Nasib Game 'Pro Evolution Soccer' di Ujung Tanduk

17 Juni 2018 19:12 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Andres Iniesta di Pro Evolution Soccer 2018. (Foto: PlayStation Store)
zoom-in-whitePerbesar
Andres Iniesta di Pro Evolution Soccer 2018. (Foto: PlayStation Store)
ADVERTISEMENT
'Pro Evolution Soccer' sedang berada di situasi yang sulit. Game sepak bola populer yang biasa disebut PES itu saat ini harus mampu menarik perhatian para gamer dengan fitur yang 'apa adanya'.
ADVERTISEMENT
Bayangkan saja, setelah kehilangan lisensi Liga Champions dari UEFA, nyatanya game pesaing mereka 'FIFA 19' yang kemudian menjadi pemegang lisensi Liga Champions. Ini membuat 'FIFA 19' tampaknya bakal menjadi game sepak bola yang komplit, karena diketahui mereka juga memegang lisensi liga-liga Eropa papan atas, seperti Liga Inggris, Spanyol, Italia, Jerman, Prancis, dan sebagainya.
Sementara itu, soal lisensi memang masih menjadi masalah bagi PES yang akan segera meluncurkan seri terbarunya yaitu 'PES 2019' pada Agustus mendatang.
Alih-alih melengkapi lisensinya, PES malah harus rela kehilangan lisensi Liga Champions, dan kini mereka baru mengumumkan lisensi dari tujuh liga yang belum bisa dikategorikan liga papan atas.
Ketujuh liga yang telah dipastikan memiliki lisensi resmi di PES 2019 di antaranya adalah Liga Denmark, Portugal, Belgia, Swiss, Skotlandia, Argentina, dan Rusia. Konami, selaku penerbit game ini, mengaku masih menyimpan dua liga lagi yang akan diumumkan selanjutnya.
ADVERTISEMENT
Tanpa adanya lisensi, beberapa klub yang tersedia di game 'PES' terpaksa diberikan 'nama palsu'. Misalnya, Manchester United yang namanya jadi 'Man. Red', Manchester City jadi 'Man Blue', dan lainnya, termasuk logo klub dan kostum yang tidak sesuai aslinya.
Ini menjadi kekurangan yang selalu membuat PES terus tertinggal dari FIFA. EA, selaku penerbit game FIFA, selalu menyajikan pilihan klub dan pemain yang sesuai berkat lisensi yang mereka pegang. Apalagi, di FIFA 18 juga para pemain mendapatkan update gratis edisi Piala Dunia 2018.
EA sendiri bakal meluncurkan FIFA 19 pada 28 September, sementara Konami akan merilis PES 2019 pada akhir Agustus.
Di Indonesia, PES Lebih Populer
Di Indonesia, game PES sebenarnya lebih populer ketimbang FIFA. Ini mungkin akibat pada dasarnya PES adalah game 'Winning Eleven' yang sudah sangat akrab dengan pemain game sepak bola Tanah Air sejak belasan tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Para pemain sudah terbiasa dengan gameplay PES, terutama pemain di perangkat PC dan laptop. Meski budaya game bajakan di perangkat tersebut masih sulit dibendung di Indonesia, tapi tidak bisa dipungkiri jika PES masih lebih populer ketimbang FIFA.
Game Pro Evolution Soccer 2017. (Foto: Konami)
zoom-in-whitePerbesar
Game Pro Evolution Soccer 2017. (Foto: Konami)
Ini juga bisa dilihat dari kompetisi-kompetisi yang sering diselenggarakan, di mana ada lebih banyak kompetisi PES ketimbang FIFA. Saya sendiri awalnya adalah pemain PES selama bertahun-tahun, namun setelah diperkenalkan dengan FIFA, saya mulai terbiasa dengan game garapan EA tersebut karena tak perlu ribet memasukkan patch dan sebagainya demi memperbaiki nama klub dan kostum yang berbeda dari aslinya.
Maklum, lisensi memang menjadi hal yang paling disorot. Tentu tak enak rasanya memainkan klub jagoan, misalnya Man. United dengan nama dan kostum yang tidak sesuai aslinya. Meski untuk urusan gameplay dan grafik bisa diadu dengan FIFA, tapi masalah lisensi tidak bisa dikesampingkan begitu saja oleh PES.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, Agustus ini kita akan melihat bagaimana antusiasme masyarakat terhadap game PES 2019. Sudah cukupkah tujuh liga di atas menjadi penarik perhatian masyarakat?
Bisakah para pemain PES melupakan Liga Champions?