghabiskan waktu bersama, rasa ketertarikan Martina pada laki-laki tersebut (sebut saja Rony) semakin membuncah. "Saat kami pertama kami, Rony memperlakukan saya dengan sangat manis,” ujar Martina.
Karena rasa ketertarikan Martina yang semakin tinggi. Perempuan yang berkerja di sebuah start up ini pun melakukan riset, ia menelusuri berbagai akun sosial media yang dimiliki Rony. Singkat cerita, Martina tahu bahwa Rony sebenarnya telah memiliki pacar dan akan segera melangsungkan pertunangan.
"Saya shock banget waktu itu, kecewa, sedih juga. Tidak menyangka saja kalau laki-laki yang sudah membuat saya nyaman dan mengaku dirinya single ternyata berbohong. Akhirnya saya pun memutuskan, semua kontak dengan Rony," tutup Martina.
Romance scam: penipuan berkedok asmara
Tak hanya dijadikan sarana bagi penggila seks saja, aplikasi kencan online juga menjadi ladang subur untuk penipuan bermotif ekonomi.
ADVERTISEMENT
Salah satu modus penipuan di dunia maya yang cukup populer adalah romance scam atau love scam. Ini merupakan kasus penipuan berkedok asmara yang biasa dilakukan oleh para scammer. Scammer sendiri adalah seorang atau kelompok yang ingin menipu uang dengan berbagai cara baik melalui dunia nyata dan maya. Pelakunya pun mencakup jaringan internasional.
Dalam melancarkan aksinya para scammer ini biasanya mencari korban melalui situs pertemanan seperti Facebook atau situs dan aplikasi kencan online menggunakan akun palsu. Bermodalkan foto bule, rayuan gombal, iming-iming uang dan hadiah, seketika membuat para korban pun terbuai.
Biasanya para scammer ini berpura-pura memiliki pekerjaan tetap atau memiliki bisnis sendiri. Pelaku akan mengajak target berkenalan dan terus melakukan kontak hingga terjalin hubungan dekat. Mereka tidak hanya menghubungi korban lewat chat messenger atau e-mail, tapi juga melakukan komunikasi lewat telepon. Pelaku biasanya dapat menghabiskan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan untuk membangun hubungan romantis dengan targetnya.
ADVERTISEMENT
Ketika si target mulai terbuai asmara, si pelaku akan minta dikirimi atau dipinjamkan uang. Pelaku biasanya mengarang berbagai cerita yang dapat membuat korban luluh dan bersedia mengirimkan sejumlah uang.
Perlu juga untuk diketahui, terkadang scammer tak hanya mengincar uang korbannya saja, tapi ada juga yang memanfaatkan korban agar bisa keluar masuk negara korban love scam dengan mudah. Korban biasanya dimanfaatkan sebagai sponsor.
Sponsor sendiri adalah penjamin atau orang yang bertanggung jawab bagi WNA agar mendapat izin masuk dan tinggal di suatu negara selama waktu tertentu. Hal ini tentu cukup berisiko, misalnya jika Anda menjadi sponsor pacar online Anda, lalu dia masuk ke Indonesia membawa barang-barang ilegal seperti narkoba misalnya.
ADVERTISEMENT
Nigerian Sweeheart
Salah satu contoh kasus scam yang cukup populer di dunia adalah Nigerian sweetheart scam. Jaringan pengobral cinta ini setidaknya berhasil memperdaya para perempuan di hampir seluruh belahan dunia tak terkecuali Indonesia. Salah satu korban perempuan asal Indonesia setidaknya pernah kehilangan uang lebih dari Rp 700 juta akibat penipuan yang dialaminya pada tahun 2010 lalu.
Sementara itu pada 2017 lalu menjelang Hari Valentine, polisi Malaysia menangkap 27 orang termasuk 13 orang Nigeria, 14 orang Malaysia dan 1 orang Indonesia yang diduga melancarkan aksi Nigerian love scam di Malaysia dan Singapura yang berhasil menipu 108 orang dan memeras uang mereka hingga 21, 6 juta ringgit Malaysia atau setara dengan Rp 64,6 miliar. Pihak berwenang pun berhasil menyita lebih dari selusin laptop, 26 kartu ATM, 39 ponsel, dua rantai emas, tujuh kendaraan, dan lebih dari 19.000 ringgit Malaysia dalam bentuk uang tunai.
ADVERTISEMENT
Love scam tersebut dijalankan oleh kru warga negara Nigeria yang berada di Malaysia dengan visa pelajar. Para pria bekerja sama dengan perempuan Malaysia dan Indonesia untuk memancing orang-orang yang kesepian untuk terjerat dalam kencan online.
Anggota sindikat ini mengirimi berbagai bualan dan pesan manis kepada korban yang ada di Singapura dan Malaysia. Mereka juga berjanji untuk mengirimi hadiah. Namun kemudian ada saja hal yang menghambat hadiah tersebut untuk diambil. Di sinilah modus-modus penipuan mulai dilancarkan. Korban akan diperas untuk mencairkan hadiah tersebut. Alasan hadiah tertahan dibea cukai dan lain-lain menjadi bualan yang direka-reka untuk memeras korban.
Tak hanya penipuan, kasus kekerasan yang berujung pada kematian juga menghantui para pengguna situs dan aplikasi kencan online.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh kasus yang menimpa perempuan bernama Enen Cahyati (47). Enen ditemukan meregang nyawa di sebuah hotel di Pnom Penh, Kamboja pada 22 Maret 2018. Ia tewas dicekik oleh suaminya yang berasal dari Illinois, Amerika Serikat, Bilal Abdul Fateen. Keduanya berkenalan di situs muslima.com pada tahun 2014 dan memutuskan untuk saling bertemu di Hotel Ibis, Sarinah. Dalam pertemuan tersebut, Enen pun diajak menikah oleh Bilal.
Di Amerika Serikat belum lama ini juga terdapat kasus pembunuhan kencan online yang amat menggemparkan yang dilakukan oleh pria asal Los Angeles, Danueal Drayton. Dikabarkan pada 30 Juni 2018 lalu Drayton telah membunuh satu perempuan dan memperkosa perempuan lain yang ia kenal melalui aplikasi kencan online, Tinder
Pembunuhan itu terjadi setelah Drayton berkencan dengan seorang perawat bernama Samantha Stewart dan tidak membiarkan teman kencannya itu pergi begitu saja setelah berkencan. Ia mencekik dan melakukan kekerasan seksual pada korbannya. Polisi pun mengatakan pada ABC News bahwa Drayton telah mengakui terlibat dengan 3 pembunuhan di New York.
ADVERTISEMENT
Waspada saat Kencan Online
Tertipu oleh informasi palsu memang hal yang paling menjengkelkan bagi pengguna layanan online dating.
Oleh karena itu penting untuk menjadi individu yang lebih waspada dalam menggunakan online dating. Hal-hal yang tidak diinginkan seperti diatas sejatinya tentu bisa dicegah dengan beberapa langkah.
"Saat melakukan online dating, jika lawan bicara kita sudah mulai bertanya-tanya soal hal yang personal padahal belum terlalu akrab, ini bisa menjadi hal yang patut untuk diwaspadai. Jangan sampai Anda memberikan informasi pribadi seperti alamat tempat tinggal bahkan nomor handphone pribadi," jelas Yunita Ridevianti, Senior Dating Consultant Setipe.com.
Yunita juga menambahkan, saat memutuskan bertemu dengan teman yang ditemui melalui aplikasi atau situs kencan online , penting untuk memperhatikan gesture tubuh dari lawan bicara. "Salah satu hal dasar yang dapat diamati adalah eye contact. Ini merujuk pada kemampuan seorang individu dalam berinteraksi sosial. Ada dua kemungkinan fakta dari eye contact. Yang pertama jika eye contact jarang terjadi dengan lawan bicara dan mereka cenderung tidak mau menatap Anda dan mengalihkan pandangan. Ada kemungkinan lawan bicara Anda tidak tertarik dengan Anda atau ia tipikal socially awkward. Kemudian yang kedua, jika eye contact terjadi dengan lebih sering memandang ke arah privat, ini bisa jadi red flag bagi Anda. Pastikan Anda bertemu dengan teman kencan online di area publik sehingga jika terjadi hal yang tidak diinginkan setidaknya Anda tidak kesulitan," papar Yunita.
ADVERTISEMENT
Simak ulasan lengkap konten spesial kumparan dengan follow topik Kencan Online