Kata Ilmuwan soal Kekerasan di PUBG dan Pemblokiran di Berbagai Negara

16 April 2019 12:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Game PUBG Mobile. Foto: PlayerUnknown's Battlegrounds
zoom-in-whitePerbesar
Game PUBG Mobile. Foto: PlayerUnknown's Battlegrounds
ADVERTISEMENT
Belakangan muncul banyak wacana pemblokiran game PlayerUnknown’s Battlegrounds (PUBG) yang diduga membawa pengaruh buruk bagi para pemainnya. Tak hanya itu, rencana untuk penjarakan mereka yang ketahuan memainkan game 'terlarang' itu juga telah ada.
ADVERTISEMENT
Pemerintah di berbagai negara yang membuat larangan menyatakan bahwa game elektronik memberikan candu kepada pemainnya. Bahkan, game itu dapat memicu kekerasan dan mengganggu kedamaian lingkungan.
Sejumlah insiden penembakan yang terjadi di berbagai belahan dunia kerap diyakini banyak pihak disebabkan oleh pelaku yang berada dalam pengaruh game bertema kekerasan itu. Seperti Presiden Donald Trump, misalnya, yang menyalahkan video game atas kejadian penembakan di Marjory Stoneman Douglas High School di Florida yang menewaskan 17 siswa.
Munculnya fenomena pemblokiran didominasi karena alasan pengaruh kekerasan pada pemainnya. Lalu, apakah benar game memicu tindakan kekerasan secara ilmiah?
Menurut para peneliti dari Oxford Internet Institute dan University of Oxford, agresi anak-anak muda khususnya yang bermain video game tidak dipengaruhi oleh karena mereka memainkan game-game dengan tema kekerasan.
ADVERTISEMENT
“Gagasan yang mengatakan video game bertema kekerasan mendorong agresi di dunia nyata adalah yang paling populer, tapi itu belum bisa dibuktikan dengan baik hingga saat ini,” kata Professor Andrew Przybylski, seperti dikutip Independent.
Game battle royale PUBG (PlayerUnknown's Battlegrounds). Foto: PlayerUnknown's Battlegrounds
Przybylski menambahkan, hingga saat ini, para peneliti belum bisa memberikan bukti bahwa game patut untuk menjadi salah satu hal yang dikhawatirkan para orang tua dan pemerintah di berbagai negara.
Di sisi lain, beberapa pihak mengkhawatirkan kehadiran video game yang memberikan sensasi ketagihan. Salah satunya Pangeran Kerajaan Inggris Harry yang menilai bahwa kehadiran game dapat mempengaruhi kesehatan mental.
“(Game) membuat ketagihan, candu yang membuat kamu terus menerus berada di depan komputer. Tidak punya rasa tanggung jawab. Itu seperti menunggu bahaya muncul, anak-anak pergi dari rumah dan keluarga terpecah belah,” ujar Pangeran Harry.
ADVERTISEMENT
Dua game yang kerap menjadi sorotan karena dinilai memberikan pengaruh kekerasan tersebut adalah PUBG dan Fortnite. Keduanya merupakan game yang menuntut pemainnya menggunakan senjata untuk melawan musuh dan bertahan hidup.
Game battle royale PUBG (PlayerUnknown's Battlegrounds). Foto: PlayerUnknown's Battlegrounds
Di Nepal, game PUBG telah diblokir. Setelahnya, muncul wacana kalau pemerintah Irak bakal melakukan hal yang sama. Sementara di India, game PUBG sudah dilarang di beberapa daerah pada awal Maret 2019, dan jika ketahuan, pemain bakal ditangkap polisi.
Di Indonesia, wacana serupa juga sempat ramai dibahas, namun game PUBG dikaitkan dengan aksi terorisme di Selandia Baru. Belum ada fatwa keluar dari hasil diskusi grup antara MUI dengan beberapa pihak, namun lahir tiga rekomendasi bagi pemerintah.
Pertama, mengoptimalkan sisi positif game serta meminimalisir sisi negatif game. Kedua, me-review Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 11 Tahun 2016 tentang Klasifikasi Permainan Interaktif Elektronik. Ketiga, memperhatikan pembatasan usia, konten, waktu, dan dampak yang ditimbulkan.
ADVERTISEMENT