Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
ADVERTISEMENT
Rencana pembangunan bandara di sekitar reruntuhan kuno Suku Inka yang terkenal, Machu Picchu menuai protes dari berbagai pihak termasuk para arkeolog, sejarawan, hingga aktivis lingkungan Peru . Mereka pun membuat sebuah petisi untuk menentang pembangunan bandara baru tersebut.
ADVERTISEMENT
Dilansir Travel and Leisure, petisi ini telah ditandatangani lebih dari 6 ribu orang. Rencana pembangunan Bandara Chinchero sebenarnya telah muncul sejak tahun 2012 silam. Tetapi, baru pada awal tahun 2019 puluhan buldoser berdatangan untuk mulai membuka lahan di Chinchero --sebuah kota Inka yang dianggap sebagai pintu gerbang ke Lembah Suci.
Pembangunan bandara baru itu untuk membantu operasional Bandara Internasional Alejandro Velasco Astete di Cusco yang punya satu landasan pacu, serta hanya mampu membawa pesawat berbadan kecil saja. Karena memang pintu masuk bagi wisatawan menuju Machu Picchu adalah Bandara Cusco yang terletak sekitar 50 mil atau 80 km dari Machu Picchu.
Nantinya, Bandara Chinchero yang diusulkan akan mampu menampung jet yang lebih besar dan memungkinkan penerbangan langsung dari AS, serta bisa langsung mendarat dekat dengan landmark bersejarah tersebut. Namun, pembangunan bandara ini dikhawatirkan akan menyebabkan kerusakan permanen di sekitar Machu Picchu dan juga pusat bersejarah Peru.
ADVERTISEMENT
“Menempatkan bandara di sini akan menghancurkannya (Machu Picchu), karena tempat ini adalah lanskap yang dibangun oleh Suku Inka lengkap dengan teras dan rute di dalamnya,” kata Natalia Majluf, seorang sejarawan seni Peru di Universitas Cambridge pada The Guardian.
Belum lagi, beberapa orang beranggapan jika nantinya Bandara Chincero akan menimbulkan persaingan bisnis pariwisata, seperti munculnya pembangunan hotel, restoran, dan sebagainya. Selain itu, bandara baru juga dapat membawa polusi suara dan udara ke beberapa situs paling suci dan bersejarah di Peru.
Hingga saat ini, Pemerintah Peru berencana untuk melanjutkan proyek tersebut, dengan proses pembukaan lahan yang diharapkan akan sepenuhnya selesai pada bulan September.