news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

3 Bentuk Karakteristik Partisipasi Politik Generasi Milenial

27 Oktober 2018 16:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi demo (Foto: Broadmark)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi demo (Foto: Broadmark)
ADVERTISEMENT
Dibanding generasi sebelumnya, partisipasi politik generasi milenial dinilai punya karakteristik tersendiri. Partisipasi tersebut tak melulu soal bergabung dengan partai politik atau terlibat politik praktis.
ADVERTISEMENT
Kamu bisa saja berpartisipasi politik layaknya Gustika Jusuf-Hatta yang baru-baru ini berkomentar soal Sandiaga Uno. Yap, lewat cuitan media sosial pun, milenial sudah bisa berpartisipasi dalam politik dengan mengomentari isu-isu terkini.
Hal itulah yang jadi bahasan Profesor Sosiologi Politik University of Sydney, Ariadne Vromen. Dirangkum dari situs University of Sydney, ia mengungkap ada tiga bentuk karakteristik partisipasi politik milenial. Apa saja?
1. Menggunakan pendekatan digital
Tak usah capek-capek melakukan demonstrasi di depan gedung DPR atau Istana Negara. Dengan aktif di media sosial pun milenial sudah terlibat dalam partisipasi politik.
“Bisa saja (partisipasi) berupa petisi, donasi, bergabung dengan forum diskusi, (media) digital adalah tempat pertama untuk mengundang para pemuda ketika terjun ke dunia politik,” kata Vromen.
ADVERTISEMENT
2. Terpantik isu
Apa saja yang sedang viral di internet bisa dijadikan sebuah isu pembahasan bagi generasi milenial. Isu-isu tersebut beragam bentuknya dari mulai soal perubahan iklim, identitas, gender hingga isu penting yang menyangkut dan relevan dengan dirinya.
“Mereka juga semakin khawatir tentang pengalaman ekonomi mereka sendiri seperti perdebatan tentang keterjangkauan pembelian rumah,” jelas Vromen.
3. Individualis
Generasi milenial dianggap peduli dengan berbagai isu di sekitarnya, akan tetapi hal ini tidak sejalan dengan temuan Vromen yang menemukan anak muda justru makin individualis karenanya.
“Dalam penelitian kami membahas soal kewajiban dan perubahan apa yang bisa dibuat oleh para pemuda, (kami menemukan) ketika mereka melihat terdapat ketidaksetaraan (di masyarakat) mereka cenderung kembali untuk fokus pada dirinya sendiri,” tandasnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Vromen, pemuda milenial diharapkan mampu membuat orang-orang memikirkan ketidaksetaraan di masyarakat dan apa yang harus dilakukan ke depannya untuk memperbaiki itu.