Mengenal Sosok Dawa Yangzum, Perempuan Pemandu Pendakian di Himalaya

20 Januari 2018 13:34 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dawa Yangzum Sherpa, pendaki asal Nepal (Foto: AFP/Bikash Karki)
zoom-in-whitePerbesar
Dawa Yangzum Sherpa, pendaki asal Nepal (Foto: AFP/Bikash Karki)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pekerjaan sebagai pemandu gunung umumnya digeluti oleh pria. Tapi, seorang wanita asal Nepal membuktikan jika dirinya juga bisa menjadi seorang pemandu gunung yang profesional.
ADVERTISEMENT
Adalah Dawa Yangzum Sherpa yang memulai kariernya sebagai pemandu pendaki gunung. Mengingat profesi ini lebih banyak dilakoni oleh laki-laki, tak jarang yang memperingatkan Dawa bahwa pekerjaan itu tak cocok untuknya.
Tak menggubris komentar miring tersebut, Dawa tetap bersikeras untuk meneruskan hobinya dan membuktikan kemampuannya meski saat itu usianya baru menginjak 17 tahun.
Usaha Dawa tidak sia-sia. Dilansir AFP, pendaki berusia 27 tahun itu berhasil menyelesaikan kelas ahli pendakian dari Federasi Internasional Pemandu Gunung yang berbasis di Swiss pada Desember 2017 lalu.
Dawa kini mengantongi sertifikat pemandu gunung internasional yang bergengsi. Ia menjadi perempuan Nepal pertama, bahkan menjadi perempuan Asia pertama yang bergabung dalam organasi elit tersebut.
Perlu diketahui bahwa di seluruh dunia, hanya ada 6 ribu orang yang mendapatkan sertifikat serupa. Di antaranya, hanya ada 50 lelaki asal Nepal. Padahal, pendakian merupakan pendapatan terbesar dari negara yang memiliki delapan gunung tertinggi di dunia itu.
ADVERTISEMENT
Di Nepal sendiri, menjadi pemandu pendaki masih identik sebagai pekerjaan laki-laki. “Bidang ini memang menantang, apalagi jika kamu seorang perempuan. Akan banyak yang bilang bahwa ini bukan pekerjaan perempuan atau bagaimana jika saya punya anak,” papar Dawa.
Perempuan tangguh ini rupanya juga merupakan bagian dari etnis Sherpa yang tinggal di kaki pegunungan Himalaya. Suku tersebut mempunyai reputasi yang baik dalam memandu para pendaki gunung. Hal itu didukung kondisi biologis mereka yang kuat dan dapat menoleransi oksigen tipis pada ketinggian ekstrem.
Mendaki gunung juga seperti rutinitas sehari-hari bagi Dawa yang tinggal di lembah Rolwaling, bertetangga dengan Gunung Everest. “Aku tahu apa yang aku lakukan. Minatku adalah pada aktivitas outdoor, yaitu untuk mendaki. Keluargaku sendiri juga tidak menghalangiku,” tambah Dawa.
ADVERTISEMENT
Setelah menaklukkan puncak gunung-gunung yang lebih kecil di Nepal, Dawa terpilih untuk bergabung dalam ekspedisi National Geographic pada 2012. Tujuan ekspedisi itu adalah mendaki Everest, puncak gunung tertinggi di dunia.
“Dulu Everest adalah tujuan utamaku. Aku dulu berpikir bahwa setelah aku mencapai Everest aku akan merasa cukup. Tapi mendaki itu seperti candu. Semakin sering aku mendaki, semakin aku ingin mendaki lagi,” jelasnya.