Ke Mana Perginya Bangkai Pesawat yang Sudah Tak Terpakai?

1 Juni 2018 8:02 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kuburan pesawat AMARG di Tuscon, Arizona. (Foto: Flickr/Katie Libecco)
zoom-in-whitePerbesar
Kuburan pesawat AMARG di Tuscon, Arizona. (Foto: Flickr/Katie Libecco)
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu bertanya-tanya kemana perginya armada pesawat yang sudah tua dan tak lagi layak dioperasikan?
ADVERTISEMENT
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 17 Tahun 2016, pesawat komersial yang pertama kali didaftarkan di Indonesia maksimum berusia 10 tahun. Kemudian, armada itu hanya boleh beroperasi hingga 30 tahun demi keamanan.
Di Indonesia, bangkai pesawat yang tak lagi digunakan salah satunya diletakkan di bekas hanggar Batavia Air di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Beberapa armada yang diparkir di sana sudah dibeli oleh pihak ketiga untuk dimanfaatkan lagi bagian badannya.
Kuburan pesawat AMARG di Tuscon, Arizona. (Foto: Flickr/Paul Rowbotham)
zoom-in-whitePerbesar
Kuburan pesawat AMARG di Tuscon, Arizona. (Foto: Flickr/Paul Rowbotham)
Nah di Amerika Serikat, terdapat airplane boneyard atau kuburan pesawat yang telah menampung ratusan armada sejak 1946. Adalah 309th Aerospace Maintenance and Regeneration Group (AMARG) di pangkalan Angkatan Udara Davis-Monthan, Tucson, Arizona yang disebut-sebut sebagai kuburan pesawat terbesar di dunia. Tempat itu akrab dipanggil sebagai The Boneyard.
ADVERTISEMENT
Dilansir Airplane Boneyards, AMARG dihuni lebih dari 4000 armada pesawat militer dan pemerintah. Mulai dari pesawat milik angkatan udara, angkatan laut, korps marinir, penjaga pantai, NASA, dan institusi pemerintah lainnya.
Bangkai pesawat itu tak dibiarkan terbengkalai begitu saja. Ada 550 orang yang dipekerjakan untuk memelihara pesawat-pesawat di AMARG. Sebagian besar adalah warga sipil.
Kuburan pesawat AMARG di Tuscon, Arizona. (Foto: Flickr/Katie Libecco)
zoom-in-whitePerbesar
Kuburan pesawat AMARG di Tuscon, Arizona. (Foto: Flickr/Katie Libecco)
Tucson dipilih sebagai lokasi kuburan pesawat, karena memiliki kelembaban udara dan curah hujan yang rendah. Selain itu, tanahnya berupa alkaline kering dan terletak di ketinggian 2.550 kaki. Kondisi itu dirasa pas untuk menjaga agar armada pesawat tetap awet.
Dilansir Atlas Obscura, armada pesawat yang diparkir kurang dari tiga tahun masih mungkin untuk digunakan kembali. Kondisi geografis yang kering membantu armada itu tetap dalam bentuk semula ketika diparkirkan.
ADVERTISEMENT
Menariknya, AMARG memberi kesempatan bagi wisatawan yang penasaran tentang kuburan pesawat. Turis dapat mengikuti tur naik bus mengelilingi The Boneyard, dimulai dari dekat Pima Air and Space Museum.
Dilengkapi pemandu, tur itu dibuka pada Senin-Jumat, kecuali pada hari libur federal. Selama 1,5 jam, wisatawan dapat menikmati pemandangan AMARG dari dalam bus, sebab penumpang tidak diizinkan turun.
Tentu saja kuburan pesawat di Amerika Serikat tak hanya berada di Tucson. Di Mojave, Calilfornia, terdapat Mojave Air dan Space Port sebagai tempat penyimpanan, pemeliharaan, dan pembongkaran pesawat komersial. Banyak ‘kuburan pesawat’ pula yang berada di kawasan bandara seperti di Bandara Soekarno-Hatta.
Berdasarkan standar terbaru daur ulang pesawat, sebanyak 85 persen bagian pesawat dapat digunakan kembali. Namun, butuh berminggu-minggu untuk membongkar pesawat.
ADVERTISEMENT
Maskapai biasanya menjual armada yang sudah tak terpakai kepada pihak ketiga yang mengincar bagian pesawat yang dapat dimanfaatkan kembali, seperti besi dan platina.