CEO Kalah Judi Rp 2 Triliun, Vendor Ponsel Gionee Terancam Bangkrut

3 Desember 2018 11:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Liu Lirong, Pendiri sekaligus Chairman dan CEO Gionee. (Foto: Sina Weibo)
zoom-in-whitePerbesar
Liu Lirong, Pendiri sekaligus Chairman dan CEO Gionee. (Foto: Sina Weibo)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Vendor smartphone Gionee sedang berada dalam situasi sulit. Perusahaan asal China sudah mengalami masalah finansial, dan itu diperparah oleh kelakuan sang CEO mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
Pendiri, Chairman, sekaligus CEO Gionee, Liu Lirong, mengakui bahwa ia menggunakan aset perusahaan untuk berjudi di sebuah kasino di Saipan, Kepulauan Mariana Utara. Meski begitu, ia membantah rumor yang menyebut dirinya membuat rugi perusahaan sebesar 10 miliar yuan atau sekitar Rp 20,5 triliun.
"Saya memang berpartisipasi dalam perjudian di Saipan, tapi bagaimana saya bisa kehilangan sebanyak itu (10 miliar yuan)? Jika benar, saham Imperial Pacific (pemilik kasino) seharusnya melonjak," kata Liu dalam wawancara dengan Securities Times di Hong Kong, seperti dikutip South China Morning Post.
Ilustrasi Casino (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Casino (Foto: Thinkstock)
Liu menjelaskan, dirinya hanya kehilangan lebih dari 1 miliar yuan atau sekitar Rp 2 triliun saat kalah di arena perjudian.
Gionee sekarang di ambang restrukturisasi kebangkrutan karena pemasok telah menghentikan penjualan komponen smartphone setelah gagal menerima pembayaran selama beberapa bulan terakhir.
Stan Gionee di salah satu pameran di India. (Foto: Gionee)
zoom-in-whitePerbesar
Stan Gionee di salah satu pameran di India. (Foto: Gionee)
Dalam wawancara, Liu merinci total utang Gionee yang mencapai 17 miliar yuan, dengan pembagian 10 miliar yuan utang bank, 5 miliar yuan utang pemasok komponen ponsel, dan sekitar 2 miliar yuan utang agensi periklanan. Ia membantah bahwa masalah finansial Gionee ini disebabkan oleh perjudiannya.
ADVERTISEMENT
Liu mengatakan, keuangan perusahaan sudah bermasalah sejak awal 2013, dengan kerugian rata-rata tidak kurang dari 100 juta yuan per bulan selama 2013 hingga 2015. Kerugian bulanan semakin melebar hingga tidak kurang dari 200 juta yuan dalam dua tahun terakhir.
Stan Gionee di salah satu pameran di India. (Foto: Gionee)
zoom-in-whitePerbesar
Stan Gionee di salah satu pameran di India. (Foto: Gionee)
Pada April 2018 lalu, Gionee memangkas jumlah pekerja pabriknya hingga 50 persen. Dengan pangsa pasar hanya 6 persen di China, Gionee menjadi yang paling aktif dalam memasarkan dan mempromosikan produknya. Upaya tersebut menghabiskan 9 miliar yuan dalam tiga tahun terakhir.
Meski penjualan perangkat Gionee mulai menurun pada tahun 2017 karena kalah bersaing dengan pemimpin pasar, seperti Huawei, Oppo, dan Vivo, namun perusahaan yang berbasis di Shenzhen ini masih berhasil meluncurkan delapan smartphone Android sekaligus pada November 2017.
ADVERTISEMENT
Gionee didirikan pada tahun 2002 dan pernah menjadi merek utama di China dan beberapa negara Asia Tenggara, menjual sekitar 40 juta unit smartphone pada 2016. Mereka juga berhasil meluncurkan serangkaian smartphone murah yang didukung dengan artis papan atas sebagai bintang iklannya.