Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Belakangan heboh kabar keberadaan celah WhatsApp yang sukses dimanfaatkan hacker untuk menyebarkan virus spyware atau software mata-mata yang bisa mencuri data pengguna hanya dengan sekali missed call. Pendiri Telegram Pavel Durov kini ikut berkomentar soal celah tersebut.
ADVERTISEMENT
Durov menulis sebuah artikel di blog pribadinya berjudul “Mengapa WhatsApp tidak akan pernah aman”. Alasannya adalah karena sistem pada aplikasi WhatsApp memang lebih cocok untuk keperluan pengawasan.
“WhatsApp memiliki sejarah yang konsisten, mulai dari tidak adanya enkripsi dari awal muncul hingga suksesi masalah keamanan yang lebih cocok untuk keperluan pengawasan,” tulis Durov.
Tidak seperti Telegram, WhatsApp bukanlah open source alias sumber terbuka sehingga tidak ada jalan bagi para peneliti keamanan siber untuk mengecek apakah ada backdoor pada kode aplikasi pesan tersebut. Hal ini bisa memungkinkan pemerintah ataupun hacker membuat backdoor di aplikasi sehingga mereka menerobos segala perlindungan yang dibenamkan.
“WhatsApp tidak hanya menyembunyikan kode, namun sebaliknya, WhatsApp sengaja mengaburkan biner aplikasi untuk memastikan tidak ada yang bisa mempelajarinya secara menyeluruh,” ungkap Durov.
ADVERTISEMENT
“Namun kurangnya keamanan membuat mereka jadi gampang dimata-matai, sehingga celah WhatsApp bisa terus dinikmati di tempat-tempat seperti Rusia atau Iran, di mana Telegram diblokir oleh pemerintah,” tambahnya.
Ya, Telegram diblokir dari negara pengembangnya sendiri, Rusia, karena memiliki sistem enkripsi end-to-end yang sangat aman hingga sulit untuk diterobos oleh pihak manapun. Tiga tahun lalu, WhatsApp mengumumkan bahwa mereka juga telah menerapkan sistem enkripsi end-to-end, namun nyatanya sistem WhatsApp masih mudah dibobol hingga saat ini.
“Melihat ke belakang, tidak ada satu hari pun WhatsApp dalam perjalanan 10 tahun usianya di mana layanan ini aman," klaim Durov.
Hingga saat ini, WhatsApp tidak memberikan kejelasan apa saja dampak yang bakal dirasakan pengguna jika mereka menjadi salah satu yang terserang spyware. Namun mereka mengatakan bahwa pihaknya telah menyediakan informasi kepada penegak hukum AS untuk membantu mereka menyelidiki masalah ini.
ADVERTISEMENT
"Sekarang kita menyaksikan saat-saat Facebook akan meminjam gagasan filosofi Telegram, saat Zuckerberg tiba-tiba mendeklarasikan pentingnya privasi dan kecepatan, dengan mengutip kata-kata pada deskripsi aplikasi Telegram saat konferensi F8,” ujarnya.
Menurut Durov, ia meyakini WhatsApp tidak akan aman kecuali secara keseluruhan mengubah cara kerjanya. "Bagi WhatsApp untuk menjadi layanan yang berorientasi privasi, mereka berisiko kehilangan seluruh pasar dan bentrok dengan otoritas di negaranya sendiri. Mereka sepertinya tak siap untuk itu," tulis Durov.