BNPT: Telegram Sering Dipakai untuk Ajarkan Bikin Bom

18 Juli 2017 18:57 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Telegram. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Telegram. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Aplikasi pesan instan asal Rusia, Telegram, ramai dibicarakan karena diblokir oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo). Hal ini karena pemerintah dan aparat penegak hukum menemukan layanan Telegram yang diluncurkan sejak 2013 ini sering digunakan untuk membagi pesan terkait terorisme. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) membenarkan banyak aksi propaganda terorisme yang menggunakan layanan Telegram. Kemudahan penggunaan yang tidak mewajibkan verifikasi indentitas yang lengkap membuatnya dipilih untuk menyebarkan pesan propaganda radikalisme, terorisme, paham kebencian, ajakan atau cara merakit bom, melakukan penyerangan, hingga disturbing images. "Susah diidentifikasi dan menurut pantauan kita bahwa mereka banyak menggunakan Telegram itu untuk chatting, komunikasi. Selain informasi, yang jadi perhatian BNPT adalah bagaimana mreka melakukan rekrutmen, bagaimana membuat bom, itu banyak sekali (di Telegram)," ujar Deputi Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT, Abdul Rahman Kadir di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (18/7). Menurutnya, Telegram paling banyak digunakan untuk mengajarkan pembuatan bom, bahkan dari bahan-bahan sederhana yang mudah ditemui di sekitar.
ADVERTISEMENT
Meskipun Telegram sudah muncul sejak 2013, BNPT melihat memang teroris baru menyadari peluang dari sistem enkripsi Telegram beberapa tahun belakangan. Fitur yang kaya juga menjadi hal penting alasan Telegram dipakai para teroris. Seorang pengguna Telegram bisa bikin sebuah menu di kanal (channel) buatannya. Pengguna bisa mengatur respons apa yang harus diberikan jika ada anggota (member) kanal mengklik sebuah tombol. Jika member meminta sebuah dokumen cara merakit senjata, maka bot itu bisa memberikan dokumen panduannya yang tentu saja itu bisa dilakukan setelah melewati tahap pengaturan lebih dulu. Jadi, si pemilik kanal tidak perlu menjawab satu per satu permintaan dari member. Dalam sebuah kanal, seorang member juga bisa menerima informasi broadcast dari si pemilik kanal. Kemudian, ada juga fitur Secret Chat.
ADVERTISEMENT
"Kelompok radikal ini pandai mencari peluang. Sampai tahun ini kan mereka masih lihat aman (telegram). Mereka juga sempat main di Facebook, tapi setelah itu di blokir (pihak Facebook)," tuturnya. Berdasarkan bukti yang dikumpulkan Kemkominfo, ada sekitar 17.000 dokumen bukti konten terorisme di Telegram. Telegram menurut Kemkominfo juga memiliki peran penting dalam beberapa aksi teror di Indonesia sejak 2015 hingga 2017, yang jumlahnya mencapai 17 serangan.
17 aksi teror pakai Telegram untuk komunikasi. (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
17 aksi teror pakai Telegram untuk komunikasi. (Foto: Jofie Yordan/kumparan)