Menjelajah Perth dengan Jalan Kaki, Kenapa Tidak?

19 September 2019 14:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Patung Aborigin bernama Wirin di Yagan Square. Wirin diambil dari bahasa Noongar yang berarti semangat dan representasi dari kreatifitas yang menyatu dengan alam. Foto: Ahmad Romadoni/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Patung Aborigin bernama Wirin di Yagan Square. Wirin diambil dari bahasa Noongar yang berarti semangat dan representasi dari kreatifitas yang menyatu dengan alam. Foto: Ahmad Romadoni/kumparan
ADVERTISEMENT
Sunyi menyambut di Perth, Australia Barat. Tak banyak hiruk pikuk kendaraan yang lalu lalang di jalan. Cuaca saat September sangat pas untuk mengelilingi Perth, bahkan dapat dilakukan hanya dengan berjalan kaki.
ADVERTISEMENT
Dan pada kesempatan ini, kumparan berkesempatan mengelilingi kawasan Australia Barat dan menikmati langsung keindahannya sembari ditemani langsung oleh Tourism Western Australia.
Suhu di Perth saat musim semi berkisar antara 16-23 derajat celcius. Dingin di pagi hari, menghangat di siang hari, dan kembali dingin saat malam hari.
Mural di kawasan gedung pemerintahan Perth. Foto: Ahmad Romadoni/kumparan
Bagi sebagian orang Indonesia, cuaca seperti ini pertanda harus menyiapkan jaket atau mengenakan pakaian hangat. Tapi, bagi warga Perth, cuaca seperti inilah yang sudah mereka nantikan.
Tanpa menunggu lama, kumparan melangkahkan kaki keluar dari hotel yang menjadi tempat melepas lelah, di kawasan Northbridge. Perjalanan saat itu dimulai sekitar pukul 09.00 waktu setempat, waktu yang dirasa tepat untuk memulai penjelajahan serta petualangan dengan hanya berjalan kaki.
Warga duduk santai di Taman Pusat Bisnis di Murray Street, Perth. Foto: Ahmad Romadoni/kumparan
Berjalan 100 meter dari hotel, kumparan mendapati taman terbuka lengkap dengan layar LED besar. Ada rumput dan tempat duduk model teater di sini.
ADVERTISEMENT
“Biasanya ramai kalau summer. Ada pemutaran film juga di sini. Tapi kalau sekarang enggak banyak warga. Hanya beberapa yang datang untuk istirahat,” kata Country Manager Indonesia, Tourism Western Australia, Fransiska Pangat, Senin (16/9).
Kawasan Hay Street Perth, selain jadi pusat bisnis, warga juga kerap bersantai di sini. Foto: Ahmad Romadoni/kumparan
Perjalanan berlanjut. Di salah satu sisi jalan terdapat area tuk bersantap bernama Old Shanghai yang sekaligus menjadi pintu masuk ke kawasan little China Town di Northbridge.
Sesuai dengan namanya, di area ini kamu dapat mencicipi ragam kuliner Asia. Mulai kuliner dari China, Malaysia, hingga Thailand. Menariknya, tempat ini tidak menyajikan kuliner yang mengandung babi dan minuman yang mengandung alkohol, sehingga ramah bagi muslim traveler yang ingin bersantap kuliner.
Tampilan Old Shanghai Restaurant. Foto: Ahmad Romadoni/kumparan
Jalan beberapa langkah lebih dalam, ada banyak street art atau mural yang bisa dinikmati. Hampir semua dinding dihiasi berbagai mural dan sangat mengundang untuk melakukan swafoto.
ADVERTISEMENT
Bila kurang puas dengan mural yang ada di tempat ini, berjalanlah lebih jauh ke pusat kota sebab kamu dapat menemukan lebih banyak mural dengan desain yang tak kalah menarik.
“Di sini ramai Jumat, Sabtu, dan Minggu. Toko-toko hanya buka sampai pukul 17.00, kecuali restoran, tempat makan, atau klub,” tambah Fransiska.
Kondisi jalanan di Northbrigde. Foto: Ahmad Romadoni/kumparan
Beberapa menit berjalan, tibalah kumparan di Yagan Square yang merupakan salah satu taman kota yang ciamik, yang dilengkapi dengan Patung Aborigin bernama Wirin serta berbagai bunga yang mulai mekar menambah kecantikan tempat ini.
Kawasan ini rupanya tak hanya menjadi tempat bersantai warga, namun juga menjadi pilihan tempat untuk bersantap pagi sembari berteman hangatnya sinar mentari.
Taman kota di Northbridge yang biasa jadi tempat nonton bersama lewat layar LED. Foto: Ahmad Romadoni/kumparan
Tak hanya food truck yang siap menjajakan sarapan, di kawasan ini terdapat juga sebuah layar LED besar berbentuk bulat dengan tulisan Perth di depannya. Yang unik, di bagian atas terdapat 12 tiang kecil yang menjulang.
ADVERTISEMENT
“Itu menandakan ada 12 bahasa di Australia,” kata tour guide, Lola.
Walking tour pun berlanjut ke kawasan Murray Street dan Hay Street. Di sinilah pusat ekonomi, pusat perbelanjaan, hingga pemerintahan berada.
Mural di kawasan gedung pemerintahan Perth yang kerap dijadikan lokasi swafoto. Foto: Ahmad Romadoni/kumparan
Sepanjang kumparan melewati jalan ini, mural berbagai tema dan gaya kembali terlihat jelas di setiap sudut gedung. Bahkan, mural juga ada di dinding kantor pemerintahan.
Tak lupa, nikmatilah pemandangan dari puluhan burung yang beterbangan bebas menikmati kemerdekaannya. Bila kamu ingin berbagi rezeki kepada burung-burung tersebut, kamu dapat memberi makan burung-burung itu. Sebab, memberi makan burung tidaklah menjadi kegiatan yang dilarang di kawasan tersebut.
Warga bisa menikmati berbagai mural di dinding kantor pemerintahan di Perth. Foto: Ahmad Romadoni/kumparan
Jika diperinci, dari visual yang ditangkap kumparan, tak hanya bangunan dengan desain modern, sejumlah bangunan bersejarah dengan fasad yang klasik juga masih terawat di Perth.
ADVERTISEMENT
Ada perpustakaan kota, gereja, hingga treasury building yang kini disulap menjadi hotel berbintang. Ya, bangunan ini kini bernama COMO The Treasury, satu satunya hotel bintang enam di Perth. Tentu tidak mengubah sama sekali bentuk dasarnya.
Tapi, kafe yang ada di dalamnya dibuat sangat modern. Kami memang hanya melintas sebentar dan tak sempat untuk sekadar minum kopi karena harus melanjutkan perjalanan.
Warga memberi makan burung liar yang beterbangan di kawasan Murray Streeet. Foto: Ahmad Romadoni/kumparan
Tak hanya Como Treasury, ada pula bangunan bernama London Court yang kental dengan arsitektur khas Britania. Bangunan ini berisi toko-toko yang menjual berbagai barang mulai sepatu, jaket hingga perhiasan. Tempat ini juga ciamik untuk foto-foto.
Kawasan yang menjadi lokasi terakhir kami datangi sebelum makan siang adalah Elizabeth Quay. Kawasan ini, dulunya laut. Pemerintah setempat kemudian memutuskan untuk mereklamasi.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, pembangunan berlanjut. Ada Ritz-Carlton Hotel yang beberapa bulan lagi akan beroperasi. Ada pula pelabuhan kecil tempat bersandar kapal-kapal yang melayani warga beraktivitas hingga wisatawan yang ingin merasakan berlayar hilir sungai dan ke laut dalam satu waktu.
Kawasan Elizabeth Quay, monumen putih berbentuk ombak itu sengaja dibangun untuk mengesankan air mengalir, sebab kawasan ini telah direklamasi. Foto: Ahmad Romadoni/kumparan
Ada hal menarik lainnya lagi yang sempat ditangkap kumparan, yaitu sebuah monumen putih berbentuk oval yang sangat terlihat di tepi sungai itu.
“Tadinya ini laut yang direklamasi. Mereka pikir, biar esensi lautnya tidak hilang, harus dibuat sesuatu. Jadilah monumen ini. Ini sengaja bentuknya seperti ombak biar tidak menghilangkan esensi air,” ungkap Fransiska.
Salah satu gedung bergaya Britania di Nothbridge. Foto: Ahmad Romadoni/kumparan
Tak terasa, dua jam sudah keliling kota. Perjalanan kali ini berakhir di The Island, salah satu restoran di Elizabeth Quay yang letaknya tepat berada di pinggir danau.
ADVERTISEMENT
Satu hal menarik dan perlu kamu ingat, bila makan di Australia, yakni porsi makanannya yang sangat besar. Di samping itu, jangan malu untuk bertanya apakah makanan yang disajikan halal atau tidak bagi kamu yang muslim.