Nostalgia Tentang Sejarah Perkeretaapian Indonesia di Lawang Sewu

4 Juli 2019 16:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lawang Sewu yang menawan saat malam hari dan sarat dengan cerita mistisnya. Foto: Eka Situmorang
zoom-in-whitePerbesar
Lawang Sewu yang menawan saat malam hari dan sarat dengan cerita mistisnya. Foto: Eka Situmorang
ADVERTISEMENT
Sebuah bangunan gedung tua peninggalan kolonial Belanda berdiri tegak di pusat kota Semarang. Pemandangan itulah yang kumparan temukan saat pertama kali menginjakkan kaki di Lawang Sewu, destinasi wisata yang ada di dekat Bundaran Tugu Muda, Semarang, Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Bangunan bergaya art deco ini memiliki begitu banyak pintu yang berderet. Secara harfiah, Lawang Sewu berarti 'Seribu Pintu', meski sebenarnya jumlah pintunya tidak sebanyak itu.
Hal ini juga diungkapkan oleh salah satu pemandu wisata yang kumparan temui di Lawang Sewu. "Kurang lebih pintunya segitu ya mas," jawabnya singkat.
Tangga ikonik dengan jendela mozaik di Lawang Sewu Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Gelap, kosong, mistis, sekaligus eksotis, adalah kesan pertama yang kumparan rasakan saat memasuki Lawang Sewu. Meski begitu, ada banyak ruangan yang siap untuk kamu jelajahi.
Saat berada di lantai satu kamu akan disuguhkan dengan diorama dan koleksi benda-benda sejarah tentang perkeretaapian di Indonesia. Mulai dari pakaian para masinis lengkap dengan manekinnya hingga replika berbagai model kereta api berukuran mini dapat kamu temukan di sana. Di ruangan ini pun kamu juga dapat mengetahui dengan secara gamblang sejarah perkeretaapian Indonesia.
Wisatawan melihat koleksi foto stasiun kereta api di dalam Lawang Sewu Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Misalnya saja lantai satu yang menyuguhkan diorama dan koleksi benda-benda bersejarah tentang perkeretaapian Indonesia. Mulai dari pakaian para masinis lengkap dengan manekinnya, hingga replika berbagai model kereta api berukuran mini dapat kamu temukan di sana. Di ruangan ini pun kamu juga dapat mengetahui secara gamblang sejarah perkeretaapian Indonesia.
Koleksi foto-foto kereta api di masa lampau yang ada di Lawang Sewu Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Nyatanya, bangunan yang dibangun pada 1904-1907 ini tak hanya menjadi Kantor Pusat Perusahaan Kereta Api Swasta pertama di Indonesia, tetapi juga menjadi tempat perjuangan mempertahankan kemerdekaan yang diusung oleh Angkatan Muda Kereta Api dalam pertempuran Lima Hari di Semarang.
ADVERTISEMENT
Sejarah Lawang Sewu tak lepas dari sejarah perkeretaapian di Indonesia, karena pada Juli 1907, gedung ini dibangun sebagai Het Hoofdkantoor van de Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatscappij (NIS), kantor pusat perusahaan kereta api swasta. Kantor ini pertama kali membangun jalur kereta api di Indonesia yang menghubungkan Semarang dengan Surakarta dan Yogyakarta dengan jalur pertama Semarang-Tanggung pada 1867.
Sejarah kereta api Indonesia Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Kemudian, pada tahun 1942-1945, Lawang Sewu juga pernah digunakan sebagai kantor Riyuku Soyuku (Jawatan Transportasi Jepang). Setelah Jepang berkuasa di Indonesia, gedung ini pun diambil alih dan ruang bawah tanahnya dijadikan sebagai saluran pembuangan air, serta ruang tahanan sekaligus penyiksaan.
Penjara bawah tanah tersebut menjadi saksi atas penyiksaan dan pembantaian terhadap orang-orang Indonesia, yang dilakukan oleh tentara Jepang pada saat diberlakukannya kerja paksa atau romusha. Dulu penjara bawah tanah ini bisa dikunjungi oleh wisatawan, tetapi karena alasan keamanan, kini pengunjung tidak bisa mengunjungi area penjara bawah tanah tersebut. Setelah Indonesia merdeka, tempat ini beralih fungsi menjadi kantor DKRI (Djawatan Kereta Api Republik Indonesia) hingga tahun 1945.
Salah satu replik kereta uap yang ada di Lawang Sewu Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Selanjutnya pada tahun 1949, Lawang Sewu digunakan oleh Kodam IV Diponegoro. Hingga akhirnya, pada tahun 1994 gedung ini diserahkan kembali kepada kereta api, kemudian beberapa tahun digunakan oleh Dinas Perhubungan dan dipugar pada tahun 2009 oleh PT. KAI (Persero).
ADVERTISEMENT
Saat melanjutkan perjalanan ke ruangan lainnya di Lawang Sewu, ada salah satu tempat yang cukup menyita perhatian kumparan, yaitu sebuah anak tangga dengan mozaik kaca yang menceritakan kisah Lawang Sewu. Di tempat ini kamu bisa melihat sebuah dewi yang memegang kendi berisi air, api, dan sebuah uap di bagian tengah yang menggambarkan Lawang Sewu sebagai kantor perusahaan kereta api di zaman kolonial.
Puas menjelajah di lantai satu, kumparan kemudian melangkahkan kaki ke lantai dua. Bisa dibilang tempat ini merupakan salah satu bagian unik dari Lawang Sewu, karena ruangan dan pintunya berurutan.
Wisatawan yang tengah berfoto di pintu seribu Lawang Sewu Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Sekilas pintu-pintu ini terlihat seperti bayangan tanpa ujung, karena bentuk dan ukurannya yang terlihat sama. Banyak juga wisatawan yang menjuluki pintu unik ini dengan sebutan pintu seribu. Hal inilah yang membuat bagian tersebut menjadi spot favorit wisatawan untuk berburu foto Instagramable.
ADVERTISEMENT
Sedangkan di lantai tiga kamu akan menemukan ruangan yang sangat luas tanpa sekat-sekat. Ruangan ini dulunya dipakai sebagai tempat hiburan, di mana para pekerja Belanda dan noni-noninya berpesta ataupun berdansa. Tapi, untuk ruangan yang satu ini tidak sembarangan orang bisa masuk, ya. Kamu harus meminta izin terlebih dahulu kepada pihak pengelola.
Wisatawan yang tengah berfoto di Lawang Sewu Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Buat yang masih penasaran dengan sejarah Lawang Sewu, kamu bisa mengunjungi salah satu perpustakaan yang berada tak jauh dari pintu keluar. Di tempat ini wisatawan juga bisa melihat berbagai literatur mengenai Lawang Sewu.
Bagi kamu yang tertarik untuk berkunjung ke Lawang Sewu, kamu harus membayar tiket masuk sebesar Rp 10 ribu (orang dewasa), Rp 5 ribu untuk (anak-anak usia 3-12 tahun) dan para pelajar.
ADVERTISEMENT
Tertarik untuk berkunjung ke Lawang Sewu?