Yang Terjadi Bila Taman Nasional Komodo Tutup Sementara

26 Januari 2019 16:56 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Komik 'Kata Komodo: Hooman Jahat!' (Foto: Dok: Lapak Komik)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Komik 'Kata Komodo: Hooman Jahat!' (Foto: Dok: Lapak Komik)
ADVERTISEMENT
Tak hanya terkenal di dalam negeri saja, Taman Nasional Komodo juga kerap jadi incaran wisatawan mancanegara. Berada di lahan seluas 132.572 hektare, taman nasional tertua kelima di Indonesia ini selalu laris manis dikunjungi turis.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan rilis resmi yang diterima kumparanTRAVEL, jumlah pengunjung Taman Nasional Komodo terus meningkat setiap tahunnya. Tercatat di tahun 2014 ada 80.626 pengunjung yang datang, kemudian meningkat menjadi 95.410 pengunjung di tahun 2015, dan pada tahun 2016 sebanyak 107.711 pengunjung. Sementara di dua tahun terakhir, yaitu tahun 2017 ada 125.069 pengunjung, serta 159.217 pengunjung di tahun 2018.
Taman Nasional Komodo (Foto: Instagram @melsiiii)
zoom-in-whitePerbesar
Taman Nasional Komodo (Foto: Instagram @melsiiii)
Adapun harga tiket masuk yang dikenakan pada wisatawan asing adalah Rp 150 ribu dan turis lokal nusantara sebesar Rp 5 ribu.
Berdasarkan PP 12 tahun 2014 tentang Penerimaaan Negara Bukan Pajak (PNBP), maka penerimaan pungutan tersebut disetor oleh Balai Taman Nasional Komodo kepada kas negara. Alhasil kas negara yang berasal dari kunjungan wisatawan tersebut, terus meningkat seiring naiknya jumlah turis yang datang.
ADVERTISEMENT
Diketahui, pada tahun 2014, pendapatan yang masuk dari Taman Nasional Komodo adalah Rp 5,4 miliar, kemudian di tahun selanjutnya meningkat hampir tiga kali lipat menjadi Rp 19,20 miliar, di susul tahun 2016 menjadi Rp 22,80 miliar. Selanjutnya tahun 2017 terus meningkat menjadi Rp 29,10 miliar, dan tahun lalu menembus Rp 33,16 miliar.
Tentu, dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Komodo berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang signifikan, khususnya di Kabupaten Manggarai Barat dan sekitarnya. Selain mampu 'menghidupi' negara, kawasan yang ditetapkan UNESCO sebagai Cagar Biosfer pada 1977 lalu ini juga membangun industri pariwisata.
Arnolus Tunu, keeper Komodo. (Foto: Niken Nurani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Arnolus Tunu, keeper Komodo. (Foto: Niken Nurani/kumparan)
Ya, masyarakat setempat banyak yang terlibat sebagai penyedia jasa wisata, antara lain, tour operator yang mengoperasikan 157 kapal wisata, keterlibatan 94 guide dari masyarakat lokal, hadirnya 1.136 kamar hotel, hingga berdirinya 4 hotel berbintang. Rantai ekonomi tersebut juga berpengaruh pada kehidupan 4.556 jiwa masyarakat yang tersebar di Desa Komodo sebanyak 1.725 jiwa, Desa Papagaran sebesar 1.252 jiwa, dan Desa Pasir Panjang sebanyak 1.579 jiwa, khususnya masyarakat dari Desa Komodo yang sebagian besar terlibat dalam kegiatan wisata.
ADVERTISEMENT
"Apabila pemerintah merencanakan penutupan sementara terhadap sebagian kawasan atau keseluruhan, maka akan dilakukan secara terencana, dengan memberikan tenggang waktu yang cukup, sehubungan dampak sosial ekonomi yang sangat besar," terang Wiratno, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan saat menanggapi pentingnya keberadaan Taman Nasional Komodo bagi masyarakat sekitar.