3 Bahan Alami Ini Digunakan Vatikan untuk Rawat Patung dan Dinding

11 Februari 2019 17:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Palazzo del Belvedere, Vatican Foto: Flickr / Yuri Rapoport
zoom-in-whitePerbesar
Palazzo del Belvedere, Vatican Foto: Flickr / Yuri Rapoport
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Vatikan menjadi salah satu negara unik nan menarik yang mampu mendatangkan jutaan wisatawan dari seluruh dunia. Mereka berlomba-lomba datang ke Pusat Gereja Katolik Roma, untuk melihat bangunan dan museum sejarah yang mengaggumkan.
ADVERTISEMENT
Salah satunya adalah Istana Belvedere, sebuah museum yang berdiri megah nan memukau. Museum ini kerap kali digunakan untuk menyimpan hasil karya seni berharga yang ada di salah satu negara terkecil di dunia itu.
Dengan penampakannya yang megah, siapa sangka jika bangunan yang didirkan pada 1484 silam ini dicat menggunakan bahan yang tak biasa. Bahkan resep kuno tersebut dipercaya dan terbukti lebih tahan lama ketimbang menggunakan cat paling modern.
Ya, bangunan tersebut punya dinding yang dicat menggunakan susu yang dicampur dengan jeruk nipis. Digunakan sejak tahun 1500-an, para pekerja cukup menepuk-nepukan rumuan cat tersebut ke dinding menggunakan tangan.
"Mereka sudah dicoba dan diuji," kata kepala arsitek Vatikan, Vitale Zanchettin, seperti dikutip dari CNN.
ADVERTISEMENT
Siapa sangka ternyata susu tersebut berasal dari sapi-sapi Paus Fransiskus. Sapi tersebut dirawat di Paus Castel Gandolfo, rumah musim panas Paus yang berada tepat di luar Roma.
Selain dinding, ada juga patung yang dirawat menggunakan bahan alami. Ada pun sekitar 600 patung tersebut tersebar di dalam dan di sekitar taman Vatikan.
Lanskap Garden Vatican Foto: Flickr / Alex Proimos
Patung marmer tersebut dibersihkan dengan campuran minyak esensial, termasuk lavender, oregano, dan thyme. Minyak tersebut bersumber dari tanaman organik di Sisilia.
Bagi Vatikan, bekerja menggunakan produk ramah lingkungan sama pentingnya untuk menjaga kesehatan karyawan dan seni mereka. 100 staf tetap, baik perempuan maupun laki-laki di Museum Vatikan terus bekerja untuk membersihkan dan memperbaiki seni dan bangunan kuno demi menyambut jutaan wisatawan yang datang tiap tahun.
ADVERTISEMENT
Walau membayar tenaga manusia lebih mahal ketimbang mesin, tetapi itulah yang disukai dan dipilih oleh negara dengan luas 44 hektare ini. Pasalnya, merawat karya seni dan arsitektur butuh keterampilan dan teknis terperinci, serta pengalaman bertahun-tahun dan hal inilah yang tidak dapat dilakukan oleh mesin.
"Lebih baik membayar orang daripada mesin," pungkas Zanchettin.
Bagaimana menurutmu?