Google Ramal Nilai Ekonomi Digital Indonesia Capai Rp 1.453 T di 2025

25 November 2018 15:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi financial technology. (Foto: pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi financial technology. (Foto: pixabay.com)
ADVERTISEMENT
Kawasan Asia Tenggara memiliki potensi pertumbuhan ekonomi digital yang sangat baik. Menurut hasil riset Google dan Temasek, nilai ekonomoi digital di wilayah ini akan mencapai 240 miliar dolar AS pada 2025 mendatang.
ADVERTISEMENT
Dalam laporan bertajuk 'e-Conomy SEA 2018', Indonesia disebut yang paling tinggi pertumbuhannya. Negara dengan ibu kota DKI Jakarta ini akan meraih pasar ekonomi internet di Asia Tenggara pada 2025 dengan nilai 100 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.453 triliun.
Semua nilai tersebut paling banyak berasal dari sektor e-commerce sebesar 53 miliar dolar AS. Di bawahnya ada sektor travel online dengan nilai 25 miliar dolar AS, sektor transportasi panggilan dengan nilai 14 miliar dolar AS, dan sektor media online, seperti layanan streaming musik dan video, dengan nilai 8 miliar dolar AS.
Dalam proyeksi jumlah ekonomi digital pada 2025, Indonesia mengalahkan Thailand dan Vietnam yang masing-masing diprediksi meraup 43 miliar dolar AS dan 33 miliar dolar AS. Pertumbuhan nilai yang dialami Indonesia dan Vietnam ini naik hingga tiga kali lipat sejak 2015.
ADVERTISEMENT
Indonesia juga kini memiliki empat startup unicorn, di antaranya Go-Jek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka. Mereka juga menjadi motor pengerak meningkatkan ekonomi digital di Tanah Air.
Pertumbuhan Ekonomi Digital di Asia Tenggara (Foto: Google dan Temasek)
zoom-in-whitePerbesar
Pertumbuhan Ekonomi Digital di Asia Tenggara (Foto: Google dan Temasek)
Persaingan Go-Jek dan Grab di Asia Tenggara
Laporan 2018 ini terbilang menarik karena Google dan Temasek memberikan detail lebih soal sektor ride-hailing. Pasar transportasi panggilan di Asia Tenggara sedang berkembang pesat, apalagi pemain di sektor ini hanya ada dua: Go-Jek dan Grab.
Pasar Grab semakin besar setelah perusahaan mengambil alih bisnis Asia Tenggara milik Uber pada awal 2018. Sementara Go-Jek yang bermarkas di Indonesia tengah fokus ekspansi ke sejumlah negara Asia Tenggara.
Dalam riset Google dan Temasek menyebutkan, pengguna harian transportasi panggilan pada 2018 mencapai 8 juta orang dari 1,5 juta pengguna pada 2015 lalu. Sementara pengguna bulanannya tembus 35 juta orang pada 2018 dari 8 juta pengguna pada tiga tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan di sektor transportasi panggilan ini juga disebut mempengaruhi layanan lain yang mengikutinya, seperti pesan-antar makanan dan pembayaran digital. Ini menjadi pertanda yang baik bagi Grab dan Go-Jek untuk terus merebut pasar di Asia Tenggara.
Aplikasi Go-Jek dan Grab. (Foto: Antara dan Grab)
zoom-in-whitePerbesar
Aplikasi Go-Jek dan Grab. (Foto: Antara dan Grab)
Naik 40 miliar dolar AS dari riset 2016
Pada 2016 lalu, Google dan Temasek pernah memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi digital di Asia Tenggara akan tembus 200 miliar dolar AS di 2025. Proyeksi tersebut meleset dan lebih kecil dibandingkan riset terbarunya ini, yang memperkirakan nilainya 240 miliar dolar AS.
Kenaikan nilai prediksi ini diakibatkan pertumbuhan penetrasi internet yang cepat dan banyak masyarakat Asia Tenggara menggunakan smartphone untuk kebutuhan sehari-hari.
Di Indonesia sendiri, menurut survei yang dilakukan Asosasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2017 lalu, pengguna internet di Indonesia meningkat menjadi 143,26 juta orang. Sementara penggunaan perangkat mobile untuk berselancar internet mencapai 44,16 persen.
ADVERTISEMENT