news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Rekam Jejak Erupsi Gunung Merapi di Museum Mini Sisa Hartaku

15 Desember 2018 7:36 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kerangka Sapi yang menjadi salah satu barang koleksi yang ada di Museum Mini Sisa Hartaku (Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kerangka Sapi yang menjadi salah satu barang koleksi yang ada di Museum Mini Sisa Hartaku (Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Tahun 2010 menjadi tahun yang tidak akan terlupakan bagi warga Indonesia, khususnya mereka yang tinggal di daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Pasalnya di bulan Oktober - November 2010 terjadi erupsi dashyat Gunung Merapi.
ADVERTISEMENT
Erupsi dashyat dari Gunung Merapi tersebut mengakibatkan sejumlah desa yang ada di sisi selatan lereng Gunung Merapi porak poranda tersapu awan panas dan ratusan korban jiwa melayang, tak terkecuali sang juru kunci Gunung Merapi saat itu yaitu Mbah Maridjan, juga turut menjadi korban jiwa.
Jarum jam yang menjadi penanda waktu terjadinya erupsi Gunung Merapi (Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jarum jam yang menjadi penanda waktu terjadinya erupsi Gunung Merapi (Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan)
Delapan tahun berlalu, kini Gunung Merapi kembali tenang. Nah, bagi kamu yang penasaran serta ingin melihat langsung seperti apa keganasan erupsi Gunung Merapi kamu dapat mengunjungi Museum Mini Sisa Hartaku yang lokasinya berada di Dusun Petung, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Sebelum beralih fungsi menjadi museum, dulunya bangunan ini merupakan rumah milik Watinem dan keluarganya. Singkat cerita, setahun pascaerupsi, Sriyanto yang merupakan salah satu anak dari Watinem mencoba mengumpulkan sisa-sisa harta mereka yang rusak akibat letusan Gunung Merapi.
Bekas ruang tamu di Museum Mini Sisa Hartaku (Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bekas ruang tamu di Museum Mini Sisa Hartaku (Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan)
Awalnya, pengumpulan barang tersebut ditujukan sebagai pengingat kepada anak-cucu mereka mengenai kedahsyatan erupsi Gunung Merapi. Namun, ternyata sisa-sisa harta yang terkumpul cukup banyak dan 'koleksi'nya mampu menarik banyak pengunjung. Alhasil, hingga kini rumah milik Sriyanto menjadi sebuah museum sederhana yang kemudian dikenal dengan nama Museum Mini Sisa Hartaku.
ADVERTISEMENT
"Saat itu anak saya mengumpulkan barang-barang yang tersisa dan diletakan di dalam rumah yang tinggal dindingnya saja," ujar Watinem kepada kumparanTRAVEL saat mengunjungi langsung Museum Mini Sisa Hartaku yang sekaligus menjadi salah satu destinasi pilihan di event Media Digital Famtrip for South East 2018 - Kementerian Pariwisata Republik Indonesia belum lama ini.
Tulisan yang ada di salah satu dinding Museum Mini Sisa Hartaku (Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tulisan yang ada di salah satu dinding Museum Mini Sisa Hartaku (Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan)
Kini saatnya kumparanTRAVEL melangkahkan kaki menuju museum. Di bagian depan museum ini kamu langsung dapat melihat dua buah kerangka sapi dari sapi peliharan milik Watinem yang mati karena terkena awan panas.
Lanjut ke bagian dalam, kamu bisa melihat barang-barang pribadi sang pemilik rumah yaitu mulai dari jam diding yang jarum jamnya menunjukkan waktu terjadinya erupsi, bekas botol yang meleleh, dokumen - dokumen, peralatan rumah tangga, gelas, piring, uang logam yang meleleh, sendok yang juga sudah meleleh, komputer, televisi yang juga meleleh serta pakaian - pakaian yang sudah hangus sebagian.
ADVERTISEMENT
Berikut galeri foto lainnya yang berhasil kumparanTRAVEL abadikan saat berkunjung ke Museum Mini Sisa Hartaku:
Pengunjung sedang melihat dokumentasi erupsi Gunung Merapi (Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjung sedang melihat dokumentasi erupsi Gunung Merapi (Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan)
Compact Disk yang leleh akibat terkena awan panas Gunung Merapi (Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Compact Disk yang leleh akibat terkena awan panas Gunung Merapi (Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan)
Kaset yang leleh akibat terkena awan panas (Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kaset yang leleh akibat terkena awan panas (Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan)
Ember plastik yang meleleh akibat awan panas Gunung Merapi (Foto: Aria Sankhyaai/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ember plastik yang meleleh akibat awan panas Gunung Merapi (Foto: Aria Sankhyaai/kumparan)
Radio compo yang leleh akibat awan panas Gunung Merapi (Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Radio compo yang leleh akibat awan panas Gunung Merapi (Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan)
Sapi yang telah menjadi kerangka akibat korban erupsi Gunung Merapi (Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sapi yang telah menjadi kerangka akibat korban erupsi Gunung Merapi (Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan)
Kerangka kendaraan bermotor yang terkena sapuan awan panas Gunung Merapi (Foto: Aria Sankhyaadi)
zoom-in-whitePerbesar
Kerangka kendaraan bermotor yang terkena sapuan awan panas Gunung Merapi (Foto: Aria Sankhyaadi)
Salah satu sudut di Museum Mini Sisa Hartaku (Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu sudut di Museum Mini Sisa Hartaku (Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan)
Tampilan luar Museum Sisa Hartaku (Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tampilan luar Museum Sisa Hartaku (Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan)