Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun terakhir, kita mungkin mulai sering mendengar kata sustainable fashion --sebuah konsep fashion yang mengedepankan kualitas, ketahanan, dan keramahan lingkungan. Semakin banyak fashion brand yang memperhatikan konsep ini dan mengadopsinya ke dalam lini mereka.
ADVERTISEMENT
Tren ini seolah menjadi salah satu cara bagi para pelaku fashion untuk menjawab masalah dalam industri mereka. Di antaranya, untuk menjawab soal menumpuknya sampah tekstil. United States Environmental Protection Agency mencatat, ada 15 juta ton sampah tekstil yang diproduksi Amerika Serikat setiap tahun. Ini belum diakumulasikan dengan sampah-sampah yang diproduksi oleh negara lain, termasuk Indonesia.
Sehingga, tidak mengherankan bila para pelaku fashion mulai berusaha mengatasi masalah tersebut. Meski laporan Pulse of the Fashion Industry 2019 Update mengatakan bahwa tren upaya sustainabilitas mulai menurun di industri fashion, secara umum, konsep ini sudah lebih banyak terdengar di berbagai belahan dunia.
Hal ini juga diiyakan oleh Mariam Tania, Marketing & Brand Manager South East Asia dari Lenzing Group, perusahaan produsen serat alami yang berasal dari Austria. Menurut perempuan yang akrab disapa Tania ini, gaung konsep sustainable fashion sudah lebih banyak terdengar dan demand untuk hal tersebut juga sudah mulai muncul.
ADVERTISEMENT
"Sekarang perlahan-lahan demand-nya sudah ada. Orang mungkin sudah lebih conscious, dimulai dari tren lalu jadi aware dan lebih terbiasa," ujar Tania di sela-sela acara talkshow 'Lenzing Talks Vol. 01: Starting Your Sustainable Fashionpreneurship' di daerah Jakarta Selatan, Kamis (5/9).
Namun, sayangnya, di Indonesia sendiri belum terlalu banyak brand fashion lokal yang mengadopsi konsep tersebut. Menurut Tania, saat ini lebih banyak brand dengan kelas menengah ke atas yang menggunakan konsep itu. Karena itu, pihaknya tengah berusaha mendorong agar lebih banyak brand lokal Indonesia yang menggunakan konsep tersebut.
"Karena sekarang kan kebanyakan produk yang dijual di online shop itu bahannya polyester, scuba. Apakah itu sustainable? Kita pengin edukasi startup brand(mengenai ini)," tambahnya lagi.
ADVERTISEMENT
Tania mengungkapkan, penggunaan produk fashion berbahan dasar sustainable memiliki dua buah keuntungan. Pertama, bahan yang memerhatikan konsep sustainable jelas punya kontribusi terhadap lingkungan, karena dapat lebih mudah kembali ke tanah. Misalnya, bahan dari produk Tencelâ„¢, salah satu produk dari Lenzing yang diklaim dapat kembali terurai setelah 16-22 minggu.
Kedua, menurut Tania, penggunaan bahan sustainable juga menambahkan keunikan terhadap suatu brand fashion.
"Dari segi bisnis, brand pasti ingin untung. (Konsep sustainable fashion adalah) marketing tool berupa cerita di balik brand," ungkapnya.
Bagaimana menurut Anda, ladies?