Jurus Jitu Pemerintah untuk Ciptakan Kesan Baik Pariwisata Indonesia

15 Oktober 2019 15:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masata dan Kementerian Pariwisata gelar Rembuk Nasional Pariwisata Indonesia 2019 di The Kasablanka, Jakarta, Selasa (15/10). Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Masata dan Kementerian Pariwisata gelar Rembuk Nasional Pariwisata Indonesia 2019 di The Kasablanka, Jakarta, Selasa (15/10). Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
ADVERTISEMENT
Masyarakat Sadar Wisata (Masata) bersama Kementerian Pariwisata menggelar Rembuk Nasional Pariwisata Indonesia 2019, Selasa (15/10).
ADVERTISEMENT
Acara ini merupakan pertemuan antarstakeholder untuk mendiskusikan strategi terbaik dalam memasarkan pariwisata di Indonesia.
Salah satu yang disoroti dalam rembuk ini adalah strategi storynomics tourism yaitu cara untuk membuat wisatawan mendapat kesan yang baik saat berkunjung ke destinasi wisata dan akhirnya menceritakan kesan tersebut kepada banyak orang.
Formula ini merupakan sebuah pendekatan pariwisata yang mengedepankan narasi, konten kreatif, dan living culture serta menggunakan kekuatan budaya sebagai DNA destinasi pariwisata.
Menpar Arief Yahya Foto: Dok. Kementerian Pariwisata
Dalam pidatonya, Menteri Pariwisata, Arief Yahya, menyatakan storynomics merupakan salah satu cara jitu untuk membuat pariwisata menjadi inti bisnis Indonesia. Apalagi pemerintah juga telah mencanangkan pariwisata sebagai sektor utama perekonomian bangsa.
“Kalau saya tanya ke Anda, apa core ekonomi bangsa, Anda jawab apa? India core ekonominya software. Korea taglinenya kreatif, Jepang itu otomotif. Indonesia apa? Selemah-lemahnya iman jawablah pariwisata,” ujar Arief di The Kasablanka, Jakarta, Selasa (15/10).
ADVERTISEMENT
Arief mengklaim, perkembangan pariwisata Indonesia dalam lima tahun terakhir cukup baik. Dari kurang lebih 9 juta kunjungan wisatawan mancanegara pada 2014, kini naik dua kali lipat menjadi 18 juta kunjungan wisman pada 2018.
Candi Borobudur Foto: Dok. Kementerian Pariwisata
Bahkan, indeks daya saing pariwisata juga naik dari peringkat 70 dunia pada 2013 menjadi peringkat 40 di 2019. Selain itu Indonesia juga sering mendapat pengakuan tingkat dunia seperti destinasi pilihan traveler, negara dengan pulau terbaik di Asia dan masih banyak lagi.
Artinya, pariwisata Indonesia mulai berbenah diri untuk menunjukkan kesan yang baik pada dunia luar. Ke depan, prestasi-prestasi tersebut juga diharapkan bisa menjadi pemantik untuk mengembangkan strategi storynomic tourism di Indonesia.
Bahkan menurut Arief, kesan yang baik soal pariwisata juga terlihat dari suksesnya branding Pesona Indonesia atau Wonderful Indonesia.
ADVERTISEMENT
Branding Wonderful Indonesia ini sudah berhasil mengalahkan Amazing Thailand dan Truly Asia Malaysia,” ujar Arief.
Pada kesempatan yang sama, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menjelaskan infrastruktur pariwisata daerah juga memegang peranan penting. Fasilitas yang mumpuni akan membuat wisatawan yang datang merasa nyaman dan tidak kecewa saat berlibur. Ujungnya, wisawatan bisa mendapat kesan yang baik sepulang liburan.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Foto: Dok. Humas Provinsi Jawa Tengah
Contohnya, Ganjar menerima keluhan dari wisatawan soal kemacetan yang terjadi di Solo dan Yogyakarta. Menanggapi hal tersebut, Ganjar berjanji pihaknya akan membenahi masalah itu dengan membangun jalan tol sehingga para wisatawan tak lagi terjebak macet saat liburan ke Jawa Tengah.
“Jateng sendiri sedang mempersiapkan jalan tol Solo-Jogja, sehingga tidak macet lagi. Kita sedang siapkan dan tahun ini sudah berjalan,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Acara Rembuk Nasional Pariwisata Indonesia dihadiri Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Bupati Banyuwangi Azwar Anas, Direktur Niaga Garuda Indonesia Pikri Ilham Kurniansyah, Komisaris Utama NET Mediatama Televisi Wishnutama, Ketua Umum Asita Nunung Rusmiati, Irfan Wahid tim Quick Win 5 Destinasi Super Prioritas Pariwisata, Ketua Umum Masata Panca Sarungu, Dewan Pembina Masata Michael Umbas, dan Ketum GIPI Didien Junaedi.