Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Skandal Cambridge Analytica adalah kasus yang rumit dalam hubungan data pribadi, teknologi, dan politik. Kasus yang menghebohkan publik pada 2018 lalu itu melibatkan perusahaan konsultan politik yang membeli data puluhan juta pengguna Facebook yang telah dikumpulkan oleh pembuat aplikasi kuis seluler dari Ukraina.
ADVERTISEMENT
Berkaca dari kasus tersebut, Facebook kemudian menjalankan investigasi terkait aplikasi pihak ketiga yang mungkin mengakses data pribadi pengguna tanpa sepengetahuan mereka.
Baru-baru ini, platform media sosial itu mengumumkan bahwa mereka mencabut ‘puluhan ribu’ aplikasi yang berkaitan dengan Facebook dengan alasan bahwa aplikasi-aplikasi itu melanggar aturan privasi mereka.
“Sampai saat ini, investigasi ini telah menargetkan jutaan aplikasi. Dari jumlah tersebut, puluhan ribu telah ditangguhkan karena berbagai alasan sementara kami terus menyelidiki,” jelas Ime Archibong, VP of Product Partnerships Facebook dalam posting blog, Jumat (20/9).
“Itu bisa terjadi karena sejumlah alasan termasuk berbagi data yang diperoleh secara tidak tepat dari kami, membuat data tersedia untuk umum tanpa melindungi identitas orang atau sesuatu yang jelas-jelas melanggar kebijakan kami.”
ADVERTISEMENT
Tidak begitu jelas angka spesifik aplikasi yang dicabut aksesnya oleh Facebook. Namun, jumlah aplikasi yang dicabut oleh Facebook terus mengalami peningkatan. Sebelumnya, Facebook mengklaim telah mencabut 200 aplikasi pada Mei 2018, yang meningkat jadi 400 aplikasi pada Agustus 2018.
Facebook juga mengatakan bahwa dari puluhan ribu aplikasi yang sudah mereka cabut per September 2019 bersumber dari 400 pengembang aplikasi. Jika, katakanlah, aplikasi yang dicabut ada 10 ribu, maka satu pengembang bertanggung jawab atas 25 aplikasi yang melanggar aturan privasi Facebook.
Selain karena alasan melanggar aplikasi, upaya suspend ribuan aplikasi itu juga merupakan pencegahan yang dilakukan Facebook. Menurut juru bicara mereka, beberapa aplikasi yang ditangguhkan memiliki keterkaitan dengan orang yang menyalahgunakan kebijakan privasi mereka.
“Penangguhan aplikasi dari platform Facebook tidak selalu mengindikasikan penyalahgunaan data menggunakan aplikasi itu. Dalam beberapa kasus, kami telah menangguhkan aplikasi bukan karena ada penyalahgunaan data yang diketahui atau diduga oleh aplikasi itu, tetapi karena hubungan aplikasi dengan seseorang atau entitas yang mungkin telah menyalahgunakan data Facebook yang melanggar kebijakan kami,” jelas juru bicara Facebook yang diwawancarai The Verge.
ADVERTISEMENT
Facebook sendiri sudah menuntut beberapa figur dan pengembang yang menyalahgunakan kebijakan privasi data pengguna. Sebaliknya, pada Juli 2019, Komisi Perdagangan Federal AS memberikan denda sebesar 5 miliar AS (sekitar Rp 70,3 triliun) kepada Facebook, menjadikan mereka sebagai perusahaan teknologi dengan denda paling besar sepanjang masa.