Skandal Cambridge Analytica Bikin Facebook Kurang Dipercaya

29 Maret 2018 14:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Facebook. (Foto: REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Facebook. (Foto: REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo)
ADVERTISEMENT
Terbongkarnya skandal 'pencurian' 50 juta data pengguna Facebook oleh perusahaan analisis Cambridge Analytica membuat raksasa media sosial mendapatkan kritik dari berbagai pihak.
ADVERTISEMENT
Wajar saja, itu dikarenakan Cambridge Analytica menggunakan data yang dikumpulkannya itu untuk kampanye pemenangan Donald Trump di Pilpres AS 2016 lalu.
Skandal ini ternyata membuat kepercayaan orang-orang terhadap Facebook menurun. Apalagi dengan munculnya gerakan hapus Facebook (#DeleteFacebook) yang membuat kepercayaan terhadap mereka semakin luntur.
Dilaporkan Reuters, sebuah jajak pendapat yang dirilis pada Minggu (25/3) di AS dan Jerman, menunjukkan adanya pengurangan tingkat kepercayaan orang-orang terhadap Facebook soal privasi.
Hal itu tetap terjadi meskipun CEO dan pendiri Mark Zuckerberg telah meminta maaf baik di akun Facebook miliknya, dalam wawancara, hingga dalam satu halaman penuh surat kabar di Inggris dan AS.
Menurut jajak pendapat Reuters bersama Ipsos yang melibatkan 2.247 koresponden, kurang dari separuh orang Amerika mempercayai Facebook bakal mematuhi undang-undang privasi AS atau sekitar 41 persen saja.
ADVERTISEMENT
Sementara survei yang diterbitkan oleh Bild am Sonntag, surat kabar terbesar Jerman, menunjukkan 60 persen orang Jerman merasa takut jika Facebook dan media sosial lainnya memiliki dampak negatif pada demokrasi.
Ilustrasi CEO Facebook, Mark Zuckerberg (Foto: AFP PHOTO / Mladen Antonov)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi CEO Facebook, Mark Zuckerberg (Foto: AFP PHOTO / Mladen Antonov)
Belum berarti Facebook akan ditinggalkan
Namun, menurut seorang analisis eMarketer bernama Debra Williamson, masih terlalu dini untuk mengatakan jika ketidakpercayaan akan menyebabkan orang-orang meninggalkan Facebook.
“Secara psikologis lebih sulit untuk melepaskan platform seperti Facebook yang sudah sangat akrab dengan kehidupan orang-orang,” katanya, seperti dikutip Reuters.
Saat ini, raksasa media sosial itu sedang berada di bawah pengawasan pemerintah di Eropa dan Amerika Serikat, dan sedang berusaha memperbaiki reputasinya bagi para pengguna, pengiklan, pemerintah, serta investor.
Walaupun Zuckerberg telah meminta maaf atas "pelanggaran kepercayaan" yang sedang dialami Facebook. Akibat terungkapnya skandal ini, Facebook mengalami penurunan tajam untuk harga sahamnya.
ADVERTISEMENT