Unik, Ini 5 Tradisi Seputar Rambut dari Berbagai Suku Dunia

22 November 2018 18:26 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tradisi unik rambut di dunia (Foto: dok.Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Tradisi unik rambut di dunia (Foto: dok.Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Hampir setiap individu terlahir dengan rambut di kepalanya dengan jumlah rata-rata sekitar 100 ribu helai.
ADVERTISEMENT
Tetapi, tak hanya berfungsi untuk melindungi kulit kepala dari sengatan langsung sinar matahari, rambut juga menjadi sarana ekspresi budaya yang menunjukkan ciri khas tiap suku di dunia. Tak heran berbagai wilayah di dunia pun memiliki tradisi tersendiri dalam menata rambut mereka. Mulai dari yang dikepang, dipotong, diwarnai, dikeriting, dan lain sebagainya.
Selain itu rambut juga melambangkan kecantikan, status dan keyakinan tergantung pada budaya daerah masing-masing. Oleh karenanya kumparanSTYLE pun merangkum berbagai tradisi unik seputar rambut di dunia:
1. Rambut rontok dijadikan konde untuk warisan keluarga pada suku Miao di Tiongkok
Tradisi rambut konde suku Miao. (Foto: Dok.wikimedia commons)
zoom-in-whitePerbesar
Tradisi rambut konde suku Miao. (Foto: Dok.wikimedia commons)
Suku Miao di provinsi Guizhou, Tiongkok tidak akan membuang rambut rontok yang jatuh akibat disisir. Mereka akan mengumpulkannya dan menyatukannya dengan rambut leluhur mereka, kemudian menjadikannya sebagai konde untuk acara-acara adat.
ADVERTISEMENT
Uniknya untuk menopang rambut agar terlihat indah, digunakan penopang bahan tanduk. Rambut ini pun kemudian dikumpulkan, dicat dan dirawat dengan baik untuk diwariskan secara turun temurun dari ibu ke anak perempuannya. Meski tradisi ini tergolong langka, namun masih ada sekitar lima ribu penduduk di Miao dan rata-rata perempuannya masih memelihara tradisi ini.
2. Rambut kepang yang dilapisi tanah merah pada suku Himba di Namibia
Kepang suku Himba (Foto: Flickr/Oleg Nabrovenkov)
zoom-in-whitePerbesar
Kepang suku Himba (Foto: Flickr/Oleg Nabrovenkov)
Suku Himba atau yang dikenal dengan nama suku merah merupakan suku yang berasal dari Namibia, Afrika Selatan. Dengan populasi 50 ribu, perempuan dari suku Himba dikenal sebagai perempuan yang paling menarik di seluruh Afrika.
Hal tersebut dikarenakan perempuan suku Himba melumuri diri mereka dengan campuran pasta mentega, lemak, tanah liat, dan oker merah yang disebut sebagai Otjize.
ADVERTISEMENT
Campuran tersebut juga diaplikasikan untuk melumuri rambut mereka dengan membentuknya menjadi kepangan gimbal. Tak hanya sebagai simbol kecantikan, kepangan gimbal perempuan suku Himba juga sebagai penanda status. Perempuan yang belum menikah biasanya hanya membagi kepangan rambutnya menjadi dua, sedangkan perempuan yang telah menikah membagi kepangan rambutnya menjadi lebih banyak.
3. Rambut panjang dan kusut perempuan Devadasi di India
Devadasi. (Foto: Dok.wikimedia commons)
zoom-in-whitePerbesar
Devadasi. (Foto: Dok.wikimedia commons)
Perempuan devadasi di India berasal dari kasta rendah yang dijual orangtuanya ke kuil-kuil Hindu di India. Para perempuan tersebut dinikahkan kepada kuil dan tak boleh beranjak dari kuil hingga akhir hayat mereka.
Pada umumnya rambut mereka sangat panjang dan kusut, hampir mirip seperti rambut para Rastafarians. Rambut panjang mereka dipercaya memiliki hubungan erat dengan mitos India kuno, di mana setiap doa yang diucapkan diikat oleh rambut panjang mereka. Satu-satunya kebanggan perempuan devadasi adalah rambut kusutnya yang dikenal sebagai jaedi.
ADVERTISEMENT
4. Rambut cepak perempuan suku Masai
Suku Masai. (Foto: Dok.wikimedia commons)
zoom-in-whitePerbesar
Suku Masai. (Foto: Dok.wikimedia commons)
Hidup di panasnya gurun Serengeti, Kenya membuat perempuan-perempuan suku Masai memiliki tradisi berbeda dari perempuan pada umumnya.
Jika perempuan cantik seringkali diidentikan dengan rambut panjang terurai, berbeda dengan perempuan suku Masai yang memiliki rambut cepak. Sedangkan rambut panjang menjadi hal yang lazim dimiliki oleh pria suku Masai.
5. Memanjangkan rambut suku Yao di Cina
Rambut panjang suku Yao. (Foto: Dok.wikimedia commons)
zoom-in-whitePerbesar
Rambut panjang suku Yao. (Foto: Dok.wikimedia commons)
Seberapa sering Anda memotong rambut? Mungkin bisa saja satu atau dua kali saja dalam setahun.
Hal tersebut berbeda dengan kebiasaan perempuan suku Yao di dataran Cina. Mereka adalah satu-satunya perempuan yang memegang tradisi untuk hanya sekali seumur hidup memangkas rambutnya, yakni pada usia 16 tahun, ketika mereka siap menikah. Alhasil perempuan suku Yao memiliki rambut dengan panjang rata-rata 2,3 meter.
ADVERTISEMENT
Rambut perempuan suku Yao dianggap begitu sakral hingga hanya bisa dilihat oleh anggota keluarganya. Namun setelah tahun 1987, tradisi tersebut memudar. Kini rambut panjang perempuan suku Yao dapat dilihat oleh khalayak umum.
Tak hanya sebagai tradisi dan simbol mahkota perempuan, rambut perempuan suku Yao juga menjadi simbol status. Misalnya, perempuan muda yang belum menikah akan menutupi rambutnya dengan kain hitam, sedangkan perempuan menikah tanpa anak akan mengepang rambutnya menjadi dua. Sementara itu, perempuan menikah yang telah memiliki anak menutupi rambutnya dengan sorban hitam, dengan rambut dibentuk seperti sanggul kecil di bagian depan.