Tips Beradaptasi dengan Pasangan Saat Memulai Kehidupan Rumah Tangga

26 Juni 2019 19:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pasangan harmonis Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pasangan harmonis Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Memasuki kehidupan pernikahan merupakan salah satu titik krusial dalam fase hidup seseorang. Biasanya Anda sering sendiri dan mandiri, lalu berbalik menjadi tinggal berdua dan ada orang lain yang memerlukan perhatian.
ADVERTISEMENT
Tinggal bersama pasangan mungkin akan membuat Anda ‘kaget’ atas perilaku pasangan yang belum tampak selama masa pacaran. Setiap orang mempunyai kebiasaan di rumah yang berbeda dan bisa saja Anda tak bisa menerima kebiasaan pasangan serta mempunyai sudut pandang yang tidak sama.
Kalau itu terjadi dengan Anda dan pasangan yang baru saja menikah. Mungkin Anda mencoba solusi yang diberikan oleh psikolog Gita Aulia Nurani M.,Psi . Berikut penjelasannya:
1. Tujuan menikah belum disepakati bersama
Sebelum menikah, seharusnya Anda dan pasangan sudah membuat kesepakatan oleh dua belah pihak agar tidak terjadi masalah. Poin ini seringkali tidak dianggap serius oleh pasangan, padahal ini penting dilakukan untuk meminimalisir konflik. Ketika keduanya sudah mempunyai tujuan yang sama, maka masalah dapat terhindarkan.
ADVERTISEMENT
2. Proses peralihan status
Setelah merasakan masa single, Anda harus siap dengan status suami-istri. Merasa siap dalam artian memiliki kematangan emosi serta bisa bersikap tenang terlebih dahulu. Ketika Anda melihat kebiasaan pasangan yang mengganggu, coba bicarakanlah secara baik-baik, bukan dengan protes keras atau bahkan menyindir.
Ilustrasi pasangan berkomitmen Foto: Shutterstock
3. Perbedaan ekspektasi dan kenyataan
Sebelum menikah, ekspektasi individu terhadap pasangan dan fase pernikahan biasanya cukup indah. Tetapi ketika tinggal berdua, mulai muncul perbedaan-perbedaan di luar harapan.
Perlu diingat kembali bahwa tidak ada pasangan yang sempurna. Diri kita sendiri belum tentu memiliki nilai 100 di mata pasangan. Saling menyesuaikan diri dan berdamai dengan ekspektasi sangat diperlukan pada fase itu. Pahami bahwa pasangan juga sedang berusaha keras dan butuh kerjasama dari Anda untuk proses adaptasi di masa awal pernikahan agar berjalan mulus.
ADVERTISEMENT
4. Kurang terbuka satu sama lain
Terkadang ada seseorang yang terbiasa atau memiliki kepribadian yang memendam perasaan. Nah, saat mengarungi kehidupan rumah tangga sifat itu harus dihilangkan. Maka perlu kemauan dan kesadaran pasangan untuk menghilangkan sifat tertutup demi keharmonisan rumah tangga.
Menikah bukan proses akhir, justru menikah merupakan proses belajar dan mengenal pasangan seumur hidup. Jadi, ketika tidak saling terbuka maka masalah akan mengendap dan berpotensi ‘meledak’ suatu waktu.
5. Ada orang ‘ketiga’
Biasanya penyebab masalah awal pengantin baru adalah mertua. Hal ini perlu dibicarakan hati-hati karena menyangkut orang tua pasangan. Kita tidak bisa memilih orang tua, sehingga mertua merupakan paket khusus yang hadir dalam kehidupan ketika kita menikah.
ADVERTISEMENT
Pada umumnya, mertua sering kali memberikan masukan dan pandangan pribadinya karena merasa lebih berpengalaman. Kalau sudah ada orang ketiga seperti mertua, terapkan 'saringan' rumah tangga dan berkomitmen penuh dengan pasangan. Sehingga, suami-istri bisa ‘menyaring’ dan menyepakati masukan dan kata-kata orang tua seperti apa yang bisa diterima dan tidak.