Tambrauw, Nafas Baru Pariwisata di Bumi Cendrawasih

12 Maret 2019 12:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bukit Sontiri di Distrik Kebar, Tambrauw, Papua Barat, salah satu objek wisata yang dapat dikunjungi wisatawan. Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bukit Sontiri di Distrik Kebar, Tambrauw, Papua Barat, salah satu objek wisata yang dapat dikunjungi wisatawan. Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan
ADVERTISEMENT
Berbicara mengenai pariwisata di Bumi Cendrawasih, khususnya di Papua Barat, yang terpatri utama dibenak banyak orang pastilah Raja Ampat. Namun, jika kita mau melihat lebih luas lagi, masih banyak daerah wisata di Papua Barat yang eksotis, lengkap dengan guratan dan bentang alamnya yang khas.
ADVERTISEMENT
Sebut saja Kabupaten Tambrauw di Papua Barat yang sempat kumparan kunjungi bersama dengan Kementerian Pariwisata dan rekan media nasional lainnya pada Senin-Kamis (4-7 Maret 2019).
Anak-anak bermain dan menikmati sunset di Bukit Sontiri, Distrik Kebar, Tambrauw, Papua Barat. Foto: Dok.Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata
Tambrauw sendiri adalah salah satu kabupaten terluas di Papua Barat yang terdiri dari 29 distrik dengan 216 kampung dan 32 ribu jiwa penduduk. Saat ini Tambrauw tengah membuka diri untuk pariwisata dan untuk itulah segudang strategi telah dipersiapkan oleh pemerintah daerah agar Tambrauw dapat menjadi destinasi wisata unggulan.
"Tambrauw merupakan destinasi press tour pertama kami pada 2019. Alasan kami langsung memilih Tambrauw sebagai destinasi pertama, karena saya kagum dengan komitmen Bupatinya untuk memajukan pariwisata Tambrauw," ujar Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenpar, Guntur Sakti, dalam acara penyambutan rombongan Press Tour Biro Komunikasi Publik dengan Bupati Tambrauw Gabriel Asem, beserta jajarannya di Pantai Sausapor, Papua Barat.
Pemberian Mahkota Budaya Papua Barat kepada Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenpar, Guntur Sakti, saat tiba di Sausapor, Tambrauw, Papua Barat. Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan
Masih dalam kesempatan yang sama, Guntur Sakti juga menjelaskan bahwa sebagian besar pendukung kemajuan sektor pariwisata karena komitmen CEO-nya.
ADVERTISEMENT
"Bisa dibilang 50 persen kemajuan pariwisata di daerah dikarenakan komitmen dari CEO-nya. Saya dibuat kagum karena sepanjang 680 km jalan yang dibangun di Kabupaten Tambrauw untuk membuka aksesibiltas merupakan dana APBD," ujar Guntur.
Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenpar, Guntur Sakti, menerima tanda mata dari Bupati Tambrauw, Gabriel Asem di Sausapor, Tambrauw, Papua Barat. Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan
Merespon hal itu, Bupati Tambrauw Gabriel Asem, mengatakan demi mempercepat pertumbuhan pariwisata Tambrauw, pembangunan infrastruktur memang menjadi prioritas.
"Yang kami lakukan adalah membangun infrastruktur dulu seperti jalan dan jembatan sebagai akses menuju destinasi. Saat ini bandara di Sausapor sudah siap dengan jalan akses menuju bandara selebar 50 meter. Ke depannya, kita akan aspal jalan menuju bandara, lalu menuju Kabupaten pusat pemerintahan yang baru di Fef," jelas Gabriel.
Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenpar, Guntur Sakti ditemani Bupati Tambrauw, Gabriel Asem, melihat langsung Barapen saat di Sausapor, Tambrauw, Papua Barat. Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan
Lebih lanjut, Gabriel menjelaskan aksesibilitas memasuki Tambrauw, dapat melalui dua titik, Manokwari dan Sorong. Wisatawan bisa masuk melalui Manokwari atau Sorong menggunakan direct flight dari Jakarta atau Makassar, kemudian dilanjutkan menggunakan moda transportasi darat, laut, atau udara menuju Tambrauw.
ADVERTISEMENT
Selama tujuh tahun pemerintahan, pihaknya telah menghabiskan dana hingga Rp 10 miliar untuk mempersiapkan segala hal yang dapat mendukung promosi sektor pariwisata, mulai dari infrastruktur, jalan, jembatan, listrik, telekomunikasi, air bersih, hingga pembangunan cottage. Untuk itu pada 2019, Tambrauw pun mulai mengundang investor untuk berinvestasi, seperti Papua Diving dan Gajah Tunggal Group.
Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenpar, Guntur Sakti, melihat cara pembuatan Papeda kemudian mencicipi langsung dengan kuah ikan kuning. Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan
Sarana telekomunikasi dan internet di Tambrauw diakui Guntur Sakti sangat diperlukan untuk menjadikan Tambrauw sebagai destinasi wisata unggulan yang online, dapat eksis, dan viral di media sosial.
"Konektivitas diperlukan agar destinasi tidak offline. Masa depan Tambrauw sebagai destinasi pariwisata, salah satunya dengan terbukanya destinasi Tambrauw di dunia maya," ujar Guntur.
Seperti Kabupaten Raja Ampat, Tambrauw Terapkan Pin Wisata untuk Kelestarian Lingkungan
Bupati Tambrauw, Gabriel Asem saat peluncuran tarif masuk pemeliharaan lingkungan kawasan strategis pariwisata Tambrauw di Hotel Je Meridien, Sorong, Rabu (6/3). Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan
Sebagai sebuah kabupaten, Tambrauw memiliki potensi pariwisata yang besar. Zona pariwisata ini dibagi menjadi dua, Blue Wonder dan Green Wonder.
ADVERTISEMENT
Blue Wonder merupakan potensi pariwisata yang berada di sekitar pesisir pantai, meliputi peninggalan tank perang dunia ke II, habitat burung cendrawasih, pulau dua, serta pantai Jeen Womom yang menjadi habitat terbesar penyu belimbing.
Air Terjun Anenderat di Distrik Miyah, Tambrauw, yang jadi salah satu destinasi pilihan bagi wisatawan Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan
Sementara itu, Green Wonder merupakan potensi pariwisata di sekitar pegunungan yang meliputi Bukit Sontiri dengan fenomena ribuan jaring laba-laba di pagi hari, mata air panas War Aremi, pemandangan matahari terbit di distrik Miyah, panorama air terjun Anenderat, serta pengamatan Cendrawasih dan satwa lainnya.
Dengan kekayaan flora dan fauna tersebut, Tambrauw pun dijadikan sebagai Kabupaten konservasi. Istilah Kabupaten Konservasi sendiri mulai didengungkan oleh Gabriel Asem, saat terpilih menjadi Bupati Tambrauw pada tahun 2011.
Wisatawan sedang melihat tank dari sisa Perang Dunia II di Kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Foto: Erwin Gumilar
Sebagai satu kabupaten hasil pemekaran di daerah “Kepala Burung” Papua, Tambrauw yang luasnya sekitar 1,1 juta hektare, sekitar 80 persennya adalah hutan dengan fungsi lindung dan konservasi. Namun, saat ini Pemda sedang melakukan sinkronisasi dengan Pemerintah pusat mengenai penyediaan ruang untuk pengembangan pariwisata.
ADVERTISEMENT
"Awalnya pembagian adalah 80 daerah konservasi dan 20 daerah yang bisa dikelola. Tetapi sekarang kita lakukan revisi menjadi 60-40. Jadi, 40 itu adalah ruang yang bisa dikelola, di dalamnya ada pertanian hingga pariwisata," ujar Gabriel Asem.
PIN yang diberlakukan kepada wisatawan yang datang ke Tambrauw, Papua Barat Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan
Pemberian ruang yang lebih luas untuk diolah ini tidak berarti melupakan pelestarian. Sebagai upaya menjaga pelestarian alam sekaligus sebagai ekowisata baru, Pemerintah Kabupaten Tambrauw meluncurkan Pin Tambrauw untuk pemeliharaan lingkungan kawasan strategis pada Rabu (6/3) di Hotel Je Meridien, Sorong, Papua Barat.
Setiap wisatawan yang ingin mengunjungi Tambrauw harus membeli Pin dan dikenakan biaya tarif masuk. Untuk wisatawan domestik dikenai tarif sebesar Rp 200.000, sementara wisatawan asing membayar tarif sebesar Rp 400.000. Pin ini dapat dibeli di bandara Domine Eduard Osok di Sorong Papua Barat mulai Kamis (7/3).
Call Center Hello Tambrauw. Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan
Tambrauw menargetkan pariwisatanya siap untuk dipromosikan pada 2019 sehingga dapat mendatangkan 5000 wisatawan tahun ini. Walaupun belum terdata secara spesifik, namun menurut Gabriel Asem hingga saat ini Tambrauw menjadi pilihan destinasi wisata bagi para wisatawan mancanegara asal Eropa seperti Prancis dan Belanda, khususnya para pencinta burung.
ADVERTISEMENT