Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Penelitan yang dilakukan oleh fakultas ekonomi dan keuangan Catholic University of the Sacred Heart di Milan, Italia, membuktikan pelajar SMA yang menggunakan Twitter dalam proses belajar sastra mendapat nilai ujian yang lebih rendah dibanding sebelumnya, terutama untuk siswa yang memiliki performa bagus.
Di Italia, Twitter dijadikan sebagai salah satu sarana untuk mempelajari karya sastra. Program ini dikenal dengan TwLetteratura (TwL) yang telah diadopsi oleh sekitar 250 sekolah dan 14.000 siswa.
Pengurus program TwL akan memilih buku tertentu, kemudian membuat tagar dan menetapkan jadwal membaca yang diikuti oleh sekolah peserta. Siswa kemudian berkicau dan mengomentari kalimat atau kutipan favorit mereka.
Analisis awal, hal ini dapat merangsang partisipasi dalam hal membaca, menghafal, dan memahami karya sastra. Tetapi, para peneliti di riset menemukan kegagalan dari program ini.
ADVERTISEMENT
Studi yang melibatkan uji coba terkontrol secara acak terhadap 1.465 siswa di 70 SMA Italia pada 2016-2017 menemukan kegagalan dari program pembelajaran sastra di platform Twitter.
Para peserta riset telah menggunakan Twitter untuk membaca, mendiskusikan, dan mempelajari sebuah novel karya pemenang Hadiah Nobel Luigi Pirandello berjudul 'Il fu Mattia Pascal (The Late Mattia Pascal)'. Mereka menggunakan metode pembelajaran tradisional untuk mempelajari buku.
Pada nilai ujian standar untuk menentukan efek dari program TwL ditemukan deviasi atau penyimpangan yang besar antara 25 persen dan 40 persen dari angka standar. Para peneliti menemukan bahwa Twitter tidak hanya gagal meningkatkan pencapaian intelektual tapi secara substansial merusaknya. "Ini sangat merugikan," kata Gian Paolo Barbetta, seorang profesor yang terlibat dalam penelitian.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak bisa mengatakan apakah ada sesuatu yang berubah dalam pikiran, tetapi saya dapat mengatakan bahwa ada sesuatu yang benar-benar berubah dalam perilaku dan kinerja," jelasnya seperti dikutip The Washington Post.
Studi itu juga mengatakan para guru yang mengandalkan pembelajaran berbasis Twitter menjadi lebih malas. "Mengetahui bahwa para siswa akan dibantu oleh rekan-rekan mereka sendiri dan oleh unit pusat TwL dapat mendorong guru untuk mengurangi upaya pengajaran mereka," tulisnya.
Live Update