Turnamen Mobile Legends Professional League (MPL)

Prahara Rp 15 Miliar Liga Mobile Legends di Indonesia

13 Juli 2019 10:40 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Turnamen Mobile Legends Professional League (MPL) Indonesia. Foto: Moonton
zoom-in-whitePerbesar
Turnamen Mobile Legends Professional League (MPL) Indonesia. Foto: Moonton
ADVERTISEMENT
Industri eSports di Indonesia akan memulai babak baru. Untuk pertama kalinya, sebuah turnamen eSports di Indonesia menerapkan sistem franchise league dengan persyaratan dana yang sangat besar. Inisiatif tersebut dimulai oleh Moonton selaku pengembang game Mobile Legends: Bang Bang dalam turnamen Mobile Legends Professional League (MPL) di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dengan sistem berbayar franchise, setiap tim peserta MPL Season 4 yang jumlahnya ada delapan, diwajibkan membayar 1 juta dolar AS atau Rp 15 miliar yang dapat dikatakan sebagai entrance fee. Dengan demikian, nilai yang disetor delapan tim eSports ke Moonton mencapai 8 juta dolar AS atau sekitar Rp 112 miliar.
Menarik memang melihat langkah Moonton selaku penyelenggara MPL, yang mengambil keputusan menerapkan sistem franchise pertama kali di Indonesia. Langkah itu kemudian disambut oleh delapan tim eSports yang rela merogoh kocek sebesar Rp 15 miliar demi berpartisipasi dalam MPL Season 4. Ini menandakan MPL menjadi wadah yang menjanjikan bagi mereka, dengan segala penawaran yang diberikan Moonton terhadap tim.
Dengan sistem franchise sendiri, itu berarti nantinya delapan tim yang telah membayar Rp 15 miliar itu akan mendapatkan pembagian hasil pendapatan (revenue sharing) dari MPL setiap musim. Uang yang didapat Moonton dari sponsor MPL setiap musimnya akan dialirkan ke delapan tim yang berpartisipasi. Janjinya, uang Rp 15 miliar itu hanya dikeluarkan tim untuk sekali saja di awal.
ADVERTISEMENT
Penerapan sistem franchise seperti ini mirip dengan liga olahraga profesional macam NBA atau NFL. Olahraga kompetitif kini tak hanya soal olahraga tradisional, tapi juga olahraga elektronik alias eSports.
Suasana turnamen Mobile Legends Professional League (MPL). Foto: Moonton
Keberanian Moonton menerapkan sistem ini bukan tanpa alasan. Pasar game tumbuh deras. Bahkan, pasar game di Asia Tenggara diprediksi akan menghasilkan 4,6 miliar dolar AS pada tahun 2019, menurut lembaga riset Newzoo. Kenaikan ini mencapai 22 persen dari tahun ke tahun dan Indonesia menjadi salah satu pasar paling gede.
Newzoo berpendapat pertumbuhan pesat ini menjadi kesempatan bagi penerbit-penerbit game macam Moonton dalam mengembangkan bisnisnya menjadi lebih luas. Bisa kita lihat MPL Season 4 dengan franchise league bakal menjadi salah satu langkah mereka.
ADVERTISEMENT
Tentang franchise league di eSports
Sistem franchise league mulai diterapkan di sejumlah turnamen eSports internasional. Misal, ada Overwatch League yang diumumkan pertama kali pada November 2016 oleh Activision Blizzard. Overwatch League menawarkan para pemain kontrak dengan jaminan gaji minumum dan beberapa keuntungan lain seperti benefit kesehatan, uang pensiun, dan tempat tinggal.
Masing-masing tim peserta Overwatch League harus membayar biaya franchise sebesar 20 juta dolar AS atau sekitar Rp 281 miliar. Jauh lebih besar dari Rp 15 miliar di MPL.
Ada lagi yang lain. Perusahaan Riot Games telah mengumumkan penerapan franchise league pada turnamen game League of Legends di Eropa dan Amerika Utara. Bagi Riot, perubahan ke sistem franchise bertujuan mengembangkan liga dalam jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Riot meminta tim-tim peserta turnamen untuk membayar 10 juta dolar AS (sekitar Rp 140 miliar) bagi tim peserta yang telah ada dan 13 juta dolar AS (sekitar Rp 182 juta) untuk yang baru.
Kembali ke franchise league MPL di Indonesia. Turnamen musim keempat ini tak lagi menerapkan kualifikasi untuk menjaring tim-tim terbaik ke MPL. Tidak ada lagi istilah gratisan untuk ikut turnamen, seperti musim-musim sebelumnya. Liga utama Mobile Legends di Indonesia bakal punya tim-tim permanen. Sebanyak delapan tim eSports yang telah membayar Rp 15 miliar akan memiliki posisi permanen di MPL.
Konflik Moonton vs Louvre
Apa yang dilakukan Moonton bukan tanpa kekurangan. Karena masih ada banyak pertanyaan besar yang harus disoroti. Langkah mereka mendapatkan protes keras dari salah satu tim peserta musim sebelumnya, Louvre Esports. Erick Herlangga, pemilik Louvre Esports, menyatakan keberatannya dengan aturan baru Moonton.
ADVERTISEMENT
Ia membuat sebuah petisi di Change.org yang meminta Moonton membatalkan aturan Rp 15 miliar untuk berpartisipasi di MPL Season 4. Petisi ini ditujukan kepada Presiden Joko Widodo, Menteri Pemuda dan Olahraga Iman Nahrawi, dan Kepala Bekraf Triawan Munaf, untuk membantu mediasi di antara kedua pihak.
Erick Herlangga, pemilik tim Louvre Esports, tampak memeluk pemainnya. Foto: Louvre Esports
Dengan tegas, Erick menyebutkan aturan Rp 15 miliar dari Moonton dapat merusak perkembangan atlet eSports di Indonesia. "Aturan baru beli slot Rp 15 miliar cuma di negara Indonesia dan negara lain gratis dan Moonton hanya mempertandingkan 8 tim akan merusak prestasi atlet dan ditambah monopoli turnamen," tulis Erick, dalam petisi tersebut.
Hingga berita ini ditayangkan, petisi itu telah ditandatangani lebih dari 52 ribu orang.
Louvre, yang merupakan runner-up MPL Season 3 dan runner-up Mobile Legends Southeast Asia Cup (MSC) 2019, tampaknya bakal absen di MPL Season 4. Erick mengungkapkan gagal mendapatkan slot untuk Louvre di MPL Season 4, meski mereka telah mendapat sponsor dan segala persiapannya.
ADVERTISEMENT
"Saya dapat kabar, saya dapat email. Katanya, thank you ini Anda tidak ikut MPL Season 4. Saya kaget. Kalau misalnya kita tidak ada uang untuk bayar, ya enggak apa-apa ya. Ini kita sudah ada uang, sudah siap bayar, sudah ada sponsorship, sudah ada infrastrukturnya sudah benar," ungkap Erick, dalam video diskusi dengan Ryan KB dan Frans Volva di channel YouTube Louvre TV.
Erick mengatakan seharusnya Moonton bisa mempertimbangkan prestasi Louvre yang telah dicapai selama ini di MPL dan MSC.
Menanggapi protes tersebut, Moonton memberikan dua klarifikasi melalui akun MLBB Esports Indonesia di Facebook dan Instagram. Perusahaan asal China itu mengungkapkan jika Louvre telah gagal melengkapi pengajuan keikutsertaan di MPL Season 4 hingga tenggat waktu yang telah ditentukan. Louvre disebut kalah cepat dengan 8 tim yang telah menyelesaikan proses pengajuannya.
ADVERTISEMENT
"Setelah tiga season dari MPL, kami merasa bahwa kami harus membawa turnamen menuju ke level selanjutnya terutama di pasar terpenting kami, Indonesia," tulis Moonton, dalam klarifikasinya.
"Kami menyadari bahwa kami tidak dapat melakukan semua ini sendirian, dan kami mulai menjangkau seluruh tim peserta MPL kami untuk menanyakan apakah mereka bersedia untuk masuk dan berinvestasi di dalam liga melalui model distribusi pendapatan bersama/shared revenue yang mirip dengan Liga Esports Profesional lakukan di seluruh dunia."
Pengembang game 'Mobile Legends', Moonton. Foto: Bianda Ludwianto/kumparan
Moonton menjelaskan, dengan sistem franchise maka lebih dari 50 persen pendapatan MPL dari sponsor dan hak penyiaran pada season mendatang bakal didistribusikan kepada tim. Hal ini dilakukan agar tim-tim yang berpartisipasi dapat menggunakan dana tersebut untuk membiayai tim secara stabil setiap musimnya.
ADVERTISEMENT
"Dengan investasi satu kali secara bersama-sama sebesar Rp 15 miliar per tim dan investasi dari Moonton, banyak inisiatif akan direncanakan dan diluncurkan dalam waktu dekat yang akan bermanfaat bagi komunitas eSports Indonesia," jelas Moonton.
Meski delapan tim yang akan berpartisipasi di MPL Season 4 belum diumumkan secara resmi, tapi telah beredar rumor jika delapan tim itu adalah Aerowolf, Alter Ego, EVOS, RRQ, Geek Fam Indonesia, Bigetron, Onic, dan Aura.
Tanggapan EVOS dan RRQ
Dua tim eSports besar di Indonesia, EVOS dan RRQ, menyampaikan pendapatnya kepada kumparan terkait penerapan sistem franchise ini. Dalam surat elektronik, CEO EVOS Esports Ivan Yeo mengungkapkan apa yang dilakukan Moonton sejalan dengan tujuan utama dari tim yang identik dengan logo serigala putih tersebut.
Ivan Yeo, CEO EVOS Esports. Foto: EVOS Esports
Ia memaparkan, tujuan utama EVOS adalah menciptakan sebuah ekosistem eSports yang dapat membantu pemain-pemain menunjukkan talenta mereka di panggung terbesar.
ADVERTISEMENT
"Terkait MPL S4, kami melihatnya sebagai sebuah cara untuk berinvestasi dan mengembangkan eSports di Indonesia. Senang melihat ada kesempatan baru untuk membuat eSports jadi lebih mainstream," ujar Ivan. "Liga franchise di MPL S4 sejalan dengan tujuan kami terkait ekosistem eSports tersebut dan kami yakin ini akan menjadi tempat terbaik untuk pemain-pemain kami dalam menunjukkan talenta mereka."
Sementara itu, CEO RRQ, Andrian Pauline, berbicara lebih banyak soal penerapan sistem franchise yang mengharuskan setiap tim membayar Rp 15 miliar ini. Ia mengungkapkan angka tersebut memang sangat besar, tapi ia menilai apa yang didapat RRQ akan sepadan.
"Begini, jujur saja, meskipun tim sekelas RRQ, saya harus jujur bilang kalau itu mahal, itu lumayan berat. Karena setiap tim itu kebanyakan, ya, even RRQ pun, masih mencari positive cash flow," ungkap pria yang biasa disapa AP tersebut, dalam video wawancaranya di akun YouTube Frans Volva.
Andrian Pauline, CEO tim eSports RRQ. Foto: Bianda Ludwianto/kumparan
Positive cash flow yang dimaksud AP adalah bagaimana semua fasilitas yang diberikan kepada pemain, gaji, manajemen, produksi, hingga merchandise, itu harus positif, sehingga pengeluaran bisa diatur sesuai dengan pemasukan.
ADVERTISEMENT
"Kalau cuma participate doang tentu enggak worth it. Tapi kalau kita bisa dapat benefit lebih, seperti misalnya eksistensi sebuah tim, contohnya RRQ. Kalau RRQ sendiri eksistensi atau fanbase paling besar 'kan juga ada di Mobile Legends. Jadi, kita harus ada (di MPL Season 4)," jelas AP.
"Perihal sistemnya, kan di-share bahwa ada profit sharing, revenue sharing. Jadi, ya, harus bagus supaya tim partisipan di MPL Season 4 ini dapat benefit seperti yang sudah di-planning."
Ia tidak memungkiri jika kesuksesan RRQ hingga sebesar sekarang, sangat erat kaitannya karena komunitas Mobile Legends, sehingga timnya ingin turut membantu Moonton dalam mengembangkan MPL. AP membocorkan, MPL ke depannya bakal membuka slot baru dan kembali menerapkan sistem kualifikasi dari tingkat daerah dengan tujuan menjaga sistem eSports di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Moonton tidak bisa sendiri. Diajaklah delapan tim ini yang mau komitmen," ungkapnya.
Langkah Moonton dalam menerapkan biaya 'pendaftaran' sebesar Rp 15 miliar memang mengundang reaksi di kalangan pemerhati eSports. Ada beberapa pihak yang mendukung langkah Moonton, tapi ada juga yang menentang. Netizen penggemar game MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) ini ramai-ramai membahas hal ini di media sosial.
Ketua IESPA, Eddy Lim Foto: Bianda Ludwianto/kumparan
Melihat adanya pro dan kontra, Eddy Lim selaku Ketua IESPA (Asosiasi eSports Indonesia), berpendapat bahwa harga mahal Rp 15 miliar yang dipatok ini sudah menjadi hak Moonton sebagai penerbit game, sekaligus penyelenggara turnamen MPL.
"Kalau menurut saya, itu adalah haknya publisher. Kita punya hak enggak? Punya. Hak kita apa? Saya tidak suka. Saya tidak mau main atau ikut. Jadi kalau MPL mau (menetapkan biaya) Rp 15 miliar, atau Rp 150 miliar, itu hak dia (Moonton)," ucap Eddy, saat ditemui kumparan beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Menurut Eddy, kalau memang tim-tim ini keberatan dengan biaya Rp 15 miliar itu, maka seharusnya mereka tidak akan mau membayar dengan jumlah uang sebesar itu demi berpartisipasi di MPL. Tapi, nyatanya, tim-tim itu tetap mau membayar.
"Banyak hal yang kita enggak tahu. Yang kita tahu Rp 15 miliar 'ah banyak banget'. Tapi, saya rasa ada banyak pertimbangannya di dalam," ucap Eddy.
Nasib tim kecil di ujung tanduk
Di sisi lain, hal lain yang disorot dari penerapan sistem franchise seharga Rp 15 miliar adalah sulitnya kesempatan tim-tim eSports kecil untuk bersaing dan berpartisipasi dalam MPL. Moonton dalam klarifikasinya belum menjelaskan bagaimana nasib-nasib tim kecil yang mungkin saja memiliki mimpi bermain di MPL.
ADVERTISEMENT
Dengan tidak adanya kualifikasi dan hanya kewajiban membayar, tentu pemain-pemain dari tim kecil ini akan berbondong-bondong mencari cara agar bisa masuk tim-tim besar yang bergabung di MPL. Reza 'Daylen', sebagai salah satu pemain paling lama di industri eSports Mobile Legends dan juga pendiri tim Saints Indo, mengungkapkan pendapatnya terkait hal ini.
"Kalau saya sih sebenarnya agak kecewa, ya, kalau Moonton bilang mau mendorong perkembangan Esports. Soalnya itu jadi mendorong yang gede makin gede, yang kecil makin kecil," ujar Daylen.
Daylen Reza, pendiri tim Mobile Legends Saints Indo. Foto: Jofie Yordan/kumparan
Saints Indo sendiri merupakan salah satu tim yang dikenal banyak melahirkan pemain-pemain bintang Mobile Legends, seperti di antaranya Justin 'JessNoLimit' Tobias dan Eko 'Oura' Julianto yang kini berada di tim EVOS. Menurutnya, dengan tidak bergabungnya Saints dan tim-tim lain di MPL, maka nama tim mereka perlahan akan memudar.
ADVERTISEMENT
"Kalau nama-nama (tim) hilang gini kan orang-orang jadi mikir, 'Ih itu skuat apa sih'. Jadi lama-lama hilang (timnya). Dan player kita yang jago malah ketarik sama yang ikut MPL. Karena semua player mau bermain di MPL," sambung Daylen.
Sejauh ini, Moonton belum menjelaskan secara rinci terkait sistem franchise di MPL Season 4 dan bagaimana cara mereka dalam mengembangkan industri eSports di Indonesia. Mengingat sulitnya tim-tim kecil menembus MPL, tentu Moonton harus punya cara yang bisa menyediakan wadah bagi tim-tim tersebut beraksi dalam turnamen prestisius.
Jika tidak, maka perputaran pemain-pemain hebat di kancah Mobile Legends hanya akan berasal dari delapan tim itu saja.
Moonton sendiri telah berjanji akan mengungkap berbagai detail terkait MPL dalam konferensi pers yang digelar 23 Juli 2019. Akankah semua keresahan penggemar Mobile Legends di Indonesia dijawab tuntas? Cuma Moonton yang tahu jawabnya!
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten