Cinta, Dikejar atau Ditunggu?

31 Juli 2019 13:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan single Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan single Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kita tidak tahu kapan dan dengan siapa cinta kita akan berlabuh. Saat memilih untuk sendiri, mungkin kita akan fokus pada penyembuhan luka hati karena kegagalan hubungan sebelumnya. Tetapi sebagian lagi justru merasa bahagia karena terlepas dari masalah hubungan yang menguras kesabaran dan air mata.
ADVERTISEMENT
Setelah melewati masa sedih dan senang saat masih sendiri, ada kalanya di mana kita memikirkan ingin memulai hubungan baru. Pikiran itu bisa timbul dari beberapa faktor; merasa bosan, melihat banyak teman yang sudah pacaran atau menikah, dan memang sudah siap bekomitmen.
Alih-alih merasa semangat untuk memulai hubungan, kita malah bingung harus berbuat apa. Ingin mendapatkan pasangan tapi bagaimana memulainya? Ada laki-laki yang menarik hati, tapi segan untuk memulai lebih dulu. Hal-hal sepeti ini membuat kita terlalu lama menemukan jalan keluar dan akhinya pasrah kemudian menyerah soal cinta. Akhirnya, kita menganggap bahwa jodoh akan datang dengan sendirinya.
Lantas apakah benar, kita tidak perlu mengejar cinta dan jodoh akan datang dengan sendirinya?
ADVERTISEMENT
Psikolog Ega Alfath M.Psi., mengatakan bahwa cinta sejatinya perlu diusahakan. Mengejar atau mencari adalah metode usaha mencari cinta.
“Terkadang kita bilang ‘jodoh tak kunjung datang’. Sebenarnya kita sendiri siap atau tidak mempunyai pasangan? Lalu pasangan yang seperti apa?” ucapnya saat dihubungi kumparanWOMAN.
Ega menambahkan, ada sebuah penelitian yang menyatakan perempuan single di atas usia 25 tahun cenderung akan memilih tetap berada pada status tersebut. Namun, mereka akan mulai merasa ‘tersiksa’ saat menuju usia 30 sampai 40 tahun ketika banyak teman yang sibuk dengan keluarga baru mereka.
Ilustrasi perempuan stres memikirkan jodoh Foto: dok.Shutterstock
Ia pun mengingatkan, perempuan yang berkeinginan menjalankan hubungan sebaiknya bukan karena persaingan status tetapi karena kemauan dan kesiapan diri. Karena tidak bisa dipungkiri kalau kita mempunyai pasangan kita harus menyisakan waktu untuk bersamanya. Lalu, kita juga harus mengenali pasangan seperti apa yang kita butuhkan. Selain itu kita harus terbuka terhadap hubungan baru tidak semua hubungan akan berjalan mulus dan pasti ada konfliknya.
ADVERTISEMENT
Setelah kita merasa sangat siap untuk memulai hubungan baru dan sudah menyukai seseorang, tidak ada salahnya bila kita memulai lebih dulu. Tapi, jangan sampai kita gelap mata untuk memulai hubungan. “Kita harus mengenali dulu, apakah lelaki ini layak untuk kita kejar? Apakah kita membuatnya terganggu? Jika dia layak dikejar, dalam kondisi single, dan merespons positif dalam proses pengejaran, why not?” jelas Ega.
Lanjutnya, “Kalau kita merasa mengejarnya adalah pilihan yang pas, maka kejarlah dia. Nikmati prosesnya, bukan hasilnya. Setidaknya sudah mencoba sebisa mungkin apa yang kita mampu lakukan.”
Tetapi kita harus mempunyai limitasi dalam mengejar gebetan. Kalau memang si dia memberikan kesediaan, jangan juga jadikan itu obsesi. Mempunyai obsesi adalah hal yang berat. Kalau pada akhirnya dia pergi, biarkan saja, lebih baik siapkan diri kita untuk kisah cinta yang baru.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, bukan berarti kita harus selalu mengejar gebetan ya, Ladies. Kalau kita memilih untuk tidak mengejar dia pun tidak apa-apa. Asalkan keputusan itu tidak membuat kita berhenti berkembang. Menanti si dia sambil mengembangkan diri sendiri akan selalu lebih baik dibandingkan diam dan meratapi nasib.
Ya, menemukan cinta dan jodoh bukan hal yang gampang. Kita yang sudah mempunyai gebetan harus berhati-hati dalam mengambil langkah pendekatan untuk memulai hubungan itu. Namun masalah sebagian perempuan, mereka ingin memulai suatu hubungan tetapi tidak mempunyai gebetan apalagi merasa disukai. Kalau sudah begini apakah kita tetap berdiam diri?
Usaha dimulai dari diri kita sendiri
Ilustrasi perempuan bahagia Foto: Shutterstock
Kita harus memahami diri sendiri dengan membenahi dan membuka diri. Itu usaha yang harus kita lakukan, kita juga tidak bisa menunggu seseorang yang membawa cintanya untuk kita. Meskipun itu terjadi, itu akan tetap sulit jika kita tidak membenahi diri.
ADVERTISEMENT
Yakinkan diri kita, benarkah tidak ada lelaki yang tertarik? Mungkin sebenarnya kita memilih lelaki yang kita harapkan tertarik dengan kita, namun ia memiliki kriteria pasangan yang berbeda dari diri kita. Bila benar-benar tidak ada yang tertarik, seharusnya kita mencari tahu apa yang membuat diri kita kurang menarik.
“Seringnya, kita tidak cinta dengan diri sendiri. Lalu merasa tidak layak dicintai. Akhirnya, berdampak pada perilaku. Kita jadi tidak percaya ke orang, judes, menarik diri dari hubungan yang mulai dekat,” ucap psikolog yang berpraktik di Klinik Brawijaya, Plaza UoB, Jakarta Pusat.
Kita pernah merasakan takut jatuh cinta sehingga tidak ingin membuka diri pada siapapun. Yakinlah kalau kita layak dicintai, kegagalan cinta bukan akhir dari kehidupan percintaan melainkan babak baru untuk memulai kisah cinta yang lebih indah.
ADVERTISEMENT
“Jangan sampai kita menutup diri dan berharap tidak akan disakiti, padahal itu membuat kita kehilangan dalam menemukan cinta baru yang kita butuhkan,” pungkas Ega.