Mereka yang Mengaku Terkena Alergi Wi-Fi dan Sinyal Ponsel

30 Mei 2018 10:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi wifi gratsis. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wifi gratsis. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Di zaman yang semakin modern ini, manusia tidak bisa lepas dari kebutuhan akan internet, termasuk koneksi jaringan Wi-Fi gratis. Tetapi, ada sebagian orang di luar sana yang mengalami tingkat stres tinggi hingga terkena alergi akibat terpapar gelombang elektromagnetik dari perangkat Wi-Fi ataupun sinyal ponsel.
ADVERTISEMENT
Beberapa orang mengeluhkan saat berada di sekitar jaringan Wi-Fi atau dalam jangkauan sinyal ponsel, mereka akan merasa kelelahan, gangguan kesehatan, hingga mengalami tingkat stres yang tinggi. Tetapi saat berada di luar jangkauan gelombang Wi-Fi atau sinyal ponsel, mereka merasa nyaman dan keluhannya pun menghilang.
Berikut ini adalah beberapa orang yang mengaku menderita alergi Wi-Fi dan sinyal ponsel, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Bahkan ada yang sampai bunuh diri karena tidak kuat menahan penderitaannya.
Ilustrasi Wifi (Foto: Wayda Dreamscape/ Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Wifi (Foto: Wayda Dreamscape/ Flickr)
1. Kim De'Atta
Kim merasakan sakit seperti migrain, hingga mudah lelah jika terpapar jaringan ponsel, Internet 3G, Wi-Fi, dan gelombang elektromagnetik lainnya. Kim merasakan sakit ini sejak usia 16 tahun saat tinggal di London. Hal ini bermula saat Kim merasa sakit jika berada dekat dengan televisi.
ADVERTISEMENT
Menurut pengakuannya kepada Metro, Kim berkata setiap kali melakukan panggilan telepon, ia merasa ada laser yang masuk ke kepalanya dan itu sangat sakit. Kim beberapa kali menghindari jaringan mobile, bahkan sampai pindah tempat tinggal dua kali. Hal ini juga membuatnya jarang bertemu dengan keluarga dan teman.
"Sebagian orang mungkin menganggap saya gila. Padahal apa yang saya rasakan sangat sulit. Ini karena mereka tak pernah mengalaminya," tutur Kim yang dahulu bekerja sebagai perawat.
Kim kini merasa aman jika memakai kelambu untuk melindungi diri dari gelombang elektromagnetik saat pergi ke luar rumah. Walau begitu, ia hanya berani mengunjungi tempat yang susah mendapatkan sinyal seluler.
Ilustrasi Wifi (Foto: Nick Youngson CC BY-SA 3.0 Alpha Stock Images)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Wifi (Foto: Nick Youngson CC BY-SA 3.0 Alpha Stock Images)
2. Stefanie Russell
Nenek berusia 72 tahun asal Rusia bernama Stefanie Russell mengaku sering merasa pusing dan mual saat berada dalam jangkauan sinyal Wi-Fi. Russel memilih untuk tidak memakai ponsel. Ia juga mengecat rumah dengan produk cat khusus yang anti terhadap jaringan atau radiasi Wi-Fi.
ADVERTISEMENT
Untuk menghindari sinyal Wi-Fi, Russel meminta para kerabat yang ingin menemuinya untuk mematikan ponsel, router, laptop, atau benda lain yang bisa mengeluarkan atau terhubung dengan Wi-Fi.
"Ini membuat saya sulit untuk ke luar dan berteman. Saya juga tidak memakai internet dan email, karena itu semua tidak aman,” katanya, dikutip dari Metro.
Dokter yang memeriksanya tidak bisa berbuat banyak.
Wifi (Foto: Max Pixel)
zoom-in-whitePerbesar
Wifi (Foto: Max Pixel)
3. Jenny Fry
Jenny Fry memilih untuk bunuh diri setelah mengalami alergi Wi-Fi. Remaja putri berusia 15 tahun tersebut menggantung dirinya di atas pohon yang diduga akibat mengalami kelelahan, sakit kepala, dan masalah kandung kemih setelah terpapar jaringan Wi-Fi.
Ibunya, Debra (57) menceritakan Jenny tiba-tiba tidak muncul di sekolah pada suatu hari di bulan Juni 2015. “Ia mengirim pesan kepada seorang teman, mengisyaratkan apa yang akan ia lakukan. Tetapi ia meninggalkan ponselnya di rumah."
ADVERTISEMENT
Penyakit yang diderita Jenny pertama kali dirasakan ketika sekolahnya memasang perangkat Wi-Fi pada akhir 2012. Diketahui gejala yang dialami Jenny ini sesuai dengan penyakit sensitif terhadap gelombang elektromagnetik atau EHS (Electro-hypersensitivity).
4. James, Conn, dan Dara
Kakak beradik asal Inggris ini menderita sakit kepala yang parah, mual dan masalah dengan konsentrasi selama berada di kelas yang menggunakan perangkat Wi-Fi. Tetapi, gejala mereka lenyap setelah menghabiskan satu atau dua jam di rumah.
Alisa Kane (45), ibu dari kakak beradik itu merasa prihatin dengan apa yang dialami oleh mereka. “Saya sangat prihatin dengan mereka. Masalahnya tampak lebih jelas dengan James yang merupakan kakak paling tua, tetapi ketiga anak laki-laki itu berjuang dengan masalah yang sama," ujar Kane, dilansir Mirror.
ADVERTISEMENT
“Ketika James memberi tahu saya bahwa ia tidak bisa berpikir di sekolah, saya benar-benar khawatir. Ia mengatakan hanya bisa berpikir jernih ketika ia berada di rumah," tambahnya.
Karena terus mengalami penderitaan saat berada di sekolah, akhirnya Alisa mengeluarkan tiga anaknya dari sekolah karena ia yakin Wi-Fi di gedung itu membuat mereka sakit.
James, Alisa, dan Conn (Foto: Belfast Live WS)
zoom-in-whitePerbesar
James, Alisa, dan Conn (Foto: Belfast Live WS)
5. Martine
Martine memilih tinggal di tempat terpencil di wilayah selatan Belanda untuk menghindari jangkauan Wi-Fi di perkotaan yang membuatnya merasa sakit. Sama seperti Jenny, Martine juga mengidap penyakit EHS.
Ia mengaku sebagai salah satu dari sedikit orang di Belanda yang penyakitnya telah diakui oleh pemerintah. Walau begitu, pihak berwenang belum secara resmi menyatakan radiasi elektromagnetik menjadi penyebabnya merasa sakit.
ADVERTISEMENT
Martine tidak tinggal sendiri, dikutip dari Vice, ia kadang ditemani oleh Nanny, perempuan berusia lima puluh tahunan yang juga memiliki gejala yang sama seperti Martine. Nanny tidak pernah keluar rumah tanpa mengenakan topi pelindungnya, yang tampak seperti topi peternak lebah yang terbuat dari perak untuk melindunginya dari gelombang elektromagnetik.