5 Destinasi Wisata Dunia Ini Rusak Setelah Populer di Instagram

24 Agustus 2019 8:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kebun bunga Mayfield Lavender di Inggris Foto: Dok. Mayfield Lavender
zoom-in-whitePerbesar
Kebun bunga Mayfield Lavender di Inggris Foto: Dok. Mayfield Lavender
ADVERTISEMENT
Mengunjungi destinasi wisata Instagramable atau yang terlihat cantik saat dipajang dalam Instagram kini seakan jadi syarat tak tertulis bagi wisatawan dunia saat hendak melancong ke negara lain. Sebisa mungkin, mereka akan berusaha menyambangi lokasi-lokasi tersebut dengan harapan bisa mendapatkan foto terbaik.
ADVERTISEMENT
Niatan ini tentulah tidak salah, apalagi Instagram bisa dibilang jadi salah satu hal yang sangat membantu wisatawan saat memilih destinasi wisata yang hendak dituju, di antara sekian banyak kekayaan wisata yang dimiliki suatu daerah. Namun, dibalik dari manfaatnya tersebut, kehadiran Instagram bukan hanya membantu hadirnya wisatawan saja, tetapi juga secara tak sengaja ikut merusak destinasi itu.
Sebab, semakin populer suatu lokasi di Instagram, akan semakin banyak pula orang yang datang. Hal ini menimbulkan overtourism, kondisi wisatawan yang terlalu banyak melebihi kapasitas destinasi itu sendiri dan mengakibatkan munculnya masalah baru di berbagai destinasi wisata. Ingin tahu apa saja? Yuk, simak ulasan berikut.
1. Ngarai Fjaðrárgljúfur di Islandia
Ngarai Fjadrargljufur Foto: Shutter Stock
Instagram memang tidak bisa serta merta disalahkan sebagai alasan ditutupnya Ngarai Fjaðrárgljúfur di Islandia. Sebab, jauh sebelum dikenal oleh dunia lewat Instagram, ngarai ini telah lebih dulu tampil dalam video musik Justin Bieber yang berjudul "I'll Show You".
Ngarai Fjadrargljufur Foto: Flickr/Alexandre Breveglieri
Video musik yang dirilis pada 2015 silam tersebut dinilai berhasil membawa nama Ngarai Fjaðrárgljúfur ke mata wisatawan dunia. Tak heran, jumlah pengunjung Ngarai Fjaðrárgljúfur meningkat pesat hingga hingga 80 persen pada 2016-2018. Mereka berusaha untuk mengabadikan pengalaman berada di ngarai, seperti Justin Bieber dalam Instagram-nya.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, popularitas Ngarai Fjaðrárgljúfur lewat video musik dan Instagram tersebut memberikan dampak negatif bagi vegetasi yang ada di dalamnya. Vegetasi tanaman yang rapuh menjadi rusak ketika diperhadapkan dengan tingginya jumlah pengunjung. Hingga akhirnya Badan Lingkungan Hidup Islandia memutuskan untuk menutupnya demi memperbaiki kondisi vegetasi tanaman.
2. Rue Crémieux di Paris, Prancis
Jalan Rue Cremieux di Paris, Prancis. Foto: Noelle H (NH2021)/Flickr
Fenomena wisata Instagramable demi memajang foto-foto terbaik di media sosial Instagram tak selalu berbuah manis. Penduduk yang tinggal di sekitar Rue Crémieux misalnya, bukannya senang, mereka justru sebal dengan kelakukan wisatawan yang sibuk wara-wiri berfoto demi mendapatkan hasil terbaik.
Wisatawan tak henti-hentinya berbondong-bondong datang dan pergi untuk melakukan pemotretan, pesta lajang, hingga berpesta. Apalagi ketika matahari terbit dan terbenam, para turis seakan tidak mau ketinggalan dan berusaha sebisa mungkin mendapatkan foto indah di waktu-waktu golden hour yang merupakan waktu dengan pencahayaan terbaik.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, hilir mudik pengunjung yang datang kerap membuat keributan bagi penduduk setempat. Warga bahkan telah meminta pemerintah kota untuk memasang gerbang yang akan ditutup pada waktu terbit dan terbenamnya matahari, agar aktivitas mereka tidak terganggu.
3. Kebun Bunga Mayfield Lavender di Inggris
Kebun bunga Mayfield Lavender di Inggris Foto: Dok. Mayfield Lavender
Sebuah kebun bunga seluas 25 hektare bernama Mayfield Lavender di Banstead, Surrey, menjadi salah satu destinasi wisata Instagramable yang dituju, bukan hanya oleh wisatawan domestik tapi juga mancanegara di Inggris. Kebun yang berisi bunga lavender varietas Perancis dan Inggris tersebut bahkan dikunjungi ratusan wisatawan setiap harinya.
Meski mengenakan biaya masuk sekitar 250 poundsterling atau sekitar Rp 43 ribu, nyatanya pemilik kebun Mayfield Lavender tetap saja kesulitan mengontrol pengunjungnya. Ia bahkan sempat membuat pengumuman melalui media nasional setempat bagi pengunjung, yang berisi imbauan untuk tidak datang pada akhir pekan karena padatnya wisatawan.
ADVERTISEMENT
Bukan cuma soal tingginya jumlah pengunjung per harinya saja, staf mereka pun kewalahan membersihkan sampah yang ditinggalkan oleh wisatawan. Semoga saja kebun bunga lavender ini tidak berakhir menyedihkan, ya.
4. Santorini di Yunani
Keledai membawa pengunjung di Santorini, Yunani Foto: Shutter Stock
Santorini menjadi salah satu destinasi wisata paling happening beberapa tahun terakhir berkat Instagram. Bangunannya yang unik dengan dominasi putih pada dinding dan biru pada atapnya, membuat Santorini menjadi tujuan wisata yang selalu dituju wisatawan yang suka tempat-tempat Instagramable.
Terlebih lagi, Santorini berhadapan dengan lautan biru yang membuat kawasan ini tampak kontras dengan sekelilingnya. Sayangnya, The Telegraph melaporkan bahwa jumlah turis yang datang ke Yunani naik dua kali lipat sejak 2010, tepat ketika Instagram pertama kali diluncurkan, dan melonjak hingga lebih dari 30 juta orang setiap tahunnya.
Santorini Foto: Pixabay
Pertumbuhan ini juga tak selamanya berarti baik, karena infrastrukturnya tidak mampu menahan beban pengunjung, menimbulkan kepadatan, dan juga mengancam kesehatan keledai yang dipekerjakan di sana. Sebab, overtourism membuat keledai di Santorini bekerja lebih keras dengan mengangkat pengunjung yang kelebihan berat badan dan terlalu sering mengantar pengunjung hingga kurang istirahat.
ADVERTISEMENT
5. Venesia di Italia
Puluhan turis sedang berjalan di atas jembatan saat pendayung gondola sedang melintas di bawah jembatan. Foto: Reuters/Guglielmo Mangiapane
Pemerintah Kota Venesia tengah kalang kabut dalam usaha menyelamatkan kotanya. Berkat Instagram, Venesia memang jadi makin dikenal dunia, hanya saja lonjakan wisatawan ini juga menimbulkan potensi rusaknya Situs Warisan Dunia UNESCO tersebut.
Para pelancong yang datang ke Venesia jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk setempat. Banyaknya daytripper (wisatawan yang hanya datang untuk berkunjung sehari tanpa menginap) membuat lalu lintas di Venesia macet. Baik bagi pejalan kaki, transportasi, hingga perahu di kanal yang menjadi ikon mereka.
Untuk mengatasi hal ini, per Januari 2020 mendatang, pemerintah setempat akan mengenakan biaya masuk bagi daytripper. Serta berencana untuk mengalihkan lalu lintas kapal pesiar dari pusat kota.
ADVERTISEMENT