Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tidak ingin kejadian tersebut terulang kembali di masa depan, Facebook berjanji akan menyelidiki batasan video live streaming di platform-nya. Hal ini disampaikan langsung oleh Chief Operating Officer Sheryl Sandberg.
Sandberg berkata, pihaknya sedang 'mendalami' batasan pada siapa yang dapat melakukan siaran langsung di Facebook. Ia tidak menyebutkan apakah ada perubahan atau tidak terkait peraturan dan kebijakan fitur tersebut.
"Kami semua di Facebook berdiri bersama para korban, keluarganya, komunitas Muslim, dan semua warga Selandia Baru," katanya seperti dikutip The Guardian.
"Banyak dari anda juga telah mempertanyakan dengan tepat bagaimana platform online, seperti Facebook, digunakan untuk mengedarkan video serangan yang mengerikan... Kami telah mendengar pendapat bahwa kami harus berbuat lebih banyak - dan kami setuju."
ADVERTISEMENT
Sandberg mengeluarkan pernyataan ini dalam bentuk surat yang diberikan kepada media lokal New Zealand Harald. Ini adalah jawaban Facebook setelah dua pekan terakhir para eksekutifnya dikritik karena kurang responsif dan simpati terhadap Selandia Baru yang sedang berduka.
Soal video teror itu, Facebook berkata kurang dari 200 orang melihat video berdurasi 17 menit itu ketika sedang siaran itu berlangsung. Pengguna pertama yang melaporkan video tersebut datang 12 menit setelah tayangan teror itu berakhir.
Perusahaan mengaku langsung menghapus video tersebut, dan beberapa video serupa yang di-upload ulang oleh pengguna lain. Total ada 1,5 juta video yang sudah dihapus Facebook dalam 24 jam pertama pasca penembakan.
Tidak hanya itu, perusahaannya juga sudah memblokir semua video terkait meski sudah diedit dengan tidak menampilkan konten visual. Hal ini dilakukan Facebook untuk menghormati para korban yang terdampak dan juga warga lokal.
ADVERTISEMENT
Live Update
Pada 5 November 2024, jutaan warga Amerika Serikat memberikan suara mereka untuk memilih presiden selanjutnya. Tahun ini, capres dari partai Demokrat, Kamala Harris bersaing dengan capres partai Republik Donald Trump untuk memenangkan Gedung Putih.
Updated 5 November 2024, 21:56 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini