Mengintip Rumah Adat Sumba di Kampung Adat Praijing

21 Juli 2018 16:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Desa Adat Praijing, Sumba (Foto: Flickr / Monica Renata)
zoom-in-whitePerbesar
Desa Adat Praijing, Sumba (Foto: Flickr / Monica Renata)
ADVERTISEMENT
Sumba tak hanya tentang panorama alam yang menakjubkan, padang savana yang dihuni kawanan kuda liar, atau barisan pantai yang eksotis. Berwisata budaya juga menarik dilakukan di Sumba. Salah satu destinasinya adalah Kampung Adat Praijing.
ADVERTISEMENT
Kampung Adat Praijing terletak di Desa Tebara, Kecamatan Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Tmur. Ada 38 rumah di kampung tersebut. Semula ada 42, namun kebakaran pada 2000 menghanguskan 20 rumah.
Yang paling mencolok dari barisan rumah adat di Kampung Praijing itu memang atapnya. Tak semua atap dilengkapi menara yang menjulang tinggi. Itulah yang membedakan Uma Bokulu dan Uma Mbatangu, dua jenis rumah adat Sumba.
Uma Bokulu berarati rumah besar. Atapnya tidak dibuat tinggi seperti menara. Sedangkan Uma Mbatangu berarti rumah menara. Konstruksi atapnya seperti menara yang tingginya bisa mencapai 30 meter. Baik Uma Bokulu atau Mbatangu berupa rumah panggung yang atapnya dilapisi alang-alang.
Tak hanya sekadar tempat bernaung, rumah adat Sumba juga memuat kearifan lokal. Tiap bagiannya mengandung makna. Misalnya, tiap rumah dibagi menjadi tiga bagian yang merupakan simbol keseimbangan alam.
ADVERTISEMENT
Bagian bawah dianggap sebagai simbol tempat arwah, biasanya difungsikan untuk kandang hewan ternak. Bagian tengah untuk aktivitas sehari-hari manusia. Sedangkan bagian atas adalah tempat leluhur dan difungsikan untuk menyimpan bahan makanan.
Semua rumah disanggah oleh empat tiang penopang yang tampak di tengah rumah. Ada dua tiang yang disebut tiang perempuan yang terletak dengan ruang ibu biasanya beraktivitas, dan dua lainnya disebut tiang laki-laki, dekat dengan kamar ayah, ruang tamu, dan tempat laki-laki berdiskusi.
Ya, tidak semua anggota keluarga bebas memasuki semua ruangan dalam rumah mereka. Bahkan pintu masuk dan keluar rumah pun dibedakan untuk laki-laki dan perempuan. Pembagian itu memiliki filosofi bahwa laki-laki dan perempuan punya peran dan tugas berbeda dalam rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Rumah adat sumba dibangun dari kayu malela, kayu mata api, dan kayu nangka. Tak semuanya mudah ditemukan di Sumba sehingga membuat pembangunan dan renovasi rumah di sana sangat mahal.
Penasaran dengan filosofi rumah adat Sumba lebih jauh? Yuk ke Kampung Praijing!