The Price of Free, Dokumenter yang Bahas Pekerja Anak di Industri Mode

27 November 2018 9:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Film dokumenter The Price of Free. (Foto: The Price of Free)
zoom-in-whitePerbesar
Film dokumenter The Price of Free. (Foto: The Price of Free)
ADVERTISEMENT
Pernahkah Anda merenungkan, bagaimana proses pembuatan pakaian yang Anda pakai, dari mana asalnya, dan siapa pembuatnya?
ADVERTISEMENT
Isu mengenai industri mode di seluruh dunia selalu menjadi sorotan. Bukan karena bagaimana brand berlomba-lomba untuk menciptakan pakaian paling trendi, namun, di balik layar begitu banyak ‘rahasia umum’ yang menyayat hati. Salah satunya, pekerja anak— atau buruh anak, yang bekerja di pabrik-pabrik pakaian untuk menyuplai baju-baju di gerai yang mungkin sering Anda jajaki.
Saking mirisnya, bahkan, menurut International Labour Organisation, sekitar 170 juta anak-anak di dunia sudah bekerja sebagai buruh, dan angkanya terus bertambah setiap harinya. Meski pekerja anak dilarang secara hukum di hampir semua negara, tetapi isu ini masih terus menyebar dan marak terutama di beberapa bagian negara termiskin dunia.
Untuk industri mode sendiri, ini menjadi rahasia tabu yang diketahui semua orang. Pekerja Anak-anak di negara seperti India, Bangladesh, hingga Uzbekistan, banyak membuat tekstil dan garmen untuk memenuhi permintaan konsumen di Eropa, AS, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Semua fakta ini pun akhirnya dibahas dan diangkat dalam film dokumenter baru berjudul The Price of Free karya Derek Doneen. The Price of Free menceritakan kisah pemenang Nobel Peace Prize (Nobel Perdamaian), Kailash Satyarthi, yang memimpin perjuangan untuk membasmi perbudakan anak di India. Ia juga turut membantu menyelamatkan lebih dari 80 ribu anak-anak yang bekerja di pabrik-pabrik negara tersebut.
Film dokumenter The Price of Free. (Foto: The Price of Free)
zoom-in-whitePerbesar
Film dokumenter The Price of Free. (Foto: The Price of Free)
Menurut Vogue, saking menyayat hatinya, dokumenter ini sangat sulit untuk ditonton tanpa menggores hati siapa saja yang menontonnya. Dalam dokumenter tersebut, diperlihatkan fakta-fakta bahwa anak kecil yang seharusnya mengemban pendidikan dan mengejar cita-cita, mereka justru bekerja dari pagi sampai tengah malam untuk membuat tekstil, yang nantinya dipakai oleh orang-orang kelas menengah ke atas.
ADVERTISEMENT
Sayang, kita tak bisa 100 persen menyalahkan sistem atau negara tertentu, karena pada dasarnya, semua terlibat. Keinginan pasar yang begitu tinggi, mahalnya biaya untuk upah, dan sedikitnya tenaga kerja, membuat beberapa negara ‘kelimpungan’ dan akhirnya melibatkan anak-anak. Menyakitkan, bukan?
“Saya tahu, bagi saya, perjalanan ke India, melihat apa yang terjadi di sana, bertemu dengan anak-anak ini langsung, membuat saya tak bisa melihat toko-toko (gerai fashion) dan kebiasaan berbelanja kita, dalam pandangan yang sama lagi. Harus ada perubahan tekanan konsumen jika ada yang ingin diubah,” papar Doneen.
Film dokumenter The Price of Free. (Foto: The Price of Free)
zoom-in-whitePerbesar
Film dokumenter The Price of Free. (Foto: The Price of Free)
Doneen menambahkan bahwa memfilmkan dokumenter ini amat sulit dan berbahaya, karena dilakukan secara langsung dan spontan. Salah satunya, seperti saat merekam seorang ‘pedagang’ anak-anak untuk dipekerjakan dengan kamera tersembunyi.
ADVERTISEMENT
Namun dari semuanya, hal paling sulit bagi Doneen adalah saat melihat dan mendengar langsung penderitaan anak-anak tersebut.
“Saya mendengar anak-anak itu bercerita tentang bagaimana ‘majikan’ mereka akan memukuli mereka jika mencoba untuk mengeluh seperti lelah, lapar, atau kesakitan,” ungkap Doneen dalam sebuah wawancara bersama Vogue.
The Price of Free memenangkan Grand Jury Prize for Best Documentary ketika melangsungkan debutnya di Sundance, pada awal tahun ini. Hari ini, Selasa, 27 November 2018, The Price of Free sudah bisa ditonton secara gratis di Youtube.
Waktu perilisan ini dilangsungkan tepat bersamaan dengan kampanye #givingTuesday, sebuah gerakan yang dilakukan setelah perayaan Thanksgiving di Amerika Serikat, untuk memberikan hadiah-hadiah kepada orang yang membutuhkan. Oleh karena itu, perilisan dokumenter The Price of Free secara gratis di Youtube ini dirasa menjadi waktu yang tepat.
ADVERTISEMENT