Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Ada banyak alasan bagi traveler ketika memutuskan untuk traveling sendirian (solo traveling). Walau untuk sebagian orang solo traveling terdengar menyeramkan, nyatanya cara ini sering kali dipilih oleh traveler yang tengah mendamba kebebasan di tengah tuntutan pekerjaan yang seakan tak ada habisnya.
ADVERTISEMENT
Namun kini, nyatanya tren traveling mulai bergeser ke arah yang lebih digital. Berdasarkan sebuah riset yang dilakukan oleh Expedia, satu dari tiga traveler lebih memilih traveling sendiri bersama gadget, ketimbang teman. Alasan traveler ini sederhana, mereka mencari kebebasan untuk mengekspresikan apa yang mereka inginkan, mencapai apa yang dituju, dan tentunya bertemu dengan orang baru.
Fenomena inilah yang kemudian dinamakan Expedia sebagai Mobilemoon. Menurut Expedia PR Manager, Alexis Tiacoh, Mobilemoon adalah jenis perjalanan, di mana traveler memilih untuk jalan-jalan sendirian hanya dengan ponsel mereka, ketimbang membawa pasangan atau bersama teman.
“Beragamnya aplikasi perjalanan yang bisa diakses menggunakan ponsel membuat traveler merasa lebih percaya diri di jalan dan lebih tahu tujuan ketika memilih untuk bepergian sendirian,” katanya ketika dihubungi kumparan melalui email, Rabu (25/9).
ADVERTISEMENT
Meski telah dibuktikan dengan riset, kumparan ingin mencari tahu, apakah ada traveler Indonesia yang mengetahui dan melakukan Mobilemoon kala berlibur. Berbekal survey kecil-kecilan dari media sosial, kumparan menemukan bahwa tak banyak orang Indonesia yang mengetahui istilah tersebut. Kisarannya hanya sekitar 1 dari 10 orang traveler saja.
Dari media sosial pula, kumparan kemudian menemukan Riski Kurniawan, seorang pria yang berprofesi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di salah satu badan pemerintahan. Ia mengakui bahwa istilah Mobilemoon baru pertama kali didengarnya dari kumparan. Meski begitu, dalam praktiknya, Riski sudah sering melakukan hal ini, bahkan sejak ia masih berada di bangku kuliah.
Kini pria kelahiran 26 Mei 1991 itu mengaku bahwa ia telah menjelajah 19-20 negara dengan Mobilemoon. Di antara 19-20 negara tersebut terdapat sembilan negara di kawasan Asia Tenggara, Jepang, empat negara di Eropa yakni Prancis, Belgia, Belanda, Italia, dan masih banyak lagi.
Riski bukanlah satu-satunya, masih banyak traveler lainnya yang jarang mendengar istilah ini, termasuk travel blogger kenamaan sekaligus penulis buku “The Naked Traveler”, Trinity. Pada kumparan, ia mengatakan bahwa sebenarnya, walau istilah ini masih tak terdengar familiar, tipe perjalanan ini sudah dilakukan oleh banyak traveler dalam waktu yang lama.
ADVERTISEMENT
“Itu, kan, sudah dari dulu, sudah saatnya (traveling mengandalkan gadget). Hanya istilah baru saja, kalau praktiknya sudah sejak zaman teknologi handphone (mulai maju). Kita semua sebenarnya sudah pernah melakukannya, terutama setelah ada aplikasi dan internet,” ujar Trinity ketika dihubungi kumparan lewat sambungan telepon, Selasa (24/9).
Wanita alumni Universitas Diponegoro itu berpendapat bahwa di luar traveling , sebenarnya orang-orang juga sudah lebih banyak memilih ponsel sebagai pemandu. Hal ini terlihat dari aktivitas sehari-hari, mulai dari mencari arah dan jalan, mencari review tentang makanan dan melakukan pemesanan, hingga mencari bantuan.
“Enggak usah jalan-jalan ke luar kota atau ke luar negeri. Di Jakarta saja, kita mau ke satu titik, kita aktifkan GPS dan buka aplikasi. Mau makan di mana, kita buka ponsel. Semua juga sudah mengandalkan itu,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Tawaran Kebebasan Eksplorasi dalam Mobilemoon
Bagi traveler, Mobilemoon atau solo traveling hanya mengandalkan smartphone menawarkan pengalaman yang bukan hanya menarik, tetapi juga mengesankan. Bedanya, untuk dapat bertahan, pelaku Mobilemoon sudah dilengkapi dengan fasilitas teknologi yang mumpuni.
Asal ada sinyal internet dan kuota, semua kendala bisa teratasi. Tidak perlu pusing soal bahasa, sudah tersedia aplikasi penerjemah. Tidak tahu lokasi destinasi wisata dan bingung soal rute transportasi, cukup gerakkan ibu jari dan klik mesin pencari. Malas bersosialisasi? Pasang earphone atau headset, lalu putar lagu kesukaanmu. Mudah, kan?
Patricia Dyah Ayu Saraswati misalnya, yang selalu solo traveling hanya menggunakan smartphone. Liburan terakhirnya yang ia kisahkan pada kumparan adalah kala mengunjungi Bali usai menunaikan pekerjaan yang menumpuk setelah Idul Fitri.
ADVERTISEMENT
Selama Mobilemoon di Bali, wanita 26 tahun itu mengandalkan ponselnya untuk memenuhi seluruh kebutuhan sepanjang perjalanan. Mulai dari membeli tiket pesawat, reservasi hotel, mendengarkan lagu, mencari rekomendasi kuliner, memesan transportasi online, media sosial, hingga mencari teman kencan via aplikasi.
“Enggak ribet yang jelas. Aku tahu aku mau apa. Aku tahu aku harus gimana. Apalagi sekarang dengan semua aplikasi, ya, itu lebih memudahkan. Malas sewa motor, malas jalan kaki, tinggal pesen ojek online. Bingung mau makan di mana tinggal searching. Enggak tahu jalan, tinggal buka Google Maps. Bayar ini itu, kalau yang pakai OVO atau Go-Pay, lumayan kalau ada potongan atau cashback. It's getting easier,” cerita dara yang akrab disapa Diaz, ketika ditemui kumparan di Jakarta, (18/9).
Tidak hanya soal kemudahan, solo traveling dengan smartphone juga memberikan kebebasan bagi traveler untuk menentukan apa yang mereka mau tanpa ada desakan jadwal maupun pertimbangan atas keinginan teman.
ADVERTISEMENT
Seperti pengakuan Riski Kurniawan kepada kumparan, bahwa ia lebih senang hanya mengandalkan smartphone saat traveling ketimbang membawa teman, karena lebih bisa bebas dan fleksibel dalam mengatur itinerary perjalanan.
Ia juga bisa memuaskan diri untuk menikmati me-time dan menjelajah setiap sisi negara sesuai dengan yang Riski inginkan. Apalagi mengingat Riski sangat tertarik dengan kereta, ia biasanya akan menyempatkan waktu di sela-sela liburan untuk ‘mencicipi’ kereta di berbagai negara yang disinggahinya.
Riski sadar, kesukaannya itu, bukanlah hal yang disukai semua orang, jadi akan lebih mudah baginya untuk melakukan hal tersebut kala solo traveling.
“Karena biasanya makin banyak kepala, keinginannya juga makin banyak. Iya, kalau waktunya mencukupi, kalau enggak, terpaksa ada yang harus mengalah, too much compromise. Kalau jalan juga jadi bergerombol, dan kalau lagi ada konflik di jalan, ya tambah lagi,” ujarnya saat bertemu dengan kumparan di kawasan Jakarta Pusat, Senin (23/9).
Riski juga sempat bercerita bahwa ia pernah kesulitan mendapatkan sinyal saat berada di Eropa. Sehingga ia mesti menghabiskan waktu hingga sejam di bandara, sambil mengandalkan WiFi yang tersedia untuk menghubungi penyedia simcard yang berada di Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Tapi karena saya solo traveling, saya bebas merevisi jadwal saya sesuka hati tanpa ada orang yang tersakiti. Kalau saya ngotot enggak mau pergi sebelum sim card-nya bisa dipakai, bisa jadi ada yang nggrundel di belakang. Nah, itu tadi enaknya kalau solo traveling, jadi lebih fleksibel. Tapi ya sebisa mungkin jangan yang gede-gede juga (masalahnya) karena, kan, sendirian juga,” ceritanya sambil terkekeh.
Hampir sama dengan Riski, Dinda Puspitasari, juga mengatakan alasan yang hampir sama. Terutama karena masa liburan biasanya dimanfaatkan oleh wanita yang berdomisili di Jakarta Selatan ini untuk me-recharge energi setelah didera deadline dan pekerjaan yang menumpuk. Apalagi pekerjaannya sebagai ilustrator menuntut Dinda untuk duduk dalam waktu yang lama, sehingga membuat tubuhnya mudah lelah.
ADVERTISEMENT
“Kalau pergi sama orang belum tentu orangnya satu ritme sama kita. Aku sering banget jalan-jalan itu ke taman sama ke toko buku. Dan kalau sudah di taman atau di toko buku, bisa sampai 2-3 jam, dan enggak mungkin ada orang yang tahan kalau enggak satu ritme. Kalau sudah kayak begitu, aku bisa lama banget. Kalau ada orang yang bareng aku, aku bisa jadi enggak enak, ya,” ujarnya saat ditemui kumparan di sebuah kafe di kawasan Jakarta Selatan, Senin (23/9).
Memang, kadang kala, seseorang lebih nyaman melakukan segala hal sendiri, ketimbang bersama orang lain, termasuk traveling . Nah, kalau kamu lebih suka mana, traveling ramai-ramai dengan sahabat atau justru menikmati kesendirian bersama diri sendiri bermodal smartphone ala Mobilemoon? It’s your call.
ADVERTISEMENT