Bali dan Perangnya dengan Sampah

27 Juni 2019 11:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Ilustrasi sampah botol plastik Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi sampah botol plastik Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Bali sebagai salah satu surga dunia rasanya tak pernah sepi dari wisatawan. Semua turis dari berbagai negara dan daerah datang ke sini untuk berkenalan dengan alamnya yang begitu mempesona.
ADVERTISEMENT
Di balik kecantikannya, sayangnya nama Bali sempat tercoreng. Pada Desember 2018 lalu seorang penyelam asal Inggris membuat video yang memperlihatkan banyaknya sampah di perairan Nusa Penida. Tak hanya itu, Pantai Kuta juga pernah masuk ke dalam pantai terkotor di dunia.
Melihat hal ini, pemerintah setempat pun tak tinggal diam, Good News from Southeast Asia melaporkan pada 2018 lalu, Gubernur Bali, I Wayan Koster, mengumumkan bahwa plastik sekali pakai dan polystyrene akan dilarang penggunaanya pada tahun 2019.
Secara cepat, tanggal 21 Desember 2018 lalu, Pemerintah Provinsi Bali mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 97 Tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai (PSP).
Lantas apakah hal ini dijalankan secara benar?
Berdasarkan pengalaman, kumparan membandingkan perubahan saat Pergub belum dan sudah keluar.
ADVERTISEMENT
kumparan berkunjung ke Bali pada bulan Oktober yang artinya peraturan ini belum keluar. Selama berada di Pulau Seribu Pura, kami mampir sebentar untuk membeli oleh-oleh, minimarket hingga berbelanja baju di beberapa toko di Seminyak.
Dari hasil penelusuran tersebut, kami diberikan kantong plastik secara cuma-cuma dan tak diminta uang sepeserpun.
Di bulan berikutnya, kumparan kembali mengunjungi Bali. Di sana kami pergi ke sebuah restoran, namun kali ini kami tak diberikan sedotan plastik. Pihak restoran menggantinya menjadi sedotan karton yang lebih ramah lingkungan.
Kami kembali datang ke Bali pada awal tahun lalu, yang berarti Pergub sudah keluar. Kedatangan di bulan Maret itu membawa kami berkunjung ke beberapa lokasi, salah satunya minimarket.
Puas berbelanja kebutuhan, pegawai minimarket mengatakan bahwa tidak menyediakan kantung plastik. “Iya ini sudah peraturan tidak boleh menyediakan kantung plastik,” katanya kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Menurut penuturan salah satu pegawai tersebut, semua minimarket di Bali sudah menerapkan hal serupa. Sayangnya tak banyak wisatawan yang mengetahuinya, dan ada yang menyambut positif, tapi ada juga yang merasa kesal.
sedotan plastik Foto: dok.shutterstock
Selain itu, Bandara Ngurah Rai juga turut ambil bagian untuk setop menggunakan plastik.
“Kita tidak bisa menahan penggunaan (plastik) tapi kita bisa mengurangi pengunaanya,” ungkap Devy Suradji, Direktur Pemasaran dan Pelayanan PT Angkasa Pura I, kepada kumparan.
Devy juga mengungkapkan pihak bandara mengganti pembungkus barang atau luggage wrapping service dengan bahan lebih ramah lingkungan. Kali ini bahan yang digunakan dapat terurai dalam waktu 2 hingga 5 tahun saja.
Tak hanya pihak bandara saja yang peduli terhadap lingkungan, para tenant pun diminta untuk ambil bagian. Devy menuturkan, dalam perjanjian kontrak kerja sama antara tenant dan bandara, pihak penyewa diminta untuk bersedia mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
ADVERTISEMENT
Nah, untuk para traveler yang hendak berkunjung ke Bali, jangan lupa untuk selalu membawa kantong yang berbahan ramah lingkungan. Hal ini sebagai salah satu langkah antisipasi bila berkunjung ke minimarket dan tidak diberikan kantung plastik.
Jangan lupa juga untuk selalu membawa sedotan stainless kemanapun pergi. Meski terlihat sepele, hal ini juga sebagai salah satu langkah untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
Dan semoga dengan langkah ini Bali semakin dicintai wisatawan serta menjadi daerah percontohan agar daerah lain mengikuti jejak Pulau Dewata.
Apa kamu punya cerita serupa?