Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Ini bukan pertama kalinya Brian Acton menyerukan aksi untuk menghapus akun Facebook. Salah satu pendiri WhatsApp itu pernah menyerukan hal demikian lewat akun Twitter dan dalam sebuah kesempatan konferensi teknologi. Sekarang, Acton kembali menyerukan hal itu, dan targetnya adalah mahasiswa di universitas teknologi ternama di California, AS, yaitu Stanford University.
ADVERTISEMENT
Acton adalah alumni Stanford University. Dia diundang jadi pembicara di salah satu kelas Ilmu Komputer di Stanford University pada pekan lalu. Di sana juga diundang mantan karyawan Facebook yang lain, Ellora Israni, yang merupakan pendiri organisasi non-profit pemberdayaan perempuan di bidang teknologi, She++ (She Plus Plus).
Acton bicara tentang keputusannya menjual WhatsApp kepada Facebook di tahun 2014 sebesar 19 miliar dolar AS. Mengapa ia menjual WhatsApp, dan mengapa akhirnya dia pergi, setelah Facebook menguasai platform berbagi pesan terpopuler itu.
Kritik keras disampaikan Acton kepada Facebook yang lebih memprioritaskan unsur monetize terhadap WhatsApp , dan menomorduakan persoalan privasi pengguna.
"Saya memiliki 50 karyawan, dan saya harus memikirkan mereka dan uang yang akan mereka hasilkan dari penjualan (perusahaan) ini. Saya harus memikirkan tentang investor kami dan saya harus memikirkan saham minoritas saya. Saya tidak memiliki kekuatan penuh untuk mengatakan 'tidak' kalau saya mau," katanya, dikutip dari BuzzFeed.
Meskipun Acton merelakan WhatsApp dibeli Facebook dan telah mengantarkannya menjadi miliarder, tetapi publik sudah tahu posisi Acton yang memilih untuk jadi pengkritik keras Facebook. Dia memilih untuk angkat kaki dari Facebook pada November 2017 setelah tiga tahun di sana. Sementara seorang pendiri WhatsApp yang satu lagi, Jan Koum, keluar dari Facebook pada April 2018. Mereka dilaporkan tidak setuju dengan rencana Facebook menghasilkan uang dari WhatsApp dengan pendekatan terhadap data dan privasi pengguna.
ADVERTISEMENT
Dalam wawancara dengan Forbes, Acton bilang Facebook menetapkan target terhadap WhatsApp untuk mendapatkan pemasukan sebesar 10 miliar dolar AS dalam 5 tahun dari iklan dan komunikasi bisnis.
Lalu di hadapan mahasiswa Stanford University kali ini, Acton juga mengkritik model bisnis yang mendorong perusahaan memprioritaskan keuntungan dibandingkan privasi orang. Dia berharap ada batasan yang jelas antara bisnis, privasi pengguna, serta desakan dari investor, mengingat Facebook adalah perusahaan yang terdaftar di bursa saham Nasdaq di kawasan Wall Street, New York.
"Motif untung kapitalis, atau menjawab Wall Street, adalah apa yang mendorong ekspansi invasi privasi data dan mendorong ekspansi banyak hasil negatif yang tidak kita sukai," katanya. "Saya berharap ada pagar di sana. Saya berharap ada cara untuk mengendalikannya. Saya belum melihat manifes itu, dan itu membuat saya takut."
ADVERTISEMENT
Perusahaan Google, Apple, dan ekosistem Silicon Valley, turut dikritik oleh Acton. Pengusaha di kawasan ini ditekan oleh pemegang saham atau pemodal ventura, dan banyak yang mengambil jalan keluar semata untuk memuaskan karyawan serta pemegang saham.
Model bisnis yang dianut WhatsApp di masa lalu adalah menghasilkan uang 1 dolar AS per satu tahun dari setiap pengguna. Jika WhatsApp memiliki 1 miliar pengguna, maka akan meraih pendapatan 1 miliar per tahun. Tetapi, perusahaan teknologi di Silicon Valley tidak mengharapkan uang sedikit itu. Acton menyebut perusahaan-perusahaan ini menginginkan uang yang lebih dari itu.
“Ini bukan soal menghasilkan uang luar biasa, dan jika Anda memiliki satu miliar pengguna ... Anda akan memiliki pendapatan 1 miliar dolar AS per tahun. Bukan itu yang diinginkan Google dan Facebook. Mereka menginginkan miliaran dolar yang lebih banyak.”
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, Acton berkata keputusannya meninggalkan Facebook adalah karena keputusan sewenang-wenang CEO Mark Zuckerberg dan COO Sheryl Sandberg. Facebook telah membiarkan WhatsApp beroperasi independen selama tiga tahun pertama setelah akuisisi, namun belakangan pengaruh dari Facebook semakin tinggi untuk mendesak WhatsApp bisa menghasilkan uang dan mengorbankan privasi pengguna.
Hal inilah yang akhirnya membuat Acton memilih untuk "tidak ikut campur" dengan rencana besar WhatsApp di masa depan. Dia juga memilih untuk "tidak ikut campur" untuk urusan moderasi konten, yang saat ini jadi masalah besar dalam hal berita palsu dan ujaran kebencian.
Perusahaan teknologi dan media sosial besar seperti Facebook, harus berjuang memilih konten ujaran kebencian dan bukan ujaran kebencia. Hoaks atau berita yang benar-benar berdasarkan fakta. Google harus memilih situs web mana yang baik dan buruk.
ADVERTISEMENT
Dalam posisi seperti ini, Acton menyadari publik telah memiliki ketergantungan pada layanan internet atau media sosial tersebut yang kini punya tugas besar dalan hal moderasi konten. Satu yang pasti dan tidak terlupakan bagi Acton dalam kondisi ini, adalah tetap mengajak mahasiswa Stanford University untuk tetap menghapus akun Facebook.
"Perusahaan-perusahaan teknologi ini tidak dibekali dengan kemampuan membuat keputusan moderasi," kata Acton. "Kita telah memberi mereka kekuatan. Kita memakai layanan mereka. Kita mendaftar di situs-situs milik Facebook. Maka, (sebaiknya) Hapus Facebook, kan?"