Desa Kecil di India Larang Penduduknya Menggunakan Alas Kaki

7 April 2019 7:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi orang tua di India Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi orang tua di India Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
India dikenal sebagai salah satu negara yang banyak menawarkan dereta wisata dan tradisi yang unik. Tengok saja bagaimana Taj Mahal mampu menarik perhatian dunia dan tak pernah sepi dikunjungi wisatawan lokal, serta mancanegara.
ADVERTISEMENT
Namun, selain wisatanya yang ikonik, India juga memiliki banyak tradisi kuno yang menarik untuk disimak dan telusuri. Misalnya tradisi kuno di Desa Andaman, yang terletak sekitar 450 kilometer dari Chennai, ibu kota negara bagian Tamil Nadu, India Selatan.
Ilustrasi orang India Foto: Pixabay
Dilansir BCC, semua penduduk di desa tersebut tidak mengenakan alas kaki atau sepatu. Para penduduk beranggapan, bagi siapa saja yang menggunakan alas kaki, seperti sandal atau sepatu, sesuatu yang buruk akan terjadi.
Hal itulah yang membuat sekitar 130 keluarga di Desa Andaman, baik anak-anak hingga orang tua, semua bertelanjang kaki ke mana pun mereka pergi.
Bagi mereka yang datang ke Desa Andaman juga harus mengikuti peraturan dengan tidak memakai alas kaki. Mereka harus melepas dan menenteng sandal atau sepatunya ketika berkunjung ke sana.
Ilustrasi orang India Foto: Pixabay
Biasanya sepatu akan dilepas di dekat pohon mimba besar sebagai tanda pintu masuk desa. Di bawah pohon mimba itulah kisah yang menjadi ciri khas Desa Andaman dimulai.
ADVERTISEMENT
Mereka masih mengikuti tradisi dan ajaran leluhurnya. Para leluhur percaya, desanya dilindungi oleh Dewi Muthyalamma, salah satu dewi yang dipercayai oleh umat Hindu. Dengan tidak memakai alas kaki, mereka berarti menghormati dewinya.
"Tradisi ini adalah hal yang sakral dari leluhur yang kami hormati hingga saat ini," kata Subramaniam Pramban, salah seorang penduduk desa di India tersebut.
Ilustrasi Orang Tua di India Foto: Shutter Stock
Menurut penduduk desa lainnya, Sevagan, tradisi ini semakin mempererat rasa kekeluargaan antar-penduduk desa.
"Tradisi ini telah menyatukan kita, membuat semua orang di desa merasa seperti keluarga," kata Sevagan.
Jika melihat lebih jauh, ada juga cerita lain yang beredar. Konon, pada zaman dulu, ada seseorang yang memakai alas kaki melintasi patung Dewi Muthyalamma. Lantas, tak lama orang tersebut jatuh sakit, seperti demam yang tak kunjung sembuh.
ADVERTISEMENT
Sejak saat itulah, para penduduk desa mempercayai jika mereka mengenakan sepatu, maka nasib buruk akan terjadi.
Sementara itu, setiap lima hingga delapan tahun sekali, selama bulan Maret atau April, Desa Andaman menyelenggarakan festival pemasangan patung tanah liat Muthyalamma di bawah pohon Mimba. Selama tiga hari, sang dewi dipercaya akan memberkati seluruh desa, sebelum patung itu kemudian dihancurkan berkeping-keping agar kembali ke elemen tanah.
Selama festival, desa dipenuhi dengan doa, pesta, arak-arakan, tarian, dan drama. Tetapi karena biaya yang besar, acara itu tidak diadakan setiap tahun.
Festival terakhir diadakan pada tahun 2011 dan belum pasti kapan acara berikutnya akan diadakan. Semua tergantung dari sumbangan penduduk lokal.
Di sisi lain, tak sedikit orang di luar desa yang menganggapnya sebagai takhayul. Terlepas dari hal tersebut, ketika seseorang mengunjungi desa dan mengenakan sepatu, para penduduk akan mencoba menjelaskan aturannya.
ADVERTISEMENT
Tetapi jika mereka tidak mematuhinya, maka para penduduk Desa Andaman juga tidak memaksakan mereka yang ingin mengenakan sepatu. Karena hal ini bukanlah aturan yang ketat, melainkan tradisi kuno yang penuh cinta dan rasa untuk menghormati Dewi Muthyalamma.
"Ini murni pilihan pribadi yang dianut oleh semua yang tinggal di sini," ujar Pechiamma, salah satu penduduk desa Andaman.
Bagaimana menurutmu?