Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Bagi kamu yang berkampung halaman di Medan , Sumatera Utara, nama Masjid Raya Al-Mashun tentunya terdengar tak asing lagi di telingamu.
ADVERTISEMENT
Dengan memadukan gaya arsitektur Timur Tengah, Spanyol dan India, Masjid Raya Al-Mashun memberikan kesan mewah dan keunikan tersendiri.
Terlebih lagi, masjid ini memang sejak lama sudah dikenal sebagai landmark kota Medan sekaligus peninggalan bersejarah, karena merupakan warisan dari Sultan Deli. Tak heran, masjid yang berdiri di Jalan Sisingamangaraja No.61, Kec. Medan Kota tersebut juga memiliki lokasi yang tak jauh dari Istana Maimun.
Masjid Raya Al-Mashun Medan memiliki luas mencapai 5 ribu meter persegi dan dibangun di atas lahan seluas 18 ribu meter persegi. Pembangunannya memakan waktu hingga tiga tahun, yaitu sejak 21 Agustus 1906 hingga 19 September 1909.
Pembangunan Masjid Raya Al-Mashun Medan dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Ma'moen Al Rasyi Perkasa Alam (1873-1924) yang juga membangun Istana Maimun. Karena dulunya sengaja dibangun sebagai masjid kerajaan, maka Sang Sultan menginginkan masjid ini dibangun dengan sangat megah, bahkan lebih megah dari pada istananya sendiri.
ADVERTISEMENT
Meski didesain sebagai masjid kerajaan, Masjir Raya Al-Mashun sejak dulu memang difungsikan untuk melayani seluruh umat muslim yang berada di Medan . Desain bangunan masjid dibuat oleh arsitek asal Belanda bernama J.A. Tingdeman.
Alasannya sederhana, karena pada masa itu, Sang Sultan belum menemukan arsitek bangsa pribumi yang dianggap mumpuni.
Biaya pembuatan masjid yang juga dikenal sebagai Masjid Deli ini bahkan mcapai satu juta gulden pada masa itu. Dan biayanya dikeluarkan sendiri oleh sultan dari kantong pribadinya.
Lantainya terbuat dari marmer Italia dan lampu gantungnya didatangkan langsung dari Prancis. Kubahnya yang terlihat sedikit lebih pipih dibandingkan masjid lainnya, serta dihiasi dengan bulan sabit, memperlihatkan nuansa Moor yang khas.
Moor adalah sebutan gaya arsitektur yang berkembang di Spanyol ketika berkembang di bawah pengaruh Islam. Nuansa ini juga diperkuat dengan bentuk pintu dan jendela yang melengkung dan interior penuh dekorasi.
ADVERTISEMENT
Ruang utama masjid berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Dan di sisi yang berhadapan, kamu akan menemukan porch.
Porch adalah area terbuka dengan atap dan lantai yang memisahkan satu tempat dengan yang lainnya.
Di depan porch kemudian terdapat tangga dengan plengkung majemuk seperti plengkung di masjid-masjid Andalusia.
Keindahan yang istimewa ini jugalah yang menjadikan Masjid Raya Al-Mashun sebagai salah satu destinasi wisata religi yang rajin disambangi turis domestik maupun mancanegara saat berada di Medan.
Selain populer dikenal sebagai Masjid Deli, Masjid Raya Al-Mashun juga memiliki nama lain, yaitu Masjid Agung Medan. Jadi, jangan heran jika saat kamu tiba di Medan, ada orang yang menyebutkan masjid ini dengan nama yang berbeda.
Tidak hanya unik karena nama, Masjid Raya Al-Mashun juga punya memiliki daya tahan yang mengagumkan. Sebab, kabarnya masjid kerajaan ini belum pernah direnovasi sama sekali oleh pihak pengelola.
ADVERTISEMENT
Pemerintah daerah dan pengelola biasanya hanya melakukan penambahan sarana penunjang agar tidak mengubah bentuk aslinya.
Hal inilah yang menjadi alasan, mengapa Masjir Raya Al-Mashun masih mampu bertahan dengan bentuk aslinya walau telah berusia hampir satu abad.
Wah, menarik sekali, kan. Sudah punya rencana jalan-jalan ke masjid bersejarah di Medan ini?