Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
ADVERTISEMENT
Kasus ketidakadilan dalam pekerjaan dirasakan oleh sejumlah buruh perempuan yang bekerja di pabrik garmen pembuat celana jeans di Lesotho, Afrika bagian selatan. Demi diperbolehkan untuk terus bekerja atau ingin naik jabatan, mereka dipaksa untuk berhubungan seks dengan para manajernya.
ADVERTISEMENT
Melansir The Guardian, kasus ini diinvestigasi selama dua tahun oleh Worker Rights Consortium (WRC), sebuah organisasi independen asal Amerika Serikat yang menangani hak-hak para pekerja, terhadap lima pabrik di Lesotho yang semuanya dimiliki oleh perusahaan asal Taiwan, Nien Hsing. Dari hasil investigasi tersebut, ditemukan bahwa manajer dan supervisor sering memaksa para buruh wanita untuk berhubungan seksual dengan iming-iming naik jabatan atau dikontrak menjadi karyawan tetap.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan WRC kepada 140 pekerja perempuan di tiga pabrik Nien Hsing, mereka mengaku kerap mendapat pelecehan seksual dari manajer dan supervisor. Bahkan, para pekerja pria juga berperilaku kasar terhadap mereka. Hal ini sudah termasuk ke dalam pelanggaran hak pekerja serta kode etik di bawah undang-undang buruh di Lesotho.
ADVERTISEMENT
"Semua perempuan di divisi saya telah berhubungan seks dengan supervisor. Bagi mereka, ini adalah cara untuk bertahan hidup. Jika mengatakan 'tidak', kami tidak akan mendapatkan pekerjaan atau kontrak kerja tidak akan diperbarui," tutur seorang buruh yang tidak disebutkan namanya.
Seorang buruh lainnya mengaku bahwa mereka sudah melayangkan keluhan tentang pelecehan seksual tersebut, namun tidak ada tanggapan dan aksi untuk mencegah perbuatan itu. "Mereka (pabrik Nien Hsing) mengatakan akan mengatasinya, tetapi tidak ada tanggapan sama sekali. Saya hanya bisa membiarkannya karena mereka tidak berbuat apa-apa," katanya.
"Manajer WNA itu menyetuh bokong dan payudara pekerja perempuan. Suatu hari, kami melihat manajer ekspatriat tengah berhubungan seks dengan pekerja perempuan di pabrik dan dia langsung naik jabatan serta dapat banyak bonus," lanjut pekerja perempuan lainnya.
ADVERTISEMENT
Dari hasil investigasi dan wawancara ini, WRC menemukan bahwa manajemen pabrik Nien Hsing gagal untuk memberikan hak para pekerja dan mencegah mereka untuk menyampaikan keluhan-keluhannya. Manajemen pabrik meminta buruh untuk tutup mulut dan berbohong kepada tim auditor dan diancam akan dipecat jika mengatakan hal yang sebenarnya. WRC menduga bahwa supervisor yang memaksa untuk berhubungan seksual dengan buruh perempuan tidak mendapat teguran keras, tetapi hanya dipindahkan ke departemen lain.
Ketika WRC menunjukkan temuannya kepada Nien Hsing, perusahaan tersebut membantah dan mengatakan bahwa tidak ada laporan tentang perlakuan kasar dan pelecehan seksual sejak dua tahun lalu. Mereka juga mengatakan tidak ada manajer dan supervisor yang didisiplinkan karena pelecehan seksual sejak 2005 silam.
Pabrik garmen Nien Hsing merupakan produsen pembuat celana jeans yang diekspor ke Amerika Serikat. Beberapa brand fashion yang turut memproduksi celana jeans di Nien Hsing adalah Levi Strauss, Wrangler, Lee, GAP, Ralph Lauren, dan Calvin Klein Jeans. Atas hal ini, para brand-brand tersebut menanggapi pihak WRC dengan menandatangani perjanjian dengan kelompok buruh dan pekerja perempuan untuk menghilangkan kekerasan berbasis gender terhadap lebih dari 10 ribu pekerja di lima pabrik Nien Hsing.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, WRC Senior Programme Director Rola Abimourched, tidak meminta para brand ini untuk memutus kerja sama dengan Nien Hsing. Ia justru mengimbau para brand fashion tersebut untuk memanfaatkan hubungan bisnis agar pabrik Nien Hsing bisa mengubah praktik kerjanya sehingga hal seperti ini tidak terjadi lagi.
Sementara itu, Levi Strauss & Co’s Vice President of Sustainability Michael Kobori mengatakan bahwa perusahaannya telah menggunakan jasa buruh dari Lesotho selama 10 tahun ini. Ia pun meminta Nien Hsing untuk mengambil tindakan dalam mengatasi tuduhan tersebut, termasuk membuat perubahan dalam struktur kepegawaian dan manajemen di dalamnya.
Sedangkan Vice president Kontoor Brands (perusahaan yang menaungi Wrangler dan Lee) Scott Deitz, mengatakan kepada The Guardian bahwa pihaknya merasa sangat peduli dengan hal yang terjadi pada pabrik garmen tersebut dan ingin melakukan audit tersendiri mengenai masalah ini.
ADVERTISEMENT
Dalam gabungan pernyataan resmi Levi Strauss & Co dan Kontoor Brands, kedua pihak tersebut berkomitmen untuk melindungi hak-hak pekerja dan menumbuhkan kesejahteraan di pabrik pemasok sehingga semua pekerjanya merasa aman, dihargai dan diberdayakan.
Mengenai hal ini, Chairman Nien Hsing Richard Chen berjanji akan lebih melindungi para pekerja, terutama para pekerja perempuan . "Kami berupaya keras untuk memberikan tempat kerja yang aman dan terjamin untuk semua pekerja di pabrik kami dan berkomitmen penuh mengimplementasikan perjanjian ini secara komperhensif dengan keberhasilan yang terukur," demikian tuturnya pada The Guardian.