Ilmuwan UGM, Unpad, dan Paramadina Terima Penghargaan dari WhatsApp

15 November 2018 9:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gantungan kunci logo WhatsApp. (Foto: Rupak De Chowdhuri/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Gantungan kunci logo WhatsApp. (Foto: Rupak De Chowdhuri/Reuters)
ADVERTISEMENT
WhatsApp membagikan penghargaan kepada para ilmuwan yang mau meneliti isu informasi palsu. Ada sekitar puluhan peneliti yang berhak atas penghargaan Misinformation and Social Science Research, beberapa berasal dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Padjadjaran, dan Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD) Paramadina.
ADVERTISEMENT
Para pemenang ini dipilih karena berhasil menyajikan proposal studi soal dampak disinformasi yang menyebar di aplikasi pesan instan tersebut. Mereka mendapatkan penghargaan berupa dana penelitian hingga 50.000 dolar AS untuk setiap proposal riset.
Sebelumnya, WhatsApp membuka pendaftaran proposal dari ilmu sosial apapun atau cabang ilmu yang berhubungan membuka wawasan dan pengetahuan akan dampak teknologi terhadap masyarakat yang terpusat pada inovasi teknologi dan globalisasi. Kompetisi ini dibuka untuk orang-orang dengan pengalaman yang telah teruji dalam mempelajari interaksi online dan teknologi informasi, serta untuk mereka yang ingin memperluas riset ke area-area ini.
Berikut studi berisi peneliti Indonesia yang akan didanai oleh WhatsApp!
Yang pertama adalah area literasi digital dan disinformasi berjudul Grup WhatsApp dan Literasi Digital Antara Perempuan Indonesia. Dalam proposalnya, penelitian ini akan mencakup tentang bagaimana perempuan Indonesia menggunakan grup WhatsApp dan kemampuan digital lainnya.
ADVERTISEMENT
Survei dan wawancara akan dilakukan di lokal maupun internasional. Adapun peserta peneliti dalam riset ini adalah Novi Kurnia Ph.D. dari Universitas Gadjah Mada, Engelbertus Wendratama M.A. dari PR2Media, Rahayu Ph.D. dari Universitas Gadjah Mada, Wisnu Martha Adiputra M.S. dari Universitas Gadjah Mada, Syafrizal M.A. dari Universitas Gadjah Mada, dan Eka Indarto M.Eng. dari Jogja Medianet.
Pantulan logo WhatsApp di mata. (Foto: Dado Ruvic/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Pantulan logo WhatsApp di mata. (Foto: Dado Ruvic/Reuters)
Kemudian ada juga peneliti Indonesia yang melakukan riset di area disinformasi saat pemilihan umum. Studi ini berjudul Penggunaan dan Penyalahgunaan WhatsApp di Kalangan Juru Kampanye dan Pengguna.
Riset ini akan mengkaji tentang bagaimana kehadiran berita-berita palsu di WhatsApp meningkat pada saat pemilihan gubernur Jawa Barat. Reaksi masyarakat terhadap penyebaran hoaks juga menjadi cakupan penelitian.
Pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat terpilih Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum menghadiri rapat pleno terbuka Penetapan Pasangan Calon Terpilih pada Pilgub Jabar 2018 di Bandung, Jawa Barat, Selasa (24/7). (Foto: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
zoom-in-whitePerbesar
Pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat terpilih Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum menghadiri rapat pleno terbuka Penetapan Pasangan Calon Terpilih pada Pilgub Jabar 2018 di Bandung, Jawa Barat, Selasa (24/7). (Foto: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Yang terakhir, peneliti Indonesia juga mengajukan proposal penelitian tentang Rumor Penyebab Kekerasan. Dalam penelitian ini, nantinya para peserta akan meneliti tentang bagaimana sebuah hoaks dapat memicu kekerasan dan main hakim sendiri di masyarakat yang terkena dampak panik hoaks tersebut.
ADVERTISEMENT
Mereka yang akan mengkaji tentang studi ini adalah Ihsan Ali-Fauzi Ph.D. dari PUSAD Paramadina, Dyah Ayu Kartika M.A. dari PUSAD Paramadina, Husni Mubarok dari PUSAD Paramadina, M. Irsyad Rafsyadi dari PUSAD Paramadina, Sana Jaffrey M.A. dari PUSAD Paramadina, dan Siswo Mulyartono dari PUSAD Paramadina.
Hoax (Ilustrasi) (Foto: Shutter Stock)
zoom-in-whitePerbesar
Hoax (Ilustrasi) (Foto: Shutter Stock)
Semua aplikasi akan ditinjau oleh staf riset WhatsApp, dengan konsultasi dari ahli-ahli eksternal. Selain itu, WhatsApp juga mengundang penerima penghargaan untuk menghadiri dua lokakarya.
Yang pertama ialah lokakarya yang memberikan perkenalan merinci kepada penerima penghargaan mengenai cara produk WhatsApp bekerja dan konteks tentang area fokus disinformasi. Lokakarya ini juga akan membuka kesempatan kepada pemenang penghargaan untuk menerima umpan balik dari staf riset WhatsApp dan tamu-tamu yang diundang mengenai proposal riset mereka.
ADVERTISEMENT
Kemudian ada juga lokakarya yang memberikan kesempatan kepada penerima penghargaan untuk mempresentasikan penemuan riset awal mereka kepada WhatsApp dan pemenang lainnya, yang akan membuka kesempatan untuk memberikan konteks atas penemuan-penemuan mereka antara satu dengan yang lainnya.
Jika penelitian telah selesai, WhatsApp menjanjikan bahwa semua data dari usaha riset akan dimiliki oleh peneliti dan tidak perlu dibagikan dengan WhatsApp. Dengan begitu, hasil penelitian menjadi hak milik para peneliti yang ke depannya bisa dilakukan kajian lanjutan.