Sejak Pakai Mesin Sensor, Kominfo Sudah Blokir 11.000 Konten Terorisme

18 Maret 2019 20:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Foto: Jofie Yordan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Foto: Jofie Yordan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pengaplikasian mesin sensor internet bernama Ais alias crawling machine milik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) tampaknya cukup mempermudah pemerintah dalam menghalau konten-konten negatif yang berkeliaran di media sosial. Dengan sensor tersebut, pemerintah tidak lagi menyingkirkan konten negatif di internet dengan cara manual.
ADVERTISEMENT
Hal itu juga didukung dengan pernyataan Plt. Kepala Biro Humas Kominfo Ferdinandus Setu yang mengungkap pihaknya berhasil menyingkirkan sebanyak 11.803 konten berbau terorisme dan radikalisme. Angka tersebut naik hingga lebih dari 30 kali lipat dibandingkan sebelum adanya mesin Ais.
"Sebelum mesin ais kita berfungsi, masih 300-an. Mulai Januari ais ada kan, itu mulai naik. Setelah mesin ais meluncur, baru naik sampai 11 ribuan dari Januari 2018 sampai Desember 2019," ungkap Ferdinandus.
Konten radikalisme terorisme sendiri adalah postingan yang mengajak orang untuk melakukan kejahatan pada orang lain atau kelompok lain. "Jadi ada ideologi yang sengaja diceritakan dalam postingan itu untuk melakukan pembunuhan, ancaman juga kekerasan brutal," jelas Ferdinandus.
Ilustrasi internet Foto: pixabay
Meski telah beroperasi sejak Januari 2018, namun berdasarkan data Kominfo, mesin Ais mulai beroperasi aktif melakukan penghapusan konten negatif sejak April 2018 dengan total 666 konten terorisme dan radikalisme di internet. Penyaringan terbanyak terjadi pada Mei 2018 dengan total 4.142 konten yang disingkirkan.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya konten tulisan bernada mengancam atau membahayakan orang atau kelompok lain, namun penyaringan konten juga dilakukan pada postingan dalam bentuk video. Selain konten radikalisme terorisme, mesin pengais ini juga dilatih untuk menyaring konten-konten negatif lain seperti berita palsu (hoaks), pornografi, ujaran kebencian, terorisme, dan obat-obatan terlarang.
Untuk cara kerjanya sendiri, mesin pengais akan memindai konten pada sebuah situs untuk mencari konten-konten negatif berdasarkan kata pencarian yang sudah dimasukkan ke dalam machine learning.
Baru-baru ini mesin Ais juga membantu Kominfo untuk menyingkirkan konten video pelaku penembakan jemaah di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, yang terjadi pada Jumat 15/3). Hingga Senin (18/3), Kominfo sudah menapis hingga 2.856 video penembakan yang tersebar di media sosial.
ADVERTISEMENT