Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
CEO Uber Dara Khosrowshahi Kini Jadi Dewan Direksi Grab
27 Maret 2018 7:30 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kesepakatan antara kedua perusahaan ini diklaim menjadi yang terbesar yang pernah terjadi antara perusahaan internet di kawasan Asia Tenggara, walaupun baik Grab dan Uber, tidak menyebutkan nilai dari akuisisi dan merger ini.
"Akuisisi yang diumumkan hari ini menjadi tonggak dari dimulainya era baru. Penggabungan bisnis ini melahirkan pemimpin dalam platform dan efisiensi biaya di kawasan Asia Tenggara. Bersama Uber, kini kami berada di posisi yang semakin tepat untuk memenuhi komitmen kami untuk memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen," ujar Anthony Tan, CEO sekaligus salah satu pendiri Grab, dalam keterangan resmi.

Sebagai bagian dari akuisisi ini, Uber akan memiliki 27,5 persen saham di Grab dan CEO Uber Dara Khosrowshahi akan bergabung dengan dewan direksi Grab. Dalam situs resminya, Grab mengumumkan akan mengambil alih operasional dan aset-aset Uber di Indonesia, Kamboja, Malaysia, Myanmar Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
ADVERTISEMENT
Dengan begitu, langkah ini menjadi ketiga kalinya Uber 'menyerahkan' operasionalnya ke perusahaan lokal. Sebelumnya, Uber menjual bisnisnya di China kepada perusahaan transportasi online lokal Didi Chuxing, lalu mereka juga menjual operasionalnya di Rusia dan negara tetangganya kepada perusahaan teknologi Yandex.

Konsolidasi bukan Strategi Global Uber
Melihat strategi dari Uber ini, Dara menegaskan konsolidasi seperti itu bukanlah fokus dari Uber ke depannya. Hal ini ia sampaikan dalam surat yang dikirim kepada para pegawai Uber.
"Wajar kalau mengatakan konsolidasi adalah strategi terbaru kami, terutama ini langkah ketiga kami, setelah China dan Rusia, kini Asia Tenggara. Tapi, jawabannya tidak (berfokus ke konsolidasi)," kata Dara.

Ia menjelaskan, salah satu ancaman bagi perusahaan dalam strategi globalnya adalah mereka terlalu banyak bertarung dengan banyak kompetitor.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, langkah menjual operasionalnya ini dianggap lebih menguntungkan, karena mereka bisa berfokus di pasar inti dan tetap mendapatkan keuntungan dari pasar yang tidak mereka kuasai dengan cara konsolidasi.
Pada awal tahun 2018, perusahaan internet asal Jepang, SoftBank, telah merampungkan kesepakatan untuk berinvestasi di Uber, yang membuatnya menjadi pemilik saham terbesar di Uber. Sejak itu, beredar prediksi yang mengatakan bakal ada konsolidasi antara perusahaan transportasi online di Asia yang disuntik oleh SoftBank, seperti Grab, Didi Chuxing, dan Ola dari India.
Setelah kesepakatan ini, pengemudi dan penumpang Uber serta pelanggan, rekanan merchant maupun rekanan pengantaran Uber Eats, akan dilakukan migrasi ke platform Grab. Aplikasi Uber sendiri akan tetap beroperasi selama dua minggu ke depan sebelum dimatikan di Asia Tenggara pada 8 April 2018.
ADVERTISEMENT