Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
"Tang tang tang...," suara dentang logam yang sedang ditempa terdengar lantang dari bangunan berukuran 6x4 meter. Suara itu memecahkan kesunyian salah satu sudut di Dusun Gatak, Desa Sumberagung, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Di ruangan yang panas tersebut terlihat tiga pria tengah menempa besi.
ADVERTISEMENT
Salah satu dari ketiga pria itu bernama Sungkowo Harumbrojo, beliau bukan seorang pandai besi biasa, melainkan seorang empu. Ia juga merupakan generasi ke-17 dari Empu Supadriyo, perajin keris dari Kerajaan Majapahit pada abad ke-14.
Meski memiliki darah keturunan empu, gelar itu tak serta merta didapatkan Sungkowo begitu saja. Gelar itu ia dapatkan setelah menekuni profesi sebagai perajin keris bertahun-tahun.
Keris adalah senjata tikam golongan belati yang dibuat dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Terbuat dari baja, besi, nikel dan batu meteorit, keris menjadi lambang kewibawaan pemiliknya.
Dalam proses pembuatan keris banyak tahapan yang harus dilalui para empu, baik secara spiritual hingga teknik pembuatan kerisnya.
Saat ini Sungkowo satu -satunya empu di Yogyakarta yang konsisten pada bidangnya membuat keris Jawa yang sakral.
ADVERTISEMENT
Empu Sungkowo memiliki kekhawatiran akan habisnya keturunan pembuat keris di keluarganya. Dari ke tiga anaknya, tak ada yang tertarik untuk meneruskan profesinya sebagai pembuat keris. Sungkowo berharap ada generasi muda di DIY yang bisa menjadi empu keris. Karena keris merupakan budaya Jawa yang harus dilestarikan keberadaannya.