Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mengenang Perang Saudara di Kamboja Lewat Killing Fields
22 Februari 2019 12:43 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
ADVERTISEMENT
Kamboja, salah satu negara di Asia Tenggara dengan masa lalu yang cukup ironis. Sekitar tahun 1970-an silam terjadi konflik militer yang saling mengadu antar sesama.
ADVERTISEMENT
Ketika itu Partai Komunis yang dikenal sebagai Khmer Merah dan sekutunya yaitu Republik Demokratik Vietnam melawan tentara dari Kerajaan Kamboja.
Sejumlah tentara dari Kerajaan Kamboja tewas dibantai dan dikubur oleh rezim Khmer Merah. Namun, Kamboja tak lupa dengan sejarahnya. Saat ini, negara beribu kota Phnom Penh itu mengenang kejadian tersebut di suatu tempat yang terletak di pinggiran kota.
Choueung Ek Genocidal Center atau yang lebih akrab dikenal dengan sebutan Killing Fields menjadi salah satu pilihan destinasi wisata di Kamboja, terutama bagi mereka penikmat sejarah. Letaknya sekitar 15 kilometer ke arah tenggara dari pusat kota Pnom Penh, beroperasi dari pukul 08.00 dan tutup pukul 17.30 waktu setempat.
Dengan jalan yang relatif lebar dan gersang, kamu bisa menuju Killing Field ini dengan berbagai kendaraan. Untuk masuk ke dalam 'ladang pembantaian' ini kamu akan dikenakan biaya sebesar 3 US Dollar.
ADVERTISEMENT
Namun, bila kamu ingin mendapat penjelasan mengenai Killing Fields lewat audio, kamu harus mengeluarkan dana tambahan 3 US Dollar lagi.
Suasana mencekam dan sunyi langsung terpancar saat pertama kali masuk ke Killing Fields. Di sini terdapat 19 titik dan kesemua titik tersebut memiliki makna berarti.
Pengunjung yang hadir langsung disuguhkan semacam menara atau yang disebut dengan Memorial Stupa. Untuk masuk ke dalam Memorial Stupa tersebut, kamu tidak boleh menggunakan alas kaki. Dari awal masuk ke dalam Killing Fields-nya pun, wisatawan tak boleh menggunakan celana pendek.
Ketika berada di dalam Memorial Stupa, pengunjung diajak melihat kumpulan tulang belulang serta tengkorak manusia. Tengkorak-tengkorak dan tulang belulang para korban kekerasan rezim Khmer Merah ini di susun rapih berdasarkan umur serta bagaimana ia dibunuh. Lemari dari kaca menjadi tempat dikumpulkannya tengkorak-tengkorak tersebut.
Tak hanya tengkorak dan tulang, pada menara tersebut juga terdapat baju-baju para korban yang tewas. Ada juga baju militer yang dipajang di lemari tersebut. Lalu, pada menara yang tidak terlalu lebar, namun tinggi tersebut juga terdapat alat-alat untuk membunuh para korban, seperti kayu, balok, hingga palu.
ADVERTISEMENT
Bergeser ke area luar menara, di sini juga terdapat makam-makam para korban. Ada pula makam-makam para korban yang terdiri dari wanita serta anak-anak.
Tepat bersebelahan dengan makam wanita dan anak-anak, terdapat pohon besar. Pada pohon tersebut dihiasi gelang para pengunjung sebagai tanda simpati dan gerakan melawan para pembunuh. Ada juga ucapan belasungkawa yang ditulis pada secarik kertas dan ditempel di pohon tersebut.
Tak hanya berhenti sampai situ saja, kumparanTRAVEL pun lanjut melangkahkan kaki ke bagian belakang ladang. Tak banyak yang dapat dilihat di sini. Hanya ada rawa dengan air berwarna hijau dan pohon-pohon besar yang mengelilinginya sehingga menghadirkan nuansa yang mencekam.
Lebih lanjut, informasi menyeluruh mengenai sejarah juga cerita Killing Fields yang memilukan, menyedihkan sekaligus mengenaskan ini bisa diperoleh para pengunjung di museum yang lokasinya berada di bagian pojok kanan ladang.
ADVERTISEMENT
Tertarik untuk berkunjung?