Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Women’s March 2019 Fokus Hentikan Kekerasan terhadap Perempuan
20 Januari 2019 18:57 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:48 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Setiap tahunnya, Women’s March memiliki tema yang berbeda. Pada pawai pertama di tahun 2017, enam juta perempuan di seluruh dunia memprotes pemilihan Donald Trump sebagai presiden Amerika.
Di tahun 2018, puluhan ribuan orang berkumpul di London dan di berbagai negara lain untuk melakukan pawai Time’s Up dalam rangka mendukung gerakan #MeToo. Gerakan tersebut menuntut adanya keadilan dan penghentian kekerasan di tempat kerja.
Dihadiri oleh ribuan orang di berbagai kota di dunia, pada tahun 2019 ini pawai perempuan ini mengangkat tema Women’s Wave. Tujuan utamanya adalah untuk menghentikan kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak perempuan di seluruh dunia.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, beberapa tokoh penting perempuan Amerika Serikat (AS) juga berpartisipasi dalam gerakan Women's March 2019. Beberapa di antaranya adalah Senator Partai Demokrat, Kirsten Gillibrand dan Dewan Perwakilan Amerika dari New York, Alexandria Ocasio-Cortez.
ADVERTISEMENT
Kirsten yang baru-baru ini dikabarkan mencalonkan diri sebagai presiden pada pemilu tahun 2020 mendatang memberikan pidato yang menyatakan ketidaksetujuannya dengan permusuhan, salah paham, atau diskriminasi terhadap kaum minoritas.
“Kita tahu bahwa tidak ada ruang untuk anti semitisme dalam pergerakan kita. Kita tahu jika gerakan kita akan berhasil apabila kita saling mendukung satu sama lain,” tutur Kirsten seperti dikutip dari CNN.
Ia juga mengatakan jika visinya untuk Amerika adalah untuk menghadapi Donald Trump dan menuntut kesetaraan gender berlaku di negaranya.
Berbeda dengan Kirsten, Alexandria Ocasio-Cortez menyampaikan pidato tentang keadilan yang menurutnya saat ini harus diperjuangkan dengan gigih.
“Keadilan itu bukan sebuah hal yang kita baca di buku. Keadilan itu adalah tentang air yang kita minum, udara yang kita hirup. Keadilan itu adalah tentang mudahnya kita menyampaikan suara, dan keadilan adalah tentang seberapa banyak perempuan digaji,” ucap perempuan yang menjadi kongres perempuan termuda di Amerika Serikat itu dengan penuh semangat.
ADVERTISEMENT
Meskipun saat ini tidak berada di bawah naungan organisasi Women’s March secara resmi karena adanya konflik internal, para demonstran yang hadir tetap berpegang teguh pada tujuan utama dari gerakan itu. Mereka yang hadir tetap memusatkan perhatian mereka terhadap p aturan dan dampak inklusif yang dihasilkan oleh Women’s March.
Perempuan, anak-anak perempuan, dan bahkan laki-laki ikut turun ke jalan dengan membawa atribut khas Women’s March. Mereka membawa papan bertuliskan berbagai kritikan, kalimat-kalimat slogan menuntut keadilan, dan kata-kata motivasi.
Tidak hanya di Washington D.C., dan New York, London juga kembali berpartisipasi di Women's March 2019. Namun menurut laporan dari The Guardian, Women's March di sana memiliki nama tema dan yang berbeda, yaitu Bread and Roses.
Kata 'rose' ditujukan untuk menghormati hak pilih orang Polandia yang lahir di Amerika dan pemimpin kampanye hak-hak pekerja, Rose Schneiderman. Sedangkan kata 'bread' digunakan untuk mewakili para demonstran yang sama-sama memperjuangkan hak-hak mereka.
ADVERTISEMENT
Selain itu, perempuan-perempuan Australia juga menunjukkan aksinya di tiga tempat berbeda, yaitu Hyde Park di Sydney, Alexandra Gardens di Melbourne, dan Brisbane's King George Square. Lewat Women's March mereka turut mendorong agar semua pihak turut terlibat dalam menghentikan kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak perempuan.