Kenapa Suku Terasing Tidak Boleh Sembarang Dikunjungi Wisatawan?

25 November 2018 11:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Suku Terasing  (Foto: Shutter Stock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Suku Terasing (Foto: Shutter Stock)
ADVERTISEMENT
Bagi traveler yang tertarik dengan tradisi dan budaya, mengunjungi suku terasing yang berada di suatu daerah bisa menjadi pengalaman yang baru, menyenangkan, dan tentunya berkesan.
ADVERTISEMENT
Terutama karena suku terasing memiliki karakteristiknya tersendiri. Kemampuan mereka untuk bertahan di tengah peradaban, gempuran teknologi, dan kokohnya pendirian mereka untuk tidak berkomunikasi dengan dunia luar tentunya patut diacungi jempol.
Wajar saja jika suku terasing menjadi objek yang menarik untuk dipelajari dan diteliti. Sayangnya, tidak semua suku terasing mau menerima pendatang dari luar wilayah mereka.
Misionaris, John Chau, yang dibunuh suku sentinel. (Foto: Instagram/@alexgoldenimages)
zoom-in-whitePerbesar
Misionaris, John Chau, yang dibunuh suku sentinel. (Foto: Instagram/@alexgoldenimages)
John Allen Chau, seorang misionaris asal Amerika Serikat yang terbunuh setelah ditembaki menggunakan anak panah oleh Suku Sentinel. Suku Sentinel adalah salah satu suku paling terasing di dunia yang mendiami Pulau Sentinel Utara di India.
Padahal sebenarnya Chau berniat untuk mengabarkan Injil. Ia bahkan membawa beberapa buah tangan seperti bola dan makanan, sebagai tanda untuk memulai persahabatan dengan Suku Sentinel yang akan ia temui. Tapi sayang, niat baiknya tidak diterima dengan baik oleh penduduk setempat.
ADVERTISEMENT
Dilansir laman Survival International, ada beberapa hal yang perlu kamu tahu sebelum berwisata ke kediaman suku terasing. Karena suku-suku itu pada umumnya tidak ingin terlalu dekat dengan dunia luar, mereka nyaman dengan kehidupannya dan tidak mau diganggu oleh pihak asing.
Survival International merupakan sebuah organisasi yang peduli dengan suku-suku terasing di dunia. Berpusat di Inggris, lembaga ini berusaha mempelajari dan menjaga kelangsungan hidup suku-suku terasing di dunia.
Menurut Survival International, perjalanan yang terlalu jauh dan mencapai daerah tersembunyi terkadang bukan menjadi hal yang benar-benar baik dan aman. Sejatinya, tempat yang belum tersentuh itu adalah 'rumah bagi orang lain', dan ketika si empunya rumah tidak ingin diganggu atau bertemu orang lain, ia akan berusaha keras untuk melindungi diri.
ADVERTISEMENT
Wisatawan yang berencana untuk mengunjungi daerah yang didiami suku asing bukan hanya mesti berhati-hati. Tapi juga bertanggung jawab ketika melakukan perjalanannya. Sebab, kesalahan yang ia lakukan bisa memberi dampak besar bagi suku terasing, salah satunya adalah kepunahan.
Ilustrasi Suku Terasing  (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Suku Terasing (Foto: Pixabay)
Suku Jawara di India misalnya, sebuah suku terasing yang dikomersialkan oleh beberapa operator tur sebagai objek wisata. Mereka dipaksa untuk menari di hadapan wisatawan, dengan imbalan berupa biskuit dan permen.
Bukan hanya itu, kabarnya wanita Suku Jawara bahkan ada yang diculik oleh warga setempat dan tak lagi dikembalikan. Akibatnya, banyak dari mereka yang stres, depresi, lalu perlahan sakit dan meninggal.
Stafford Lightman, seorang Professor of Medicine dari Bristol Univeristy dalam interviewnya dengan Survival International mengungkapkan, suku terasing tidak memiliki ketahanan tubuh yang sama dengan manusia biasa.
ADVERTISEMENT
Sehingga tubuh mereka mudah terjangkit oleh virus. Terutama jika penyakit yang dibawa berasal dari kontak dengan manusia. Walaupun sebenarnya kebutuhan nutrisi dalam tubuhnya tercukupi.
Suku Sentinel yang terisolasi dari dunia luar. (Foto: Indian Coast Guard/Survival)
zoom-in-whitePerbesar
Suku Sentinel yang terisolasi dari dunia luar. (Foto: Indian Coast Guard/Survival)
Dan sesuai dengan tradisi, para anggota suku akan saling menjaga satu sama lain, terutama ketika ada anggotanya yang sakit. Pada saat yang bersamaaan, virus pembawa penyakit akan dengan mudah menjangkiti anggota suku yang lainnya.
Ketika tubuh mereka menyerah untuk menghadapi virus yang bermutasi, maka anggota suku terasing yang terjangkit virus akan kesulitan untuk sembuh.
Efek dari virus penyebar penyakit kemudian akan terjadi secara domino. Para pengidap penyakit akan merasa kesulitan untuk beraktivitas, berburu, atau mengumpulkan makanan. Sementara, orang-orang yang bergantian menjaganya dan secara tidak sengaja ikut terpapar ikut terjangkit. Pada akhirnya, mereka yang tidak mampu bertahan akan meninggal.
ADVERTISEMENT
Contoh penyakit yang paling mudah menjangkiti suku terasing antara lain flu dan campak. Sebab, mereka tidak memiliki ketahanan tubuh yang kuat untuk menghadapi virus yang mudah bermutasi. Umumnya, 50 persen dari suku terasing yang mengalami kontak dengan dunia luar akan musnah dalam setahun pertama.
Karenanya, menjaga diri jauh dari peradaban bukan hanya dapat dianggap sebagai cara suku terasing untuk menjalani hidup. Tapi juga sebagai bentuk kepedulian wisatawan dan penghargaan terhadap kehidupan mereka. Sekaligus untuk memberikan ruang bagi suku terasing agar dapat menjaga kelangsungan hidup.