Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Tradisi Sigofi Ngolo, Cara Warga Jailolo Berharmoni dengan Alam
14 Desember 2017 10:49 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
ADVERTISEMENT
Tinggal di sekitar Teluk Jailolo, Halmahera Barat, Maluku, merupakan sebuah berkah. Dikelilingi oleh barisan pantai yang cantik, air laut yang jernih, dan potensi bawah laut yang kaya, penduduk Jailolo amat bersyukur dengan ketersediaan alam di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Rasa syukur itu dipancarkan lewat cara mereka bersahabat dengan alam, yakni salah satunya dengan tradisi Sigofi Ngolo. Sigofi Ngolo adalah tradisi bersih laut yang dilakukan di Teluk Jailolo. Tujuannya untuk membersihkan batin dan menciptakan harmoni antara manusia dan alam.
Bagaimana ritual ini dilakukan?
Dalam Sigofi Ngolo, penduduk Jailolo akan naik ke perahu kora-kora yang telah dihiasi bendera warna-warni dan janur dari Pelabuhan Jailolo. Untuk mengiringi ritual, alat musik tifa, gendang dan gong juga ikut dinaikkan ke atas perahu. Warga yang ikut berpartisipasi dalam ritual ini harus berpakaian adat Jailolo.
Sultan Jailolo juga ikut mendampingi ritual ini. Ketika semua sudah siap, mesin perahu dinyalakan dan mulai mengarungi laut. Mereka menuju Pulau Babua, di mana banyak makam leluhur yang dianggap keramat. Di sana mereka akan mempersembahkan penghormatan kepada leluhur yang gugur melawan penjajah.
ADVERTISEMENT
Hanya 30 menit dari berlayar, perahu-perahu itu akan sampai di Pantai Babua. Begitu tiba, salah satu perahu meletakkan sesaji berupa daun pandan di laut dekat Pulau Babua.
Mereka kemudian mengitari pulau sebanyak tiga kali dan salah satu perahu akan menaburkan bunga di tepi Pulau Babua. Tabuhan gong dan gendang tak berhenti mengiringi perjalanan mereka hingga kembali ke Pelabuhan Jailolo. Sebelum kembali, tak lupa ritual ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh pemuka agama dari Kedatuan Kesultanan Jailolo.
Tetua adat dari tiga kesultanan lain di Maluku Utara juga mengirim perwakilan, yakni dari Ternate, Tidore, dan Bacan. Bahkan untuk wisatawan yang ingin menyaksikan Sigofi Ngolo, bisa ikut serta naik ke perahu.
Biasanya tradisi Sigofi Ngolo diadakan dalam rangkaian Festival Teluk Jailolo, yaitu pada bulan Mei setiap tahun. Oleh karena itu, tradisi ini juga bertujuan meminta izin kepada para leluhur dan alam untuk memulai festival dengan niat dan batin yang tulus. Tertarik untuk ikut berlayar dan meramaikan Sigofi Ngololo.
ADVERTISEMENT